90 likes | 296 Views
kekerasan: langsung, struktural, kultural. catatan kelas psp ‘08. latihan. Tuliskan di balik lembar skala sikap, bentuk-bentuk kekerasan langsung, kekerasan struktural, dan kekerasan kultural, masing-masing 5 bentuk – utamakan yang pernah Anda lihat atau alami!
E N D
kekerasan: langsung, struktural, kultural catatan kelas psp ‘08
latihan • Tuliskan di balik lembar skala sikap, bentuk-bentuk kekerasan langsung, kekerasan struktural, dan kekerasan kultural, masing-masing 5 bentuk – utamakan yang pernah Anda lihat atau alami! • In groups of 5,diskusikan bentuk-bentuk kekerasan yang telah diidentifikasi, berikut isian skala sikap. • Rumuskan 1 pertanyaan dari diskusi Anda!
pertanyaan peserta kelas • Jika obyek tidak merasa dikenai kekerasan, apakah hal itu masih bisa disebut kekerasan? Apakah intervensi terhadap keadaan tersebut merupakan kekerasan? • Bagaimana menggolongkan sesuatu itu kekerasan atau bukan, menggunakan kacamata netral? • Kenapa pertemanan antarlelaki dianggap aneh, sementara pertemanan antarperempuan tidak? • Bgmn keluar dari zona abu2 (kekerasan atau bukan)?
pertanyaan peserta kelas • Apakah kekerasan perlu dipertahankan guna menjaga keseimbangan tatanan yang ada? Jika ya, perlukah kekerasan tersebut diatur/dibatasi? • Jika seseorang minta disuntik mati, apakah itu kekerasan? • Adakah istilah yang lebih netral guna menggantikan istilah kekerasan kultural? • Siapa yang memutuskan sesuatu itu kekerasan atau bukan? • Kapan kekerasan dapat dijustifikasi?
catatan • ”Violence is the antithesis of power” • Pihak yang menggunakan kekerasan seringkali dianggap sebagai pihak yang kuat. Padahal, penggunaan kekerasan justru menunjukkan ketidakmampuan pihak tersebut mendapatkan apa yang diinginkannya. • Dengan kata lain, pihak yang menggunakan kekerasan adalah pihak yang lemah, frustasi, dan atau tidak kreatif.
catatan • Seberapa sensitifkah Anda terhadap kekerasan? • Seberapa permisifkah Anda terhadap kekerasan? • Seberapa nirkepentingan-kah sensitivitas dan permisivitas Anda terhadap kekerasan? • Seberapa konsisten dan imparsialkah sensitivitas dan permisivitas Anda terhadap kekerasan?
catatan Banyak yang percaya bahwa kekerasan itu relatif, tergantung konteks (dan pelakunya). Dua komentar saya. Pertama, statement di atas cenderung membuat orang malas berpikir. Kedua, (karena kemalasan berpikir itu?) banyak sekali fenomena di sekitar kita yang berada di wilayah abu-abu, tidak jelas statusnya kekerasan atau bukan. Nah, di ruang abu-abu inilah kekerasan (baik yang bersifat langsung, struktural, maupun kultural) disemai. Ketidaktegasan inilah yang meng-encourage pelaku untuk melestarikan kekerasan yang dilakukannya. Maukah Anda menjadi rubber stamp bagi keberlangsungan kekerasan?
catatan Mana yang lebih kekerasan: melakukan atau membiarkan kekerasan (act of commission atau act of omission)? Menyampaikan joke yang rasis, atau diam/ikut tertawa mendengarnya, tanpa memprotes? Memukuli maling yang tertangkap basah, atau membiarkan sistem tersebut berlangsung di kampung Anda? Korupsi, atau tidak secara aktif menghambat lubang-lubang korupsi? Jangan lupa, budaya ’diam’, ’tidak mau ikut campur’, dan ’cari aman’ adalah penopang dari sikap dan perilaku kekerasan.
catatan terakhir Salah satu ekspektasi pertemuan minggu ini adalah membantu Anda mengenali tingkat sensitivitas dan permisivitas terhadap kekerasan. Bisa jadi, Anda besok masih akan melakukan dan atau melestarikan tindak kekerasan. Bedanya, Anda kini punya bekal untuk bertanya pada diri sendiri sesuatu itu kekerasan atau bukan. Karenanya, mulai saat ini, kontribusi Anda terhadap kekerasan adalah pilihan sadar, bukan done for granted.