761 likes | 1.86k Views
ALGORITMA DIAGNOSIS PENYAKIT DAN RESPONS. Dr. A Muchtar Nasir Subdit Surveilans dan Respon KLB, Ditjen PP dan PL Kementerian Kesehatan RI. Pendahuluan. Algoritma = Pola Pikir = Standar Operasional Prosedur
E N D
ALGORITMA DIAGNOSIS PENYAKIT DAN RESPONS Dr. A Muchtar Nasir SubditSurveilansdanRespon KLB, Ditjen PP dan PL KementerianKesehatan RI
Pendahuluan • Algoritma = PolaPikir = StandarOperasionalProsedur • Petugaskesehatanperlumengetahuicaramendiagnosispenyakit, prosedurpengambilanspesimen, danalurpelaporan, sertaresponjikaterjadi KLB dibutuhkanalgoritmauntukmenyamakanpersepsidanlangkah. • Algoritma untuk deteksi kasus, danalgoritma untuk respons KLB. • Respon KLB terdiridariresponstatalaksana kasus, respons kesehatan masyarakat dan responspelaporan hasil investigasi KLB. Responkesehatanmasyarakatbersifatfleksibeldanadaptifbergantunghasil PE. • DilengkapiDefinisiOperasionalmasing-masingkasusdanpanduan/format umumpenyelidikanepidemiologi KLB.
Algoritmaberisialurdeteksidanresponterhadap 10 kelompokpenyakitdansindrome (23 jenispenyakit): • Gastroenteritis Akut • TersangkaCampak • SindromNeurologiAkut • SindromInfeksiSaluranPernafasan • Penyakit dengan Demam • SindromJaundisAkut • TersangkaAnthraks • KasusGigitanHewanPenular Rabies • Tersangka HFMD • KlasterPenyakit yang TidakLazim, dll • Kasus yang dicatatdandilaporkanadalahKasusBaru. • Kunjungandengandiagnosis barudalamsatuminggu. Kunjunganulangdengan diagnosis samadalamminggutersebuttidakmasukkedalamlaporan.
1. Gastroenteritis akut
Definisioperasional • DIARE AKUT : • Pada dewasa: BAB (defekasi) dengan tinja lembek atau setengah cair dengan frekuensi lebih dari 3 kali sehari atau dapat berbentuk cair saja. • Pada anak: BAB yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (pada umumnya 3 kali atau lebih per hari dengan konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 7 hari). • Pada neonatus yang mendapat ASI: diare akut adalah buang air besar dgn frekuensi lebih sering (biasanya 5-6 kali per hari) dengan konsistensi cair. • DIARE BERDARAH / DISENTRI : • Diare dengan darah dan lendir dalam tinja dapat disertai dengan adanya tenesmus. • TERSANGKA KOLERA : • Penderita berumur lebih dari 5 tahun menjadi dehidrasi berat karena diare akut cair secara tiba-tiba (biasanya disertai muntah dan mual), tinjanya cair seperti air cucian beras tanpa rasa sakit perut atau mulas.
Algoritma DIARE DIARE BERDARAH / DISENTRI TERSANGKA KOLERA CatatdanKirimke DINKES KABUPATEN/KOTA KemungkinanEtiologi: Viral Gastro, E. Coli, Giardiasis, Cryptosporidium, dll • KemungkinanEtiologi: Shigella, Salmonela, Amuba, • dll • KemungkinanEtiologi: • Vibrio Kolera Jikaadatandaperingatan KLB, ambil specimen dengan media Carry-Blair Jikahasilpositif, Lakukan RESPONS KLB
Algoritmaresponklbdiareakut, diareberdarah, tersangkakolera, tifoid • Respons Tatalaksana Kasus: • Lakukanpengobatanterhadappasienberupatatalaksanapencegahandehidrasidanpemberianantibiotikasecaraselektifsesuaidenganetiologi. • Rujukpasienke RS apabiladiperlukanpenangananlebihlanjutuntuksuspekkolera, isolasipasien di RS • Spesimen: Pengambilan sample tinja (untukkasusdiareberdarah & suspekkolera) & kirimke lab Provinsi • ResponsKes. Masyarakat: • LakukanPenyelidikanEpidemiologi. • SurveilansIntensif • Menjamintersedianyasumber air bersih • Penyuluhanmasyarakattentang PHBS meliputi: • Cuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah makan. • Membersihkanbahanmakanansebelumdimasak • Memasakmakanandanminumansampaimatang • Memberikandesinfektan (Kaporisasi) padasumber air didugatercemar • Hanyamakanmakanan yang segar Respons Pelaporan Register Kirim laporan W1 ke Dinkes Kab/Kota. Untuk suspek kolera: laporan langsung ke DinKes Kab/Kota dan koordinasi dengan Dinkes Propinsi.
2 Tersangkacampak
Algoritmacampak CAMPAK= Demam >38°C selama 3 hari atau lebih disertai bercak kemerahan berbentuk makulopapular, disertaisalahsatugejalabatuk, pilek ATAUmata merah (konjungivitis) CatatdanKirimke DINKES KABUPATEN/KOTA AmbilSpesimen serum darahsesuai SOP dankirimkelaboratoriumrujukan (Litbangkes Jakarta, BLK Surabaya, Biofarma Bandung, BLK Yogyakarta) Jikahasilpositif, LakukanResponKLB
Algoritmaresponklbcampak • Responstatalaksanakasus: • Lakukanpengobatansimtomatisdanuntukmengatasikomplikasiygmunculseperti bronchopneumonia dankonjungtivitis • Lakukanpemberian vitamin A dosistinggipadakasussesuaidenganusiadanpopulasibalitaberesikosekitarlokasi KLB • Respons sistem pelaporan: • W1 • CKLB • Hasilpemeriksaanpenunjang/laboratorium • ResponsKes. Masy.: • LakukanPenyelidikanEpidemiologi • LakukanSurveilansIntensif • Lakukanpemberianvaksinasipadaanak-anakberesikotinggi (BelumVaksinasicampak) di lokasisekitar KLB • Lakukansurveilansintensif. • Penyuluhantentangpentingnyaimunisasidan GIZI padabayi • Pemberianmakanantambahan
3. SINdromneurologikAkut
Definisioperasional • TERSANGKA MENINGITIS / ENCEPHALITIS : • Panas > 38°C mendadak, sakit kepala, kaku kuduk, kadang disertai penurunan kesadaran dan muntah. Pada anak < 1 tahun ubun-ubun besar cembung. • ACUTE FLACCID PARALYSIS (AFP) : • Kasus lumpuh layuh mendadak, bukan disebabkan oleh ruda paksa/ trauma pada anak < 15 tahun. • TERSANGKA TETANUS NEONATORUM : • Setiap bayi lahir hidup umur 3-28 hari sulit menyusu/ menetek, dan mulut mencucu dan disertai dengan kejang rangsang. • TERSANGKA TETANUS : • Ditandai dgn kontraksi dan kekejangan otot mendadak, dan sebelumnya ada riwayat luka.
Algoritmasindromakutneurologi Meningitis/ Encephalitis Acute Flaccid Paralysis (AFP) Tersangka Tetanus Neonatorum Tersangka Tetanus CatatdanKirimkeDinkesKab/Kota Lakukanrujukanpemeriksaan Meningitis/encepalitis Px. RDT, Serum, LCS AFP: PemeriksaanTinja LakukanRespon KLB
AlgoritmaresponklbMENINGITIS/ENSEFALITIS • ResponKesehatanMasyarakat: • LakukanPenyelidikanEpidemiologi untuk mencari kasus kontak terutama pada kelompok rentan • Surveilans Intensif terutama pada kasus kontak, anggota keluarga • Pemberian pengobatan profilaksis pada kasus kontak • Pencegahandenganpemberianvaksinpadasemuakelompokumur yang terkena • Pisahkan orang-orang yang pernah terpajan dengan penderita • Perbaikan hygeine, sanitasi dan ventilasi terhadap tempat tinggal dan ruang tidur bagi masyarakatterutamakelompok terpajan • Pengendalianvektordan reservoir (untukJapanese encephalitis) bekerjasamadenganDinaspeternakansetempat • Respontatalaksanakasus: • Pengobatanharussegeradiberikanbila diagnosis terhadaptersangkatelahditegakkan, bahkansebelumbakteridiidentifikasi. Pemberian Antibiotik sesuai dengan dosis. • Segera rujuk ke Rumah Sakit • Respon sistem pelaporan: • W1 • Hasilpemeriksaanlaboratorium
Algoritmaresponklb AFP/POLIO • Responstatalaksanakasus: • Pengawasanketatpenderita • KunjunganUlang 60 hari • Respons sistem pelaporan: • W1 • FP1 • FPS • Hasilpemeriksaanpenunjang/laboratorium • ResponsKesMasy.: • LakukanPenyelidikanEpidemiologi • SurveilansIntensif • Perlindunganthdkontak • Pengambilanspesimenuntukdiperiksa di lab rujukannasional • KIE kpdmasyarakat agar segeramelaporkankasus AFP ke TPK • KIE ttgpentingnyaimunisasi polio • Pemberianimunisasitambahan Mopping Up Polio bilahasil lab (+)
ResponsKesehatanMasyarakat: • LakukanPenyelidikanEpidemiologi • KIE olehPuskesmasbertujuan agar mayarakatmembantudalammenemukandanmelaporkankesakitandankematianbayiumur ≤ 28 hari. • KIE untukpeningkatancakupan ANC danpersalinannakes. • Kemitraandengandukun Responstatalaksanakasus: • Dirawat di RumahSakit Respons sistem pelaporan: • W1 • T2 Algoritmaresponklb TETANUS NEONATORUM
Respons sistem pelaporan: • W1 Respons tatalaksana untuk kasus: • Pembersihan luka dan pemberian TT • Pemberian anti tetanus serum sesuai dosis Respons Kesehatan Masyarakat: • Lakukan Penyelidikan Epidemiologi (dengan format PE Umum) • Penyuluhan tentang pentingnya imunisasi DT,TT,DPT. • Penyuluhan tentang Hygiene perseorangan terutama luka luar • Respons tatalaksana untuk penderita luka tetapi belum menunjukan gejala: Pembersihan luka dan vaksinasi ALGORITMA RESPON KLB TETANUS
4. SINdrominfeksisaluranpernafasan
Definisioperasional • PNEUMONIA : • Pada usia <5 thn ditandai dgn batuk DAN/ ATAU tanda kesulitan bernapas (adanya nafas cepat, kadang disertai tarikan dinding dada bagian bawah kedalam (TDDK) atau gambaran radiologi foto torak menunjukan infiltrat paru akut), frekuensi nafas berdasarkan usia penderita: • <2 bulan: 60/menit • 2-12 bulan: 50/menit • 1-5 tahun: 40/menit • Pada usia >5thn ditandai dgn demam ≥ 38°C, batuk DAN/ ATAU kesulitan bernafas, dan nyeri dada saat menarik nafas • TERSANGKA PERTUSIS : • Batuk lebih dari 2 minggu disertai dgn batuk yang khas (terus-menerus/ paroxysmal), napas dgn bunyi “whoop” dan kadang muntah setelah batuk.
Definisioperasional • TERSANGKA DIFTERI : • Panas >38°C, sakit menelan, sesak napas disertai bunyi (stridor) dan ada tanda selaput putih keabu-abuan (pseudomembran) di tenggorokan dan pembesaran kelenjar leher. • TERSANGKA FLU BURUNG : • ILI dengan kontak unggas sakit atau mati mendadak, produk unggas ATAU leukopenia ATAU pneumonia.
Algoritmasindrom INFEKSI SALURAN PERNAFASAN PNEUMONIA TERSANGKA PERTUSIS TERSANGKA DIFTERI TERSANGKA FLU BURUNG CatatdanKirimkeDinkesKab/Kota Lakukanrujukanpemeriksaan Pneumonia : Rontgen dada Difteri : UsapNasofaring Flu Burung : Rontgen dada, usapnasofaring LakukanRespon KLB
Responstatalaksanakasus: • Lakukanpemberian antibiotic spesifikpadapenderita. • Penatalaksanaankontakuntukprofilaksis • Isolasi penderita di rumah atau di pelayanan kesehatan. • Pemberian obat simtomatik Respons sistem pelaporan: • W1 • Hasil pemeriksaan penunjang/lab ResponsKesehatanMasyarakat: • Penyelidikanepidemiologi (menggunakan format PE Umum) • SurveilansIntensif • KIE meliputi: • Pendidikankesehatanpribadi yang baik, terutamadalammencucitangan • Pendidikan etika batuk (menutup mulut saat batuk) • Pendidikan di awal pengenalan gejala-gejala dan infeksi/peradangan dan untuk mencari perawatan lebih dini ke fasilitas perawatan kesehatan. ALGORITMA RESPON KLB PNEUMONIA
Respons sistem pelaporan: • W1 • Hasil pemeriksaan penunjang/lab Respons Kesehatan Masyarakat: • Penyelidikan epidemiologi (format PE Umum) dan mencari kontak • Lakukan karantina terhadap kontak yang tidak mendapatkan imunisasi DPT selama 21 hari dengan usia < 12 bulan. • Memberikan penyuluhan tentang pentingnya imunisasi DPT Responstatalaksanakasus: • Lakukan pengobatan spesifik.dengan antibiotic eritromicin terhadap penderita dan kontak dekat selama 5-14 hari • Lakukan desinfeksi serentak terhadap discharge(cairan) hidung dan tenggorok serta barang yang dipakai penderita. ALGORITMA RESPON KLB PERTUSIS
Respons sistem pelaporan: • W1 • Hasil pemeriksaan penunjang/lab Respons tatalaksana kasus: • Pengobatan kasus • Memutus rantai penularan Respons Kesehatan Masyarakat: • Penyelidikan epidemiologi • Penatalaksanaan Kontak untuk Pengambilan usap nasofarings dan profilaksis • KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi) ke masyarakat • Upaya peningkatan cakupan imunisasi (<7 tahun DT dan >7 tahun dT) melalui sweeping • Meningkatkan imunisasi DPT rutin. ALGORITMA RESPON KLB DIFTERI
ResponsKesehatanMasyarakat: • Penyelidikanepidemiologi • Melakukanpengamatankontakkasusdankontakunggaspositif AI selama 14 harisejakkontakterakhirterhadapadanyagejala ILI • Bilaadagejala ILI beritamiflu, ambil specimen danrujukke RS • MelakukanKoordinasidenganpetugaspeternakan. • MelakukanUpayapenyuluhankepadamasyarakattentangcarapencegahan Flu Burung. Responstatalaksanakasus: • Berikantamiflusesuaidosis • Lakukan Rujukan pasien ke RS Rujukan Flu Burung Respons sistem pelaporan: • W1 • Hasilpemeriksaanpenunjang/lab ALGORITMA RESPON KLB FB PADA MANUSIA
4. demam
Definisioperasional • MALARIA KONFIRMASI : • Penderita yang di dalam tubuhnya ada plasmodium atau parasit malaria dan dibuktikan dengan RDT (Rapid Diagnostic Test) positif dan atau pemeriksaan Mikroskopis positif. • TERSANGKA DEMAM DENGUE : • Demam mendadak tanpa sebab yang jelas 2-7 hari, mual, muntah, sakit kepala, nyeri dibelakang bola mata (nyeri retro orbital), nyeri sendi, DAN/ATAU adanya manifestasi perdarahan sekurang-kurangnya uji torniquet positif. • TERSANGKA DEMAM TIFOID : • Anamnesis danpemeriksaan fisik didapatkan gejala demam, gangguan saluran cerna dan tanda gangguan kesadaran.
Definisioperasional • TERSANGKA CHIKUNGUNYA : • Demam mendadak diatas 38,5 derajat celcius dan nyeri sendi yang hebat dapat disertai adanya ruam. • ILI (Influenza Like Illness) : • PenderitadengangejalaDemam ≥ 38°Cdisertaibatukatausakittenggorokan • TERSANGKA FLU BURUNG : • ILI dengan kontak unggas sakit atau mati mendadak, produk unggas ATAU leukopenia ATAU pneumonia.
Algoritmademam TERSANGKA DEMAM DENGUE TERSANGKA CHIKUNGUNYA TERSANGKA FLU BURUNG MALARIA KONFIRMASI TERSANGKA DEMAM TIFOID ILI CatatdanKirimkeDinkesKab/Kota Lakukanrujukanpemeriksaan Malaria Konfirmasi : RDT, Mikroskopis • Demam Dengue/Chik/ILI: • CekDarahLengkap (Tromb& Ht), Serologi • DemamTifoid : • Widal, Serologi, KulturDarah Flu Burung/ILI : Rontgen dada, usapnasofaring (+) LakukanRespon KLB
ALGORITMA RESPON KLB ILI ResponsKesehatanMasyarakat: • Penyelidikanepidemiologi (menggunakan format PE Umum) • SurveilansIntensif • KIE meliputi: • Pendidikan kesehatan pribadi yang baik, terutama dalam mencuci tangan • Pendidikan etika batuk (menutup mulut saat batuk) • Pendidikan di awal pengenalan gejala-gejala dan infeksi/peradangan dan untuk mencari perawatan lebih dini ke fasilitas perawatan kesehatan. Respons sistem pelaporan: • W1 • Hasil pemeriksaan penunjang/lab Responstatalaksanakasus: • Pengobatansimtomatik • Membatasi aktifitas di luar rumah.
ResponsKesMasy: • PenyelidikanEpidemiologi • Surveilansintensif • Ambil specimen darisebagiankasusuntukkonfirmasi Lab serologi • Membentukposkopengobatan di lapangan • Melakukanpemberantasanvektor (PSN, Foging, Larvasidasi) • KIE Responstatalaksanakasus: • Beriminum yang banyak, kompres, antipiretikgolonganparasetamol, obatperedanyerisendibilaperlu • Istirahatcukup • RujukkeRumahSakitbilapanastidakturundalam 2 hariataukeadaantambahmemburuk. Respons sistem pelaporan: • W1 • Hasilpemeriksaanpenunjang/lab ALGORITMA RESPON KLB demam dengue/chik
ResponsKesehatanMasyarakat: • PenyelidikanEpidemiologi • Melakukanpemberantasanvektormeliputi : • DistribusiKelambuberinsektisida • Penyemprotanrumahdenganinsektisida • Larviciding. • PenyuluhanKesehatanMasyarakat • Mass Blood Survey (80% pendudukdiperiksadarahnya) Responstatalaksanakasus: • Lakukanpengobatanmenggunakan ACT (Artemicin Combination Theraphy) • Pengobatansimtomatik • Rujukke RS apabiladiperlukanpengobatanlebihlanjut. Respons sistem pelaporan: • W1 • Hasilpemeriksaanpenunjang/lab Algoritmaresponklb malaria
5. Sindromjaundisakut
Definisioperasional • SINDROM JAUNDIS AKUT : • Gejala penyakit yg timbul secara mendadak (< 14 hari) ditandai dgn kulit dan sclera berwarna kuning (ikterik)dan urine berwarna gelap. • TERSANGKA LEPTOSPIROSIS : • Pasien dengan gejala demam > 38 derajat Celcius dengan gejala khas conjuctival suffusion (radang pada konjungtiva), nyeri betis, jaundice/kuning.
Algoritmasindromjaundisakut CatatdanKirimkeDinkesKabupaten/Kota Lakukan rujukan pemeriksaan Pengambilan Sampel Serum darah Kultur darah, Serum, Urine, RDT Darah, Serum Darah lengkap, Hapusan darah, RDT HEPATITIS A, B, C, D, E LEPTOSPIROSIS DEMAM DENGUE MALARIA Ikuti Algoritma Diagnosis dan Respon KLB masing-masing Lakukan Respon KLB
ALGORITMA RESPON KLB HEPATitis • Respontatalaksanakasus: • Hepatitis A dan E: • Tidak ada pengobatan spesifik, kecuali pengobatan supportif, upaya meningkatkan stamina dan menjaga keseimbangan gizi, termasuk makan makanan rendah lemak • Istirahat yang cukup • Hindari pemakaian tempat makanan dan minuman bersama dengan orang lain • Budayakan cuci tangan dengan sabun • Hygiene perorangan • Hepatitis B, C, dan D: • Pengobatan sesuai penyebabnya. • Hindari pemakaian barang pribadi seperti alat mandi (sikat gigi, alat cukur, sisir, handuk) bersama dengan orang lain. • Selalu gunakan alat pelindung diri saat melakukan tindakan medis (sarung tangan, kacamata goggle, dan sebagainya). • Gunakan kondom. • ResponKesehatanMasyarakat • Penyelidikan Epidemiologi: • Pastikan diagnosis kasus • Tentukan sifat penyebaran menurut waktu, tempat, dan orang termasuk temukan kasus kontak • Adakah kasus kematian • Tentukan kurva epidemi • Identifikasi sumber dan cara penularan • Hepatitis A dan E : • Meningkatkan budaya PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat), seperti hygiene perorangan, dan kebiasaan cuci tangan. • Pengendalianlimbahcair • Sumber air bersih • Menghindari makanan laut yang terkontaminasi • Sanitasi makanan • Sanitasi lingkungan • Hepatitis B, C, dan D : • Melakukan praktek secara steril di puskesmas • Sterilisasi alat dan bahan • Promosi Kondom, terutama bagi kalangan berisiko tinggi • Mencegah penggunaan alat pribadi orang lain secara bersama seperti sikat gigi, maupun alat cukur. • Skrining darah donor Respon sistem pelaporan: W1 Hasil pemeriksaan penunjang/lab
AlgoritmaTERSANGKA LEPTOSPIROSIS TIDAK YA IKTERUS DD/ - Leptospirosis Ringan - Viral hemoraghic fever (dengue, chikungunya, hantaan) Faktor Risiko (lingkungan, pekerjaan, olahraga/aktivitas lain, riwayat bepergian) Daerah endemis leptospirosis DD/ - Leptospirosis Berat - Hepatitis - Malaria (berat) Faktor Risiko (lingkungan, pekerjaan, olahraga/aktivitas lain, riwayat bepergian) Daerah endemis leptospirosis LAPOR KE DINKES KAB/KOTA dan BERIKAN TATA LAKSANA KASUS DI PUSKESMAS RUJUK KE RUMAH SAKIT Ambil Spesimen Darah: Pemeriksaan Lab Rutin Pemeriksaan Serologi dengan Leptotek / Dridot Pemeriksaan Lab Rutin Pemeriksaan Kimia Klinis Pemeriksaan Serologi dengan Leptotek / Dridot KASUS PROBABLE LEPTOSPIROSIS KIRIM SAMPEL KE BALITVET BOGOR MAT (PAIR SERA) dan ISOLASI (+) LEPTOSPIRA KASUS KONFIRMASI LEPTOSPIROSIS
ALGORITMA RESPON KLB leptospirosis • Lakukan Respon KLB : • Penyelidikan epidemiologi : Pencarian kasus tersangka leptospirosis lainnya • Pengobatan selektif • Pengambilan spesimen serum darah tersangka • Penyuluhan kepada masyarakat tentang sumber dan pencegahan, dan lain-lain • Hindari kontak kulit dengan air banjir, mencuci semua makanan dengan bersih. • Pengendalian tikus • APD bagi pekerja berisiko
6. Tersangkaantraks
Definisioperasional • Antraks Kulit (Cutaneus Anthrax) • Papel pada inokulasi, rasa gatal tanpa disertai rasa sakit, 2-3 hari vesikel berisi cairan kemerahan, haemoragik menjadi jaringan nekrotik, ulsera ditutupi kerak hitam, kering, Eschar (patognomonik), demam, sakit kepala dan pembengkakan kelenjar limfe regional • Antraks Saluran Pencernaan (Gastrointestinal Anthax) • Rasa sakit perut hebat, mual, muntah, tidak nafsu makan, demam, konstipasi, gastroenteritis akut kadang disertai darah, hematemesis, pembesaran kelenjar limfe daerah inguinal, perut membesar dan keras, asites dan oedem scrotum, melena.
Definisioperasional • Antraks Paru-paru (Pulmonary Anthrax) • Gejala klinis antraks paru-paru sesuai dengan tanda-tanda bronchitis. Dalam waktu 2-4 hari gejala semakin berkembang dengan gangguan respirasi berat, demam, sianosis, dispnue, stridor, keringat berlebihan, detak jantung meningkat, nadi lemah dan cepat. Kematian biasanya terjadi 2-3 hari setelah gejala klinis timbul. • Antraks Meningitis (MeningitisAnthrax) • Komplikasibentukantraks yang lain, dengangambaranklinismiripdengankasus meningitis purulentaakut.