780 likes | 1.73k Views
Prinsip Pemeriksaan Patologi Anatomi. Erna Sulistyowati. Pemeriksaan penunjang. Benefits, Costs and Risks Membantu menegakkan diagnosis Membantu menentukan derajat dan aktivitas penyakit Proses Skrining/penapisan penyakit Identifikasi faktor resiko penyakit
E N D
Prinsip Pemeriksaan Patologi Anatomi Erna Sulistyowati
Pemeriksaan penunjang Benefits, Costs and Risks • Membantu menegakkan diagnosis • Membantu menentukan derajat dan aktivitas penyakit • Proses Skrining/penapisan penyakit • Identifikasi faktor resiko penyakit • Identifikasi penyakit pada pasien yang asimtomatis/tanpa gejala
Pemeriksaan Penunjang membantu Managemen pasien • Evaluasi tingkat keparahan penyakit (severity of disease) • Menentukan prognosis • Monitor penyakit (progresivitas, stabilitas dan resolusi • Mendeteksi rekurensi penyakit • Memilih obat dan menetapkan terapi
Pertimbangan dalam Pemeriksaan Penunjang • Beberapa pmrx beresiko menyebabkan kesakitan dan kematian. Mis: Angiogram serebral • Rasa tidak nyaman pada pasien. Mis: sigmoidoskopi, barium enema, kolonoskopi • Hasil pmrx menunjukkan bahwa pasien harus mengulangi pmrx yang sama → pdhl pmrx tsb menimbulkan rasa tdk nyaman • Hasil positif palsu menyebabkan px melakukan pmrx lebih lanjut yang tidak perlu, bahkan terapi yang tidak dia butuhkan • Pmrx yang dilakukan hanya untuk skrining saja, tidak memperbaiki keadaan pasien. Mis: pmrx PSA pada pasien Ca prostat dgn penyakit jantung kongestive yang berat • Pmrx yang mahal dan tidak banyak membantu Dx
Persiapan pemeriksaan penunjang • Persiapan pasien • Mengumpulkan spesimen
Hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan Pemeriksaan • Metode dijelaskan secara detil sehingga hasilnya akurat dan tepat • Akurasi dan presisinya diketahui • Rentang hasil pemeriksaan harus diketahui dengan jelas • Sensitivitas dan spesifisitas
PATOLOGI ANATOMI • Dibagi menjadi 2 : • Khusus • Umum • Bahan Pemeriksaan • Biopsi • Biopsi aspirasi • Sitologi • Operasi Definisi
Teknik pemeriksaan PA : • Makroskopik • Mikroskopik/histopatologi • Sitologi • Mikroskop elektron • Otopsi/Abduksi • Aspek dasar terjadinya penyakit • Etiologi • Patogenesis • Perubahan morfologi • Gejala klinis
Disease Pathology • Causes (etiology), include mechanism • Manifestations • Progress, include sequels • Medicine & Surgery • Diagnosis • Prognosis – therapy & prophylaxis include pharmacology
JEJAS Sel/Jaringan Adaptasi Degenerasi Keradangan Neoplasma Kematian sel / Jaringan
Lab.patologi. • Fungsi : 1.pendidikan 2.pelayanan masyarakat 3.penelitian /research • Pemeriksaan lab.patologi meliputi: 1.Pemeriksaan morfologi jaringantersusun atas sel pengecatan H.E. 2.Pemeriksaan Sitologipemeriksaan morfologi selsitomorfologi selbentuk selpengecatan PapanikolauUNT SKRINING UNT.DIAGNOSTIK 3.Pemeriksaan otopsi klinik
F: formulir S: sediaan/jaringan yang akan diperiksa P: preparat/sediaan jaringan yang sudah diperiksa J: jawaban
F: formulir P: preparat J: jawaban
Sel dan Jaringan Struktur sel sel merupakan struktur dasar dari semua makhluk hidup. mempunyai sifat-sifat esensial tertentu terdiri atas : > inti di tengah > sitoplasma di sekelilingnya > keduanya dibatasi oleh membran sel dan membran inti 1. MEMBRAN SEL 2. SITOPLASMA 3. MEMBRAN INTI 4. NUKLEOLUS 5. KROMOSENTER 6. VAKUOLA
Inti Sel t.a.: kromatin memberi reaksi sianofilik biru nukleolus eosinofilik/merah • Sitoplasma vakuola rongga-rongga bentuk bulat-bulat tidak menghisap warna bentuk tambahan. Berasal dari benda asing atau hasil samping sel berupa glikogen.
Struktur jaringan • Berupa kumpulan/ rangkaian dari sel-sel yang sejenis. • Kelompokan jaringan organ Jenis jaringan tubuh manusia 1. epitel 2. jaringan tepi 3. jaringan otot 4. jaringan saraf
TEKNIK PENGOLAHAN JARINGANUNTUK PEMERIKSAAN HISTOPATOLOGI • Untuk Penegakan DX tumor/ kelainan lain Pmx klinis, radiologis, histopatologi • Langkah awal pmx histopatologi : fiksasi jar. menentukan kwalitas sediaan patologi
FIKSASI • FIKSASI : Tindakan merendam bahan pemeriksaan yg berasal dari biopsi, operasi, atau otopsi ke dalam cairan fiksasi yang mempunyai volume cukup dan memakai cairan fiksasi yang benar. • Kesalahan fiksasi fatal krn ireversibel
TUJUAN FIKSASI • Harus dilakukan secepat mungkin begitu jaringan diangkat . • Tujuan : • Mencegah terjadinya proses autolisis. • Mencegah proses pembusukan. • Memadatkan dan mengeraskan jar. Agar mudah dipotong. • Memadatkan cairan koloid. • Mencegah kerusakan struktur jaringan
Cairan fiksasi yang umum digunakan adalah cairan formalin karena : • Mudah didapat • Murah • Cukup memuaskan • Lazim digunakan CAIRAN FORMALIN (Formaldehid 40%) • Formalin : larutan pekat formaldehid yg dipasarkan Formaldehid 40 %. • Larutan 10 % formalin merupakan : -Formalin(Formaldehid40%........................10 ml) Aquadest…………………………………………………….90 ml)
Sifat- sifat Formalin : • Pada penyimpanan lama kadar formalin menjadi berkurang. • Mengakibatkan infeksi kulit yang lama dan nyeri. • Uap formalin dapat merusak mukosa hidung. • Bereaksi secara kompleks terhadap tubuh. • Karsinogen.
Cara Melakukan Fiksasi Jaringan • Siapkan botol dengan mulut lebar yang telah diisi larutan fiksasi. • Cairan yg diperlukan sebanyak 15-20 kali volume jaringan yg difiksasi, minimal jaringan yg akan difiksasi terendam. • Segera masukkan jaringan ke dalam botol. • Jika jaringan hasil operasi besar difiksasi secara utuh. • Pada botol tempat fiksasi dicantumkan : Nama psn, umur, JK, lokasi jaringan, nama dr, tanggal operasi, no pmx PA
PEMERIKSAAN DAN PEMOTONGAN SEDIAAN BASAH Tujuan • Identifikasi jaringan • Deskripsi Jaringan • Memilih secara tepat bagian dari jaringan untuk pemeriksaan mikroskopis.
Dilihat macam jaringan : • Apakah hasil operasi, ekstirpasi, kuretase, dll. • Dinilai keadaan jaringan : Ukuran (3 dimensi) Bentuk (teratur/tdk, permukaan rata/tdk) Konsistensi (kenyal padat,rapuh, keras,dll) Berat dan warna penampang Bila jar. sedikit usahakan semuanya dibuat sediaan mikroskopis
PENGECATAN DENGAN MENGGUNAKAN H.E./HEMATOKSILIN EOSIN. HASIL INTI berwarna biru SITOPLASMA berwarna eosinofilik
Frozen section • Suatu metode pemeriksaan histopatologi dengan proses yang lebih cepat • Dikerjakan di RS
Tujuan : • Membekukan jaringan sehingga dapat dipotong secara cepat, perlu jaringan segar tanpa fiksasi ( dapat juga untuk jaringan yang telah difiksasi formalin 10 %) • Jika suhu jaringan di bawah titik beku Air dalam jar membeku menjadi es (media embedding) Jaringan keras dan mudah dipotong
ZAT PEMBEKU : • Karbondioksida (CO2) padat • Karbondioksida (CO2) gas • Gas cair nitrogen (N2), dichlorodifluoromethane KEGUNAAN SEDIAAN POTONG BEKU • Untuk mendapatkan diagnosa histopatologi secara cepat antara 15-20 menit sewaktu penderita masih di kamar operasi. • Dalam bidang histokimia untuk pulasan lemak, identifikasi enzim dehidrogenase
3. Pada proses pemulasan akan memudahkan zat warna akan masuk ke dalam sel-sel jaringan misal : untuk memperlihatkan komponen SSP 4. Untuk memperlihatkan tendon yang biasanya dalam blok parafin sulit dipotong 5. Teknik imunofluorosensi
SITOLOGI • SITOLOGI ; ILMU TENTANG SEL. • SITOLOGI DIAGNOSTIK;ilmu penilaiaan /interprestasi morfologi sel dari berbagai organ tubuh manusia Dapat berupa :-sel yg eksfoliasi -artifisial/dg berbagai cara.
KEGUNAAN 1.DIAGNOSA KELAINAN PATOLOGI TERTENTU DARI ORGAN TUBUH TERUTAMA KEGANASAN . 2.EVALUASI SITO HORMONAL. 3.PEMERIKSAAN SEKS KROMATIN.
BAHAN YANG DAPAT DIPERIKSA 1.Vaginal smir/Pap test/servikal smir 2.Sputum 3.Bronchial washing dan brushing 4.Urine 5.Cairan dari tubuh lain: c.pleura, c.sendi, c.asites, c.pericardium, cerebrovaskuler. 6.Discharge papila mamae. 7.Imprint jaringan tumor. 8.Aspirasi jaringan tumor.
PAP TEST DIFINISI:pemeriksaan sitologi epitel serviks dan porsio uteri untuk penentuan adanya kelainan pra ganas maupun ganas. Ditemukan dan dipopulerkan oleh “GEORGE PAPANICOLAOU” th.1928---1950,di Indonesia th 1970. KEGUNAAN ; 1.Penentuan kelainan ;- pra ganas - ganas 2.Follow up karsinoma serviks pasca pengobatan baik operatif ,radiasi, atau sitostatika. 3.Mengetahui adanya proses keradangan serta penyebabnya
TATA CARA PENGAMBILAN DAN PENGIRIMAN BAHAN PAP TEST Alat yang digunakan 1.Formulir konsultasi sitologi 2.Spatula Ayre /cytobrush 3.Kaca benda dan pensil kaca 4.Spekulum Grave’s 5.Tabung berisi alkohol 95%.
HAL YG PERLU DIPERHATIKAN 1.Pengobatan lokal dihentikan 1 minggu sebelum pemeriksaan. 2.Penderita paska bersalin ,operasi rahim,radiasi,sediaan diambil paling cepat 6 minggu kemudian. 3.Bila banyak lendir dan krusta sebaiknya dibersihkan dahulu. 4.Dibuat dua sediaan 5.Jika dicurigai adanya keganasan endometrium,ambil juga dr forniks post.
CARA PENGAMBILAN BAHAN DAN PEMBUATAN SEDIAAN PAP SMIR 1. Pasien tidur telentang atau miring dg lutut ditekuk (litotomi) 2. Masukkan spekulum kemudian dibuka sehingga terlihat mulut rahim.
Cara mengambil sekret endoservikal dengan menggunakan spatula Ayre
4. CARA MEMBUAT APUSAN YANG BAIK • SEBAIKNYA DILAKUKAN DENGAN GERAKAN SEARAH DARI TENGAH KEARAH LUAR. 5.CARA KEMASAN DAN PENGIRIMAN SEDIAANAPUS(SA) *SA YG TELAH KERING DIMASUKKAN DLM KOTAK/KARTON PENGIRIMAN + FORMULIR YG TELAH DIISI LENGKAP
INTERFAL berapa tahun sebaiknya Pap test dilakukan ? • Ada banyak pendapat,a.l. :
Menurut WHO • 1.Bila dana terbatas sebaiknya px masal dilakukan semua wanita usia 35- 40 th sekali • 2.bila dana banyak setiap 10 th at 5 th antara kelompok umur 35 – 55 th • 3.Secara ideal sebaiknya dilakukan setiap 3 th pada wanita umur 25 – 60 th
American Cancer Society • Pada tulisannya;”cancer related health check up “menganjurkan sbb, • umur 20 – 60 th dan dibawah 20 th dengan seksual aktif --------1 th 1X • Setelah 2 th ber turut2 neg / normal, berikutnyadapat 3 th sekali.
Menurut “the American College of Obstetrician and Gynnaecologist” • Menganjurkan Pap test sebaiknya merupakan pemeriksaan berkala dengan interfal satu tahun bagi semua wanita dengan seksual aktif
LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN SITOLOGI MELIPUTI: 1.Keadaan sel epitel serviks 2.Ada radang atau tidak 3.Mikro organisme yg tampak Sasaran Pap smir. • Semua wanita yang telah melakukan aktifitas seksual
Sitologi dari keganasan Kelainan inti sel ganas. 1.Kromatin:-tercat lebih gelap→hiperkromasi -mengumpul,kasar,tak rata(bersudut). 2.Pembesaran ratio inti-sitoplasma. 3.Variasi ukuran inti (anisonukleosis)....variasi ukuran inti dari sel yg sama 4.Variasi bentuk inti(pleomorfi) ….membran inti yang tak rata bentuknya. 5.Nukleolus yg tak rata….besar, tak rata dan bergerigi