E N D
Ikan dan Kiai Gus Dur terbilang santri nakal pada zamannya. Pada suatu malam diajaknya dua orang kawannya agar ikut dengannya, sambil membawa serokan. Untuk apa?! Ternyata mereka diajak mengambil ikan di kolam pemilik pimpinan pondok. Karena yang mengajak mereka adalah Gus Dur, cucu Hadratusy Syeikh Hasyim Asy’ari, mereka menurut saja. Wah, ini berarti akan ada menu baru yang tidak seperti menu harian biasa di pondok, yang begitu sederhana. Di benak mereka sudah terbayang ikan goreng yang lezat.Mereka pelan-pelan mendekati kolam dan mulai menyerok ikan. Karena asyiknya, mereka tidak menyadari bahwa kecipak air kolam telah membangunkan sang Kiai, dan mereka pun tertangkap basah. “Kalian mencuri ikan, ya?!” Dua kawan Gus Dur tak berani mengangkat kepala mereka. Maka Gus Dur pun menjawab, “Pak Kiai jangan salah sangka. Justru saya yang menggagalkan pencurian ikan-ikan ini.” Kiai pun percaya, dua temannya ditahan untuk dinasihati, sementara Gus Dur disuruh ke belakang, agar ikan-ikan hasil curian itu diserahkan kepada istri Kiai. Di dapur, Gus Dur bukannya meninggalkan ikan-ikan itu, melainkan bilang kepada Nyai, istri Kiai, bahwa dia disuruh Kiai membersihkan ikan-ikan itu. Kembali ke asrama, Gus Dur menenteng oleh-oleh: ikan goreng! Tak pelak kedua temannya tadi merasa dongkol setengah mati. “Lain kali, kalau nyuri ikan lagi gantian, kamu yang jadi maling dan kami berdua jadi polisi,” kata mereka dongkol. Dan Gus Dur kecil pun terbahak.