10 likes | 148 Views
Ketika Kekerasan Berbicara “ Dalam perdamaian , anak memakamkan bapak-bapak mereka ; dalam peperangan , bapak memakamkan anak-anak mereka .” ( Majalah TEMPO, 10 Maret 2002, halaman 209).
E N D
KetikaKekerasanBerbicara “Dalamperdamaian, anakmemakamkanbapak-bapakmereka; dalampeperangan, bapakmemakamkananak-anakmereka.” (Majalah TEMPO, 10 Maret 2002, halaman 209). Pernahadamasa, diPosodan Ambon, hidupanak-anakmanusia, amatditentukanolehkekerasan. Di saat-saatitu, ketakutanuntukmati, takpernahlagiterdengar, sebabhidupdanmati, hanyadiantaraiolehsehelairambut. Suatuketika, Posodan Ambon, menjadipalagankekerasan yang membuatnyawamanusiaseolahtidakberharga. Ketikaitulah, talipersaudaraanseolahputusdantakmenentu. Di saat-saattersebut, pekik rasa sakitdanteriakankepedihan, tidakmemperolehhakuntukdisuarakan. Kekerasanmasa-masaitudiPosodan Ambon, telahmembungkam rasa sakitdanmengebalkan rasa takut. Pada tempo-tempo itu, diPosodan Ambon, salaksenjataseolahjadinyanyianpenghibur. Bedildenganmudahdiarahkankeorangtertentu, laluditembakkan. Anakpanah, pedang, kelewang, danbamburuncing, dengangampangdigunakanuntukmengirimorang lain keakhirattanpadiberihakuntukbertanya: adaapadanmengapa? Di Posodan Ambon selamamasa-masaitu, terbentangsebuahgaris yang jelasantara “kami” dan “mereka”, yang berarti “kami” sebagaikawandan “mereka” sebagailawan. Padananuntukkata “mereka” disiniadalahkematian, tentusaja. Kita menyaksikan, diPosodan Ambon, antaratahun 1999 s.d. 2002, kata “kasihsayang” telahdikuburolehnafsusalingmenghabisi. Padatahun-tahunitu, dikeduatempattersebut, katasolidaritasdankerukunandimuseumkan, dan museum ituharusditutuprapat-rapatdariparapengunjung. Kita menyaksikan, pada tempo-tempo itu, perempuan-perempuankitamenjadijanda, anak-anakkitamenjadiyatim, semuakarenakekerasan. Takseorang pun disana, yang sempatmembayangkanmasadepannya, karenamasadepanitutelahdikuburolehsyahwatsalingmematikan. Dengangampangkitamelihatseseorangmenggorokleherorang lain ditengahkerumunanorangbanyak. Denganmudahkitamenyaksikanseseorangmembakarhidup-hiduporang lain tanpa rasa bersalah, dantakseorang pun yang beranimajudanberikhtiaruntukmenundakematiannya. Takadalagiaturanhidup, dansekaligus, takadalaginormabagaimanaseseorangmenemuiajalnya. Kita melihatpadahari-hari, minggu-minggu, bulan-bulan, dantahun-tahunitusemuapihakmerasadizalimi, lalumemaklumkandirimasing-masingsebagaipemeganghakmonopoliberlakukerasterhadappihak yang dianggapmenzaliminya. Ironisnya, itusemuadilakukanatasnamakeyakinan yang berlandaskanajarandan moral agama. Tuhan pun seolahditampikuntukterlibatmencegahkekerasan. SingkatnyaPosodan Ambon seakanmengesahkankekerasansebagaialatuntukmencapaitujuan, dimanaparapelakukekerasanitusendiritidakpernahmampumerumuskantujuansemuakekerasantersebut. KetikakekerasanmerebakdiPosodan Ambon, masjiddangerejaluluhlantak, atautersisasebagairongsokan yang menjadimonumenkebiadaban. Rumah, pasar, sekolah, danentahapalagi yang lain, jadikepinganatauabu. Takpernahterpikirolehmereka yang melakukankekerasanpadasaat-saatitu, bahwa, kekerasan yang merekalakukantersebuttelahmelumatmasadepan, menguburimpiananak-anakmereka, danmencorengwajahmerekasendiri. Kapakkekerasandantombakkemarahan yang merekaperagakandanpakaitelahlengketdengandarahdannafsu, yang terlalusulitdibersihkanolehrentangwaktu. TigatahunkekerasanberlakudiPosodan Ambon, lukadan rasa robekitutersimpansangatdalam. Tigatahunjugaintip-mengintipterjadi, hiduppenuhkecurigaandansaratdengansiasat. Tigatahun pula rasa was-was tersimpan. Harapandanmimpiterkuburbersamajenazah-jenazahkorbankekerasan. Yang tersisa, kalautohmasihsempathidup, hanyalahdoa agar merekaselamat. Syukurlah, baradandendamituberhasildikesampingkan. Masalalu yang penuhmurkadanamuk, cobadisisihkanlewatsebuahjalantengah yang damai: dudukberdialog, mencobamenyambungtitik taut masasilam, sebelumperang, yang penuhketeduhandankebahagiaan. GoenawanMohamaddenganamatpuitismenggambarkanperdamaianinimengandungcerita-ceritabesar. “Iamungkinkabarbaikterpentingdiduniadiawalmileniumini. Iasebuahkisah yang membanggakanhati, danmengharukan, tentangorang-orang yang diam-diammembangunjembatandiantaraduakubu yang bakubunuh, agar padaakhirnyasenjatadiletakkan.” (CatatanPinggir, Majalah TEMPO, 12 Maret 2002) Keduabelahpihak yang dulunyasalingmengapakdanbertandingsiapa yang lebihdulumenohok, berdatangankeMalino yang dingin, bebasdarihirukpikukkekerasan, untukmenyatakantekad: hidupdamai.Merekaakhirnyasalingpeluk, salingtatapdenganmatasembab, terharu, danpenuhsesal. Lalu, saya pun teringatucapan Raja Crosiusdari Lydia, 2.500 tahunsilam. “Perdamaian, bukanperang, yang tahubetapapentingnyahariesok.” Dan perdamaianitudiciptakanolehJusufKalla (JK), yang sekaligusberarti, JK membukatiraihariesokPosodan Ambon, yang lebihbaik.