690 likes | 3.03k Views
RUKUN DAN SYARAT PERKAWINAN. OLEH WIRDYANINGSIH. Perkawinan. Dalam melaksanakan perkawinan harus memenuhi ketentuan rukun dan syarat perkawinan Tidak terpenuhinya ketentuan rukun dan syarat perkawinan mengakibatkan tidak sahnya suatu perkawinan
E N D
RUKUN DAN SYARATPERKAWINAN OLEH WIRDYANINGSIH
Perkawinan • Dalam melaksanakan perkawinan harus memenuhi ketentuan rukun dan syarat perkawinan • Tidak terpenuhinya ketentuan rukun dan syarat perkawinan mengakibatkan tidak sahnya suatu perkawinan • Dasar hukum yang digunakan adalah syari’ah, UU Perkawinan, dan KHI
RukunPerkawinan • Rukun ialah unsur pokok (tiang) • Syarat merupakan unsur pelengkap dalam setiap perbuatan hukum. • Rukun nikah merupakan bagian dari hakekat perkawinan, artinya bila salah satu rukun nikah tidak terpenuhi maka tidak terjadi suatu perkawinan.
Rukun Perkawinan Pasal 14 Kompilasi Hukum Islam (KHI): • Calon suami dan isteri • Wali • Saksi • Ijab Qabul
SyaratPerkawinan • Menuruthukum Islam rukundansyarat-syarat yang harusdipenuhi agar suatuperkawinandinyatakansah. • SyaratPerkawinanterdiridariduabagianyaituSyaratUmumdanSyaratKhusus. • SyaratUmum Perkawinantidakbolehbertentangandenganlaranganperkawinandalam al-Qur’an yang termuatdalam Q.S. al-Baqarah (2) : 221 tentanglaranganperkawinankarenaperbedaan agama, Q.S. an-Nisaa (4) : 22, 23, 24 tentanglaranganperkawinankarenahubungandarah, semendadansaudarasesusuan.
SYARAT KHUSUS1. Calon Suami dan Isteri • Beragama Islam • Menyetujui perkawinan tersebut. Calon mempelai harus bebas dalam menyatakan persetujuannya, tidak dipaksa oleh pihak lain. Persetujuan menyatakan kehendak ini hanya dapat dilakukan oleh orang yang sudah mampu berfikir, dewasa atau akil baligh. (Pasal 16-17 KHI) • Dewasa jasmani dan rohani dalam melangsungkan perkawinan (Pasal 15 KHI) • Tidak terdapat halangan dan larangan perkawinan: • Bukan mahram pasangannya • Tidak sedang dalam ihram haji atau umroh.
SyaratCalonSuamidanIsteri Syaratbagicalonsuami: • Teranglaki-lakinya (bukanbanci) • Sekurang-kurangnyaberusia 19 tahun • Tidakberisterilebihdariempat. • Tidakmempunyaiisteri yang haramdimadudenganbakalisterinya. • Mengetahuibakalisterinyatidakharamdinikahinya. Syaratbagicalonisteri: • Terangperempuannya (bukanbanci). • Sekurang-kurangnyaberusia 16 tahun • Telahmemberiizinkepadawaliuntukmenikahkannya. • Tidakbersuami, tidakdalammasa ‘iddah. • Belumpernahdili’an (sumpahli’an) olehbakalsuaminya
2. Syarat Perkawinan: Wali • Hadis Rasulullah • “Barangsiapa di antara perempuan yang menikah tidak dengan izin walinya, maka pernikahannya batal” • Hadis riwayat Ibnu Majah dan Daruqutni • “Janganlah perempuan menikahkan perempuan yang lain, dan jangan pula seorang perempuan menikahkan dirinya sendiri”
Syarat Perkawinan: Wali • Mazhab Syafi’i berdasarkan hadits Rasul yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim dari Siti Aisyah, bahwa Rasul pernah mengatakan tidak ada kawin tanpa wali. • Mazhab Hanafi: wanita dewasa tidak perlu wali bila akan menikah. • Calon isteri harus mempunyai wali yang bertindak untuk menikahkannya (Pasal 19 KHI) • Syarat-syarat wali adalah (Ps 20 ayat (1) KHI): • Muslim • Aqil • Baligh • Tidak tuli, bisu, atau uzur (Ps 22 KHI) • Laki-laki, • Adil • dan tidak sedang ihram atau umroh.
Macam-macam Wali 1. Wali Nasab (Ps 21 KHI) • Kelompok kerabat laki-laki garis lurus ke atas yaitu ayah, kakek dari pihak ayah dan seterusnya • Kelompok kerabat saudara laki-laki kandung atau saudara laki-laki seayah, dan keturunan laki-laki mereka • Kelompok kerabat paman, yakni saudara laki-laki kandung ayah, saudara seayah dan keturunan laki-laki mereka • Kelompok saudara laki-laki kandung kakek, saudara laki-laki seayah kakek dan keturunan laki-laki mereka
Macam-macam Wali 2. Wali Hakim (Pasal 23 KHI) • Wali hakim adalah penguasa atau wakil penguasa yang berwenang dalam bidang perkawinan, biasanya penghulu atau petugas lain dari Departemen Agama. • Wali hakim baru dapat menjadi wali nikah apabila wali nasab tidak ada atau tidak mungkin menghadirkannya atau tidak diketahui tempat tinggalnya atau adlal (enggan) • Wali hakim baru dapat bertindak sebagai wali nikah apabila ada penetapan Pengadilan Agama
Macam-macamWali 3. Hakam Hakam adalah seseorang yang masih termasuk anggota keluarga calon mempelai perempuan namun bukan wali nasab dan mempunyai pengetahuan agama sebagai wali yang cukup. 4. Muhakam Muhakam ialah seorang laki-laki bukan keluarga calon mempelai perempuan dan bukan dari penguasa, tetapi mempunyai pengetahuan agama yang baik dan dapat menjadi wali perkawinan.
3. Syarat Perkawinan: Saksi • Hadis riwayat Ahmad • “Tidak sah nikah kecuali dengan wali dan dua saksi yang adil” • Syarat-syarat menjadi saksi (Ps 25 KHI) • Laki-laki • Muslim • Adil • Aqil Baligh • Tidak terganggu ingatan • Tidak tuli • Tidak menjadi wali. • Dua saksi laki-laki (Pasal 25 KHI). Apabila tidak ada laki-laki maka seorang laki-laki digantikan dengan dua orang perempuan untuk menjadi saksi.
4. Syarat Perkawinan: Ijab Qabul • Ijab : • penegasan kehendak mengikatkan diri dalam bentuk perkawinan dan dilakukan oleh pihak perempuan ditujukan kepada laki-laki calon suami • suatu pernyataan penyerahan dilakukan oleh wali nikah (Pasal 28 KHI) • Qabul: • penegasan penerimaan mengikatkan diri sebagai suami isteri yang dilakukan pihak laki-laki. • suatu pernyataan penerimaan dilakukan oleh calon suami (Pasal 29 ayat 1 KHI) • Dapat diwakilkan kpd pria lain adal calon mempelai pria memberi kuasa yg tegas dan tertulis dan mempelai perempuan tidak keberatan (Pasal 29 ayat 2-3)
4. Syarat Perkawinan: Ijab Qabul • Pelaksanaan antara pengucapan ijab dan kabul tidak boleh ada antara waktu, harus segera dijawab. (Pasal 27 KHI) • Hadis riwayat Muslim: • “Takutlah kepada Allah dalam urusan perempuan. Sesungguhnya kamu ambil mereka dengan kepercayaan Allah, dan kamu halalkan kehormatan mereka dengan kalimat Allah”
Mahar • Dalam perkawinan harus ada Mahar atau sadaq. • Dasar Hukum: An Nisa ayat 4: • “Berikanlah mahar kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan” • An Nisa ayat 20: • “Dan jika kamu ingin mengganti istrimu dengan istri yang lain, sedang kamu telah memberikan kepada seseorang di antara mereka harta yang banyak, maka janganlah kamu mengambilnya kembali.” • An Nisa ayat 25: • “Dan barangsiapa di antara kamu tidak mempunyai biaya untuk menikahi perempuan merdeka yang beriman maka dihalalkan menikahi perempuan yang beriman dari hamba sahaya yang kamu miliki. Allah mengetahui keimananmu sebagian dari kamu adalah sebagian yang lain (sama-sama keturunan Adam/Hawa). Karena itu nikahilah mereka dengan izin tuannya dan baerikanlah mereka mas kawin yang pantas, karena mereka adalah perempuan2 yang memelihara diri, bukan pezina…”
Maharwajibdiberikanolehcalonsuamikepadacalonisteri (Pasal 30 KHI) • Jumlah, bentuk, danjenisnyadisepakatiolehkeduapihakdengananjurankesederhanaandankemudahandalammewujudkannya (Pasal 31 KHI) • Biasanyadiberikanpadawaktuakadnikahdilangsungkan, sebagaiperlambangsuamidengansukarelamengorbankanhartanyauntukmenafkahiisterinya • Maharbolehdibayartunaiatauditangguhkansebagianatauseluruhnyaasaldisetujuiolehcalonisteridanmenjadiutangcalonsuami (Pasal 33 KHI) • Kewajibanmenyerahkanmaharbukanrukunperkawinan. Kelalaianmenyebutjumlahdanjenismahartidakmenyebabkanbatalnyaperkawinan. Maharberhutangtidakmengurangisahnyaperkawinan (Pasal 34 KHI)
Macam Mahar • Mahar Musamma • Mahar yang telah disepakati oleh calon suami dan calon istri • Mahar Mitsil • Mahar yang belum ditentukan jumlah dan bentuknya pada saat ijab kabul
Ketentuan pembayaran mahar Pasal 35 KHI • Suami yang mentalak isterinya dalam keadaan qobla dukhul, ia wajib membayar setengah mahar yang telah ditentukan dalam akad nikah • Suami yang meninggal dunia dalam keadaan qobla dukhul, seluruh mahar menjadi hak isterinya • Perceraian terjadi qobla dukhul dan mahar belum ditetapkan, suami wajib membayar mahar mitsil.
Dasar hukum • Al Baqarah ayat 237 • “Jika kamu menceraikan isteri-isterimu sebelum kamu bercampur dengan mereka, padahal sesungguhnya kamu sudah menentukan maharnya itu, maka bayarlah seperdua dari mahar yang telah kamu tentukan itu”
SyaratsahnyaperkawinanmenurutUndang-Undang No.1 tahun 1974 tentangPerkawinan • Pasal 2 ayat (1): perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu. • Penjelasan Pasal 2: tidak ada perkawinan di luar hukum masing-masing agamanya dan kepercayaanya itu. • Berarti untuk Orang Islam maka yg berlaku adalah hukum perkawinan Islam.
Syarat sahnya perkawinan menurut Undang-Undang No.1 tahun 1974 tentang Perkawinan • Persetujuankeduacalonmempelai (Pasal 6). • Harusberusia 16 (enambelas) tahunbagiwanitadanberusia 19 (sembilanbelas) tahunbagipria (Pasal 7). • Tidakterikattaliperkawinandenganorang lain kecualidalamhal yang diizinkan (Pasal 9). • Bagi yang belumberusia 21 (duapuluhsatu) tahunharusmendapatizinkeduaorangtua (Pasal 6 ayat (2)). • Tidakmerupakanpihak-pihak yang dilaranguntukmenikahsepertitercantumdalamPasal 8, 9, 10.
Terima Kasih Wassalam