190 likes | 486 Views
HASIL PENGOBATAN PASIEN TUBERKULOSIS YANG RESISTEN OBAT ANTI TB. Dr. Reviono, SpP FKUNS/RSUD Dr Moewardi Surakarta. PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) masih merupakan salah satu penyebab kematian utama di dunia. WHO, 2005
E N D
HASIL PENGOBATAN PASIEN TUBERKULOSIS YANG RESISTEN OBAT ANTI TB Dr. Reviono, SpP FKUNS/RSUD Dr Moewardi Surakarta
PENDAHULUAN • Tuberkulosis (TB) masih merupakan salah satu penyebab kematian utama di dunia. WHO, 2005 • Angka resistensi obat TB di dunia cukup tinggi WHO, 2007sedangkan angka resistensi di Indonesia belum ada. • RS Dr. Moewardi merupakan RS Rujukan di Jawa Tengah yang banyak merawat kasus TB
TUJUAN • Untuk mengetahui hasil pengobatan pasien dengan resistensi OAT, termasuk MDR-TB • Untuk mengetahui pola resistensi masing-masing OAT
METODE PENELITIAN • Desain penelitian : retrospektif analitik • Populasi penelitian semua pasien TB yang berobat ke RSUD Dr. Moewardi Januari 2005 – Desember 2006 • Pasien diterapi dengan strategi DOTS • Pasien dengan kultur BTA (+) dengan media Lowenstein - Jensen • OAT : lapisan pertama. Rifampisin, INH, Pyraziminde Ethambutol dan injectable Streptomycin dan Kanamycin. • Pemeriksaan catatan medik untuk mendapatkan riwayat pengobatan dan hasil pengobatan
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN • Jumlah pasien TB Paru dengan strategi DOTS : 415 • Didapatkan 85 isolate resisten (20,48%) • Terdapat 18 kasus tidak didapatkan data yang lengkap, sehingga jumlah sampel penelitian (n)= 67
0-20 >60 3% 16% 21-40 50% 41-60 31% Gambar 1. Distribusi kelompok umur (tahun)
Tabel 1. Proporsi obat antituberkulosis berdasarkan kasus resisten dan kasus keseluruhan yang dirawat di RSUD Dr. Moewardi Surakarta
Tabel 2. Proporsi kasus resistensi primer dan sekunder terhadap seluruh pasien TB yang dirawat di RSUD Dr. Moewardi
OAT yang paling saling terjadi resisten adalah INH yaitu 10,36%, diikuti rimfapisin 6,5% • Kasus MDR 3,38% • Bernal mendapatkan INH : 9,7% untuk resistensi primer dan 7,5% untuk resistensi sekunder (Bernal ML, 2005) • Lithuania : INH : 25,3%, MDR : 9,3% (Dewan P, 2002) • RS Dr. Soetomo INH : 7,69% (Wiwik K.G. 2007) • RS Persahabatan INH : 10,58%, Rifampisin 5,64% untuk resistensi primer • Resistensi sekunder INH : 34,81%, Rifampisin : 34,07% dan MDR : 34% (Aditama TY, 2005)
Tabel 3. Hasil pengobatan pada kasus resisten dan seluruh kasus TB yang dirawat di RSUD Dr. Moewardi Surakarta
Tabel 4. Hasil pengobatan berdasarkan masing-masing obat antituberkulosis
Tabel 6 Hasil pengobatan berdasarkan kasus baru dan kasus pengobatan ulang
Resistensi OAT akan menyebabkan pengobatan menjadi lebih sulit, modeldan pilihan OAT semakin sedikit. (WHO, 2005; Dewan P, 2002) • Langkah yang harus dilakukan untuk mengantisipasi bahaya resistensi adalah melakukan surveilans dan pengendalian strainresisten secara terus menerus(Bernal ML, 2005) • Upaya ini harus menjadi bagian kerangka kerja program penanggulangan TB. (WHO, 2005; Dewan P, 2002)
Angka kesembuhan di RSUD Dr. Moewardi untuk resistensi primer (kasus baru) : 83,65%. Untuk resistensi sekunder (pengobatan ulang): 50%. Untuk MDR : 35,71%. • Di Vietnam kasus MDR dengan strategi DOTS angka kesembukan 86% (Ward HA, 2005)
Faktor kesembuhan di Vietnam • Lama terapi (median 23 bulan) • Ketaatan minum obat • Jumlah obat yang cukup 8 OAT (Ward HA, 2005)
Pengobatan MDR di RSUD Dr. Moewardi • Belum semua OAT lapis ke-2 tersedia • Kalaupun ada harganya mahal • Pengobatan yang lama (18 bulan setelah konversi sputum) cukup sulit menjaga ketaatan penderita • Sering berhubungan dengan gangguang fungsi organ (hati, ginjal, gastro intestinal)
KESIMPULAN • Proporsi resistensi OAT di RSUD Dr. Moewardi cukup tinggi yaitu 20,48% • INH merupakan OAT paling sering terjadi resistensi yaitu 9,67% (primer) dan 16,75%(sekunder) • Angka kesembuhan pasien dengan resisten OAT 79,10% lebih rendah dibandingkan kasus TB keseluruhan. • Angka kesembuhan MDR-TB 35,71% lebih rendah dibandingkan bukan MDR-TB 90,5%.