240 likes | 648 Views
PERSEPSI TERHADAP ORANG LAIN. Ike Herdiana Disampaikan pada perkuliahan psikologi sosial I Fapsi Unair. Proses Persepsi Terhadap Orang lain. OBSERVASI Merupakan Unsur Dasar Dalam Melakukan Persepsi Sosial. Non Verbal Observation. Apa saja Non Verbal Itu ?. Bahasa tubuh Kontak mata
E N D
PERSEPSI TERHADAP ORANG LAIN Ike Herdiana Disampaikan pada perkuliahan psikologi sosial I Fapsi Unair
OBSERVASI Merupakan Unsur Dasar Dalam Melakukan Persepsi Sosial
Apa saja Non Verbal Itu ? • Bahasa tubuh • Kontak mata • Sentuhan
Bisakah anda membedakan orang yang jujur dan orang yang bohong?
ATRIBUSI: Dari Hasil Observasi Ke Disposisi Untuk mendapatkan pemahaman sebab- sebab perilaku, kita dapat melakukan atribusi terhadap perilaku diri sendiri ataupun perilaku orang lain. Dalam atribusi ini kita memberikan penjelasan tentang penyebab perilaku.
Friz Heider (1958) teori yang menggambarkan proses atribusi dikenal dengan teori atribusi (attribution theory).
Heider (1958) mengklasifikasikan penyebab perilaku tersebut yaitu personal dan situasional. • Atribusi personal : terjadi ketika penyebab perilaku tersebut lebih dikarenakan oleh faktor karakteristik internal individu, seperti kemampuan (ability), keperibadian (personality), suasana hati (mood), dan usaha (efforts). Contoh atribusi ini adalah apabila ada seorang siswa yang terlambat sekolah yang disebabkan oleh kebiasaan siswa tersebut bangun kesiangan. • atribusi situasional terjadi manakala faktor penyebab keterlambatan itu adalah faktor eksternal seperti tugas (task), orang lain (other people), atau keberuntungan (luck). Dalam contoh di atas, apabila keterlambatan siswa tersebut dikarenakan kendaraan yang ditumpangi tiba-tiba meletus, maka atribusi yang terjadi karena faktor eksternal.
Theory Inferensi Korespondensi dari Jones dan Davis (1971) • Setiap orang mencoba memahami orang lain dengan mengobservasi dan menganalisis perilaku. • Dalam teori ini diprediksi bahwa seseorang mencoba melakukan inferensi (penyimpulan) dari tindakan sso: apakah tindakan tersebut berhubungan dengan karakteristik personal pelaku (actor) • Apakah seorang yang suka melalukan tindakan agresi itu memiliki watak yang jahat? Dan apakah orang yang suka memberikan uangnya pada orang lain itu dapat disebut sebagai dermawan?
Teori Kovariansi dari Harold Kelley • Harold Kelley (1967) yakin bahwa seseorang dapat bertindak seperti ilmuwan pada umumnya. • Mereka tidak dapat mengobservasi perilaku pada latar laboratorium, tetapi dapat membuat sejumlah perbandingan seolah-olah seperti pada suatu eksperimen. • Menurutnya, orang dapat membuat atribusi berdasarkan pada prinsi-prinsip kovariansi. • Ada tiga jenis informasi kovariansi yang berguna untuk melakukan atribusi, yaitu konsensus (consensus), pembedaan (distinctiveness) dan konsistensi (consistency).
Ketika anda sebagai ilmuwan, Anda mungkin mencari informasi konsensus dengan melihat bagaimana orang yang berbeda merespon stimulus yang sama. Misalnya, dalam suatu pesta perkawinan, banyak orang menggunakan dasi yang sama bila menghadiri pesta, karena pesta perkawinan itu acara resmi. • Ketika Anda sebagai ilmuwan, Anda mungkin mencari informasi pembedaan apakah orang yang sama memberikan reaksi yang berbeda terhadap situasi yang berbeda. Dalam kasus pemakaian dasi di atas, orang akan tetap menggunakan dasi meskipun berada pada situasi yang bukan pesta. • Sementara itu, konsistensi diperoleh apabila orang yang sama melakukan hal yang sama pula ketika berada dalam situasi yang sama. Dalam kasus pemakaian dasi, orang dinyatakan menunjukkan konsistensinya apabila orang yang memakai dasi tadi juga melakukan dasi pada pesta perkawinan selanjutnya.
Bias Dalam Atribusi • Heuristik Kognitif (Cognitive Heuristic). Dalam heuristik kognitis, seseorang memproses informasi secara potong kompas sehingga judgemen yang dibuatnya dapat cepat, namun juga seringkali mengalami kesalahan. • Teori atribusi memiliki asumsi bahwa seseorang mendasarkan judgement sosialnya dengan membaca fakta dan figur perilaku. Misalnya, apabila kita menarik kesimpulan tentang individu kita dapat membandingkannya dengan norma sosial.
Beberapa bentuk heuristik kognitif : • Pada bentuk representativeness, muncul asumsi bahwa seseorang adalah merupakan bagian dari kelompok tertentu karena dia memiliki karakteristik kelompok tersebut. Misalnya, ada kekhasan di Surabaya bahwa para pedagang besi tua adalah orang Madura, maka ketika ia bertemu dengan pedang besi tua ia menggunakan bahasa Madura.
2. Availability terjadi ketika seseorang diminta untuk memperkirakan suatu peristiwa yang didasarkan pada apa yang dalam memori saat itu. Misalnya, semakin sering artis diberitakan media, semakin dikenal namanya oleh banyak orang. Bias atribusi ini dapat memiliki dua bentuk, yaitu false concensus effect dan base rate fallacy. • False-Concensus Effect. Merupakan kecenderungan over-estimasi terhadap opini, atribut dan perilaku. • Base-rate Fallacy terjadi ketika orang menjadi tidak sensitif terhadap bentuk informasi yang dihadirkan, dan informasi ini biasanya angka.
3. Framing merupakan kecenderungan yang dialami seseorang akibat dipengaruhi cara isu dimunculkan atau dibingkai. Contohnya adalah: orang cenderung akan pergi ke rumah sakit untuk berobat apabila penderita tersebut dinyatakan 50% sehat daripada 50% sakit.
4. Anchoring merupakan kecenderungan seseorang membuat estimasi numerik yang dibiaskan dari titik dasar (starting point)-nya. Contohnya adalah seseorang yang ditanya bila kemungkinan besar perang nuklir kurang dari 1%, kemudian ia mengubahnya menjadi 11% karena ada fakta ke arah situ.
Fundamental Attribution Error Pada bias ini seseorang cenderung memfokuskan pada peran personal sebagai penyebab perilaku dan cenderung berestimasi rendah atas dampak situasi (Ross, 1977).
Actor-Observer Effect. Bias ini terjadi karena cenderung mengatribusikan perilaku pribadi pada faktor situasional dan perilaku orang lain pada faktor personal (Jones & Nisbett, 1972; Watson, 1982).
Bias Motivasional. Orang akan cenderung membuat atribusi satu-sisi (one sided attribution), pelayanan diri (self-serving) atas perilakunya sendiri. Orang cenderung menaruh perhatian pada kesuksesannya daripda kegagalannya, kelebihannya dan bukan kelemahaannya. Misalnya, William Klein & Ziva Kunda (1992) mempertontonkan performa subjek pada latihan quiz calon lawannya. Dalam latihan itu target mampu menjawab semua pertanyaan dengan benar. Alasan apa yang diberikan subjek pada target ini? Dengan mengharap bahwa dia tidak akan mampu, subjek merasa tersaingi.
INTEGRASI: Dari Disposisi Menjadi Kesan Integrasi merupakan cara memadukan sejumlah informasi agar atribusi lebih tepat. Ketika perilaku disebabkan oleh faktor situasional, kita tidak serta- merta mencari kesimpulan tentang aktor. Sebaliknya, atribusi personal setingkali lengarahkan kita untuk menyimpulkan bahwa actor memang memiliki sifat (trait) atau disposisi tertentu. Seorang pemimpin yang gagal seringkali dialamatkan kegagalannya karena ia tidak memiliki kompetensi, dan atribut lain yang negatif.
KONFIRMASI: Dari Kesan Menuju Realitas Merupakan upaya mencocokkan kesan (impresi) dengan realitas. Sekali kesan mengenai seseorang terbentuk, seringkali kita segan untuk mengubah kesan tersebut. Konsekusensinya, orang sering menginterpretasi, dan mengembangkan informasi mengenai seseorang dalam cara yang sesuai dengan kesan yang ada dalam pikiran.
Bias dalam konfirmasi : • Perseverance of beliefs (keteguhan keyakinan). • Confirmatory Hypothesis Testing (kecenderungan memilih informasi yang mendukung asumsi yang telah ada) • Self–fulfilling Prophecy (rumor atau ekspektasi orang yang mempersepsi dapat mengarahkan dirinya untuk memenuhinya (fulfillment)