250 likes | 687 Views
PUTUSNYA HUBUNGAN PERKAWINAN: MACAM-MACAMNYA DAN PRAKTEKNYA 1. NENG DJUBAEDAH Hukum Perorangan & Kekeluargaan Islam Rabu, 15 November 2006 FHUI, Depok. 2 SEBAB-SEBAB PUTUSNYA HUBUNGAN PERKAWINAN. Pasal 113 KHI: kematian; perceraian: (1) talak; (2) gugatan perceraian; putusan pengadilan.
E N D
PUTUSNYA HUBUNGAN PERKAWINAN: MACAM-MACAMNYA DAN PRAKTEKNYA1 NENG DJUBAEDAH Hukum Perorangan & Kekeluargaan Islam Rabu, 15 November 2006 FHUI, Depok
2SEBAB-SEBAB PUTUSNYA HUBUNGAN PERKAWINAN • Pasal 113 KHI: • kematian; • perceraian: (1) talak; (2) gugatan perceraian; • putusan pengadilan
3ALASAN-ALASAN PERCERAIAN • Pasal 116 KHI: • berzina/pemabuk/pemadat/ penjudi, dlsb, yang sukar disembuhkan • Meninggalkan pihak lain 2 tahun berturut-turut tanpa izin • Hukuman penjara 5 tahun setelah perkawinan berlangsung
4 ALASAN-ALASAN PERCERAIAN (cont’d) d. Melakukan kekejaman/penganiayaan e. Mendapat cacat badan/penyakit dengan akibat tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai suami/isteri (isteri: dipoligami) f. Perselisihan dan pertengkaran sehingga tidak ada harapan dapat hidup rukun dalam rumah tangga g. Suami melanggar ta’lik talak h. murtad
5PENGERTIAN TALAK dan KHULU` • TALAK: ikrar suami di hadapan sidang Pengadilan Agama; • KHULU`: perceraian berdasarkan persetujuan suami isteri yang berbentuk jatuhnya talak satu dari suami kepada isteri dengan adanya penebusan harta oleh isteri untuk melepaskan ikatan perkawinan dengan suaminya (Q.2: 229).
6DASAR HUKUM • Ath-Thalaq (65): 1 Hai Nabi, apabila kamu menceraikan isteri-isterimu maka hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya (yang wajar: al-Baqarah: 228, 234, dan ath-Thalaq: 4) dan hitunglah waktu iddah itu serta bertakwalah kepada Tuhanmu. Janganlah kamu keluarkan mereka dari rumah mereka dan janganlah mereka (diizinkan) keluar (dari rumah) kecuali kalau mereka mengerjakan perbuatan keji (fahisyah) yang terang. Itulah hukum-hukum Allah dan barangsiapa yangmelanggar hukum-hukum Allah, maka sesungguhnya dia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri. Kamu tidak mengetahui barangkali Allah mengadakan sesudah itu sesautu hal yang baru (rujuk).
7DASAR HUKUM • Ath-Thalaq (65): 2 Apabila mereka telah mendekati akhir iddahnya, maka rujuklah mereka dengan baik atau lepaskanlah mereka dengan baik dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil di antara kamu dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu karena Allah. Demikianlah diberi pengajaran dengan itu orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat. Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.
8DASAR HUKUM • Al-Baqarah: 228 Wanita-wanita yang ditalak hendaklah menahan diri (menunggu) tiga quru`. Tidak boleh mereka menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahimnya jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat. Dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti itu, jika mereka (para suami) itu menghendaki ishlah. Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf. Akan tetapi suami mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
9DASAR HUKUM • Asal hukum perceraian: HARAM, dapat berubah HALAL karena ‘illah-nya’: kadang-kadang haram (talak bid’i), makruh, wajib, mandub, dan ja’iz. • Hadis riwayat Abu Daud dan Ibnu Majah dari Ibnu Umar: “sesungguhnya Nabi saw bersabda: “Perkara halal yang paling dibenci Allah ‘azza wa jalla adalah talak.” (abgadhul-halaali ila-llaahi ‘azza wa jallaa-ththalaaq) (Nailul Authar 5: 2311).
10 DASAR HUKUM(cont’d) • Hadis riwayat Imam yang lima kecuali Nasai dari Tsauban: “Rasulullah saw bersabda: “Siapa saja perempuan yang minta talak kepada suaminya tanpa ada sebab, maka haram baginya bau surga.” (ayyuma-mra`atin sa`alat zaujuhaa-ththalaaqa fii gairi maaba`sin faharaamun ‘alaihaa raa`ihatu-l-jannati)
11 SYARAT-SYARAT ORANG YANG MENALAK • BALIGH; • BERAKAL SEHAT • ATAS KEHENDAK SENDIRI: jika terjadi pemaksaan: talak tidak sah (rufi’a ‘an ummatii-l-khatha`u wa-l-nis-yaanu wa maa-stukrihuu ‘alaihi = ketentuan hukum dicabut dari umatku yang melakukan perbuatan karena keliru, lupa, dan dipaksa) • BETUL-BETUL BERMAKSUD MENJATUHKAN TALAK.
12MACAM-MACAM TALAK (PERCERAIAN) BERDASARKAN WAKTU MENJATUHKAN TALAK • Talak tidak boleh dijatuhkan oleh suami ketika isterinya: • sedang haid (fisik dan psikologis); • telah suci dari haid dan telah dicampuri setelah suci dari haid itu, karena belum jelas hamil atau tidaknya; • dalam keadaan hamil akibat percampuran benih dengan suaminya, ada dua pendapat: (1) boleh mentalaknya; (2) dilarang mentalaknya. • Angka 1 dan 2 = talak bid’i; • Angka 3 = talak sunni.
13Cont’d • Talak bid’I = talak yang dilarang (Pasal 122 KHI) • Talak sunni = talak yang dibolehkan, yaitu talak yang dijatuhkan terhadap isteri yang sedang suci dan tidak dicampuri dalam waktu suci tersebut (Pasal 121 KHI)
14 MACAM-MACAM TALAK (PERCERAIAN) BERDASARKAN BENTUK CARA TERJADINYA TALAK • TALAK RAJ’I = talak yang masih dapat dirujuk oleh suami: (1) talak satu; (2) talak dua; (3) perceraian karena ‘illa= suami bersumpah tidak akan mencampuri isterinya, misalnya, jika dendamnya belum terbalas. • TALAK BA’IN: (1) Talak bai’n SUGRA; (2) Talak ba’in KUBRA (Talak tiga dan perceraian karena li’an).
15 MACAM-MACAM TALAK (PERCERAIAN) BERDASARKAN PIHAK YANG MENGAJUKAN PERKARA • SUAMI: talak raj’i: (1) BA’DA DUKHUL (khalwat: Hanafi= wajib ‘iddah, tdk boleh rujuk; Hanbali= wajib ‘iddah, boleh rujuk); (2) TIDAK MEMBAYAR ‘IWADH; (3) BUKAN TALAK KETIGA/LI’AN • ISTERI: talak KHULU’ (Q.2:229)= talak ba’in = tidak boleh rujuk= (1) qabla dukhul; (2) talak tiga; (3) talak khulu’; (4) menopousa
16MACAM-MACAM TALAK (PERCERAIAN) BERDASARKAN BENTUK PERCERAIAN • TA’LIK TALAK (Q.4:128 jo. Q.2: 229) • SYIQAQ (Q.4: 35 jo. Pasal 76 UUPA) • ILLA’: isteri digantung tak bertali (Q.2: 226): orang yang melakukan illa’ hendaklah menunggu selama empat bulan.
17 MACAM-MACAM TALAK (PERCERAIAN) BERDASARKAN BENTUK PERCERAIAN (cont’d) • ZHIHAR (Q.58: 2): suami bersumpah bahwa isterinya sama dengan punggung ibunya: (1) akibatnya: perkawinan terputus: (2) jika suami akan kembali harus membayar kaffarah: (a) memerdekakan budak, atau, (b) puasa dua buluan berturut-turut, atau, (c) memberi makan 60 orang miskin
18 MACAM-MACAM TALAK (PERCERAIAN) BERDASARKAN BENTUK PERCERAIAN (cont’d) • FAHISYAH (Q.4: 15-16): menurut Hazairin: perbuatan keji yang mencemarkan nama baik keluarga (maupun masyarakat), di antaranya: berzina, sodomi, liwat (homoseksual), perbuatan mendekati zina, dll.
19 MACAM-MACAM TALAK (PERCERAIAN) BERDASARKAN BENTUK PERCERAIAN (cont’d) • KHULU’ (Q.2: 229): perceraian berdasarkan persetujuan suami isteri yang berbentuk jatuhnya talak satu dari suami kepada isteri dengan adanya penebusan harta oleh isteri untuk melepaskan ikatan perkawinan dengan suaminya. Alasan: tidak dapat menjalankan hukum Allah, jika perkawinan dilanjutkan.
20AL-BAQARAH: 229 Talak dua kali, setelah itu boleh dirujuk lagi dengan cara yang ma’ruf atau menceraikan dengan cara baik. Tidak halal bagi kamu mengambil kembali dari sesuatu yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Jika kamu khawatir bahwa keduanya tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah, maka tidak berdosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh isteri untuk menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Alllah, maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka itulah orang-orang yang zalim.
21 MACAM-MACAM TALAK (PERCERAIAN) BERDASARKAN BENTUK PERCERAIAN (cont’d) • FASKH: diputuskannya hubungan perkawinan oleh Hakim Agama karena salah satu pihak menemui cela atau merasa tertipu oleh pihak lain: (1) dasar hukum Hadis Nabi saw: perkawinan tidak sekufu; (2) atsar Umar bin Khaththab: ditemukan penyakit menular, gila, dll
22 MACAM-MACAM TALAK (PERCERAIAN) BERDASARKAN BENTUK PERCERAIAN (cont’d) • LI’AN: An-Nur: 6-9 • MURTAD: Hazairin: perkawinan bubar van rechtswege (dengan sendirinya) • Di Indonesia harus melalui Pengadilan Agama bagi orang Islam (asas personalitas keislaman).
23PRAKTEK PERCERAIAN • UNDANG-UNDANG NO. 7 TH. 1989 jo. UNDANG-UNDANG NO. 3 TH. 2006: • Pasal 66: CERAI TALAK • Pasal 73: CERAI GUGAT • Pasal 87 dan Pasal 88: CERAI DENGAN ALASAN ZINA. • Perceraian di bawah tangan: menurut RUU- Hukum Terapan Peradilan Agama Bidang Perkawinan.
TERIMA KASIH WASSALAM