220 likes | 512 Views
Harmonisasi Regulasi Antar Sektor dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam *. Oleh Prof. DR. Maria SW. Sumardjono , SH., MCL., MPA.**.
E N D
HarmonisasiRegulasi Antar Sektor dalam Pengelolaan Sumber DayaAlam* Oleh Prof. DR. Maria SW. Sumardjono, SH., MCL., MPA.** • * Pokok-pokokpikirandisampaikanpadaSemiloka “Menuju Kawasan Hutan yang Berkepastian Hukum dan Berkeadilan”, diselenggarakan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Jakarta 13 Desember 2012. • ** Guru BesarHukumAgrariaFakultasHukumUniversitasGadjahMadadanAnggotaAkademiIlmuPengetahuan Indonesia (AIPI)
I.Disharmoni/Inkonsistensi peraturanperundang-undangansumberdayaalam (SDA) a. Inkonsitensivertikal. • Contoh: • UU No. 22/2001 tentangMinyakdan Gas Bumi. • UU No. 2/2002 tentangKetenagalistrikan. MK membatalkan UU tersebut. • UU No. 25/2007 tentangPenanaman Modal. • UU No. 27/2007 tentangPengelolaan Wilayah PesisirdanPulau-pulau Kecil. Melalui judicial review ke MK penyelesaian
b. Inkonsitensihorisontal DISHARMONI ATAU INKONSISTENSI ANTAR UU SEKTORAL berdasarkan 7 tolokukur:
Inkonsitensiantara UUPA dengan UUK UUPA UUK Pasal 33 ayat (3) UUD Negara RI 1945 Pasal 33 ayat (3) UUD Negara RI 1945 Negara Negara Tanah Hutan Tanah Negara Hutan Negara Tanah hak (ulayat) MHA Tanah hak Hutanhak
Inkonsitensiantara UUPA dengan UUK • UUK tidakkonsisten: tidakmengakuihutanulayat (obyek) tetapimengaturtentangsubyekhakulayat, yakni MHA • Keragu-raguan untuk melakukanpendaftarantanahnegara,khususnya terhadap tanah-tanah di kawasan hutan negara Masalah
Inkonsitensiantara UUPA dengan UU Minerba UU Minerba Pengakuan, penghormatan, danperlindunganhakulayat MHA • Alpamengaturataumenganggaptidakperludiatur ; dampaknya.
Inkonsitensiantara UUPA dengan UU SDA UUSDA HGA terdiri dari HGPA dan HGUA Istilah “hak” tetapi esensinya “ijin” • Pengertian HGA berbeda dengan HGA menurut Pasal 47 UUPA
II. Harmonisasipengaturan SDA • Dampakinkonsistensi • kelangkaandankemundurankualitasdankuantitas SDA; • ketimpanganstrukturpenguasaan/pemilikan, peruntukan, penggunaan, danpemanfaatan SDA; • timbulnyaberbagaikonflikdansengketadalampenguasaan/pemilikan, penggunaandanpemanfaatan SDA (antarsektor, antarasektordengan MHA/masyarakat, antara investor dengan MHA/masyarakat, danantar investor terkaithak/ijinpemanfaatan SDA).
Alternatif Solusi • UUSDA samaderajatnya, tidakada UU yang berfungsisebagai platform bersama (lexgeneralis) (UUPA yang dimaksudkansebagai platform bersamadidegradasikankedudukannyamenjadi UU sektoralsejaktahun 1970an). • Kewenanganmasing-masingsektordilaksanakanolehKementeriandanBadan (BPN untukpertanahan). Tidakadakementerian yang mengkoordinasikankebijakan SDA danimplementasinya. • Moratorium penyusunan RUU SDA (ada kendala) Jikatidakdapatdihindarkan, upayakan semaksimal mungkinharmonisasinya dengan UU sektoral lain (NA: Evaluasidananalisisperaturanperundang-undanganterkait) Tidakdapat optimal
Alternatif Solusi Legislative review oleh DPR-RI Landasanhukum: TAP MPR RI No. IX/MPR/2001 Landasankerja: kajian-kajianterkaitinkonsistensihorisontalpengaturan SDA Tidakdapat optimal • Belumada UU tentang (PengelolaandanPemanfaatan) SD Alam/ SD Agraria yang berfungsisebagailexgeneralis.
Alternatif Solusi Sementara UU yang berfungsisebagailexgeneralisbelumterbentuk, penyusunan RUU SDA dan/atau legislative review dapatmengacupadaprinsip-prinsip yang digariskanoleh UUPA dan TAP MPR RI No. IX/MPR/2001.
Penutup Perludipertimbangkan dengan sungguh-sungguh: Gagasanpembentukan UU terkaitpengelolaandanpemanfaatan SD Alam/ SD Agrariadalamrangkamenciptakansatusistemhukumterkait SDA. LandasanHukum: Ketetapan MPR RI No.9/MPR/2001 danKetetapan MPR RI No.5/MPR/2003. Keberadaansatukementerian yang mempunyaikewenanganmengkoordinasikankebijakandibidang SDA danimplementasinya