960 likes | 2.11k Views
MANAJEMEN STRATEGIK DALAM PENDIDIKAN. Oleh : Dr. H. Enas ,.MM PRODI ADMINISTRASI PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS GALUH 2013. Aturan Penilaian. Kehadiran : 75 % (3 X Pertemuan) UTS (Tugas Terstruktur Individu/Kelompok) Presentasi Tugas
E N D
MANAJEMEN STRATEGIK DALAM PENDIDIKAN Oleh : Dr. H. Enas,.MM PRODI ADMINISTRASI PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS GALUH 2013
Aturan Penilaian • Kehadiran : 75 % (3 X Pertemuan) • UTS (Tugas Terstruktur Individu/Kelompok) • Presentasi Tugas • UAS (bisa hasil Penelitian/ ujian tulis di Kls)
Refferensi : Buku/bacaanpokokdalamperkuliahanadalah • Fidler, B. 2002. Strategic Management for School Development. London: Paul Chapman Publishing. • Hussey, D. 1998. Strategic Management From Theory to Implementation. Oxford: Butterworth-Heinemann. • Adnan Sandy Setiawan; “Manajemen Perguruan Tinggi Di Tengah Perekonomian Pasar dan Pendidikan Yang Demokratis “, “INDONews (s)”indonews@indonews. com. 24 Maret 2006 • Ani M. Hasan (2003); “Pengembangan Profesional Guru di Abad Pengetahuan”, Pendidikan Network : 24 Maret 2006 • Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana (1998); Total Quality Management (TQM), Andi Offset : Yogyakarta • Frietz R Tambunan (2004); “Mega Tragedi Pendidikan Nasional”, Kompas : 16 Juni 2004 • Hadari Nawawi (2005); Manajemen Strategik,Gadjah Mada Pers : Yogyakarta • Thomas B. Santoso (2001), “ Manajemen Sekolah di Masa Kini (1)”, Pendidikan Network : 24 Maret 2006
DeskripsiPerkuliahan • Dalam mata kuliahinimembahastentangkonsepManajemenStrategimemberikan gambaran pada mahasiswabagaimana cara yang terbaikdalammengambilkeputusanpentingtentangmanajemenStrategikhususnyadalampenggunaanberbagaistrategidalamduniapendidikan. Mulaidaripenentuanvisi, misi, tujuan, mengidentifikasikekuatan dan kelemahansertapenilaianterhadapkesempatan dan ancamandenganmenggunakananalisis SWOT dan prosesstrategiskemudiandigabungkandenganfungsimanajemenyaituperencanaan,penerapan dan pengawasanmanajemenstrategicdiharapkanmahasiswaakandapatmelihatpermasalahanpendidikan secara strategis dan mengambilkeputusanstrategis.
Pengertian Manajemen • Istilah manajemen berasal dari kata management (bahasa Inggris), turunan dari kata “ to manage” yang artinya mengurus atau tata laksana atau ketata laksanaan. Sehingga manajemen dapat diartikan bagaimana cara manajer (orangnya) mengatur, membimbing dan memimpin semua orang yang menjadi pembantunya agar usaha yang sedang digarap dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Pengertian Manajemen Menurut Nickles, Mc Hingh dan Mc Hugh (1997), management is the process used be accompalish organizational goals through planning, organizing, directing, and controlling people and other organizational resources Manajemen adalah sebuah proses yang dilakukan untuk mewujudkan tujuan organisasi melalui rangkaian kegiatan berupa perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengandalian orang-orang serta sumber daya organisasi lainnya.
1. Menurut James A.F Stoner, Manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya dari anggota organisasi serta penggunaan sumua sumber daya yang ada pada organisasi untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. 2. Menurut Mary Parker Follet, Manajemen adalah suatu seni, karena untuk melakukan suatu pekerjaan melalui orang lain dibutuhkan keterampilan khusus. 3. Menurut Drs. Oey Liang Lee, Manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan pengorganisasian,penyusunan,pengarahan dan pengawasan daripada sumberdaya manusia untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 4. Menurut R. Terry, Manajemen merupakan suatu proses khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya.
5. Menurut Lawrence A. Appley, Manajemen adalah seni pencapaian tujuan yang dilakukan melalui usaha orang lain 6. Menurut Horold Koontz dan Cyril O’donnel, Manajemen adalah usaha untuk mencapai suatu tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain. Sebenarnya ada banyak versi mengenai definisi manajemen, namun demikian pengertian manajemen itu sendiri secara umum yang bisa kita jadikan pegangan adalah “Manajemen adalah suatu proses yang terdiri dari rangkaian kegiatan, seperti perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian atau pengawasan, yang dilakukan untuk menentukan dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya”.
PENGERTIANSTRATEGI Kata strategi berasal dari bahasa yunani “ Strategos” terdiri dari dua kata Stratos yang berarti militer dan ag yang berarti memimpin yang berarti generalship atau sesuatu yang dikerjakan oleh para jenderal perang untuk memenangkan perang.(Agustinus, 1996 ; 19 ) Strategi adalah rencana jangka panjang dengan diikuti tindakan-tindakan yang ditujukan untuk mencapai tujuan tertentu, yang umumnya adalah “kemenangan”. Asal kata “strategi” adalah turunan dari kata dalam bahasa Yunani, strategos.
Pengertian strategi menurut Glueck dan Jauch adalah Rencana yang disatukan, luas dan berintegrasi yang menghubungkan keunggulan strategis perusahaan dengan tantangan lingkungan, yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama dari perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh organisasi. Strategi adalah menentukan apa yang harus dikerjakan oleh perusahaan agar mencapai misi dan tujuan perusahaan. Dengan kata lain strategi adalah cara yang harus dilakukan oleh perusahaan agar memiliki keunggulan bersaing yang berkesinambungan.
Pengertian manajemen Strategi Menurut Wahyudi (1996:15) “Manajemen strategik adalah suatu seni dan ilmu dari pembuatan (formulating), penerapan (implementing) dan evaluasi (evaluating) tentang keputusan-keputusan strategis antar fungsi-fungsi yang memungkinkan sebuah organisasi mencapai tujuan-tujuan masa mendatang.” Hunger & Wheelen, (1999:4) “Strategik management is that set of managerial and actions that determine the long term performance of corporation. It includes stratey formulation, strategy implementation and evaluation”. Manajemen strategik adalah serangkaian daripada keputusan manajerial dan kegiatan-kegiatan yang menentukan keberhasilan perusahaan dalam jangka panjang. Kegiatan tersebut terdiri dari perumusan atau perencanaan strategik, pelaksanaan atau implementasi dan evaluasi.
Manajemen strategis merupakan proses atau rangkaian kegiatan pengambilan keputusan yang bersifat mendasar dan menyeluruh, disertai penetapan cara melaksanakannya, yang dibuat oleh pimpinan dan diimplementasikan oleh seluruh jajaran di dalam suatu organisasi, untuk mencapai tujuan. Menurut Fred R.David (2004 : 5) :Manajemen strategis adalahilmu mengenai perumusan, pelaksanaan dan evaluasi keputusan-keputusan lintas fungsi yang memungkinkan organisasi mencapai tujuannya. Menurut Husein Umar (1999 : 86): Manajemen strategis sebagai suatu seni dan ilmu dalam hal pembuatan (formulating), penerapan (implementing) dan evaluasi (evaluating) keputusan-keputusan startegis antara fungsi yang memungkinkan sebuahorganisasi mencapai tujuannya di masa datang. Menurut Lawrence R. Jauch dan Wiliam F. Gluech (Manajemen Strategis dan Kebijakan Perusahaan, 1998) : Manajemen Strategis adalah sejumlah keputusan dan tindakan yang mengarah pada penyusunan suatu strategi atau sejumlah strategi yang efektif untuk membantu mencapai sasaran perusahaan.
Menurut Pearch dan Robinson (1997) dikatakan bahwa manajemen strategik adalah kumpulan dan tindakan yang menghasilkan perumusan (formulasi) dan pelaksanaan (implementasi) rencana-rencana yang dirancang untuk mencapai sasaran-sasaran organisasi. Menurut Nawawi manajemen strategik adalah perencanaan berskala besar (disebut perencanaan strategi) yang berorientasi pada jangkauan masa depan yang jauh (disebut visi), dan ditetapkan sebagai keputusan pimpinan tertinggi (keputusan yang bersifat mendasar dan prinsipil), agar memungkinkan organisasi berinteraksi secara efektif (disebut misi), dalam usaha menghasilkan sesuatu (perencanaan operaional untuk menghasilkan barang dan atau jasa serta pelayanan) yang berkualitas, dengan diarahkan pada optimalisasi pencapaian tujuan (disebut strategis) dan berbagai sasaran (tujuan operasional) organsasi.
Aspek manajemen yaitu perumusan strategi, implementasi strategi dan evaluasi strategi • Aspek strategi adalah pemetaan dan analisis terhadap lingkungan eksternal dan internal organisasi serta sumber daya yang dimiliki untuk dimanfaatkan sebagai pedoman dalam menyusun langkah-langkah operasional dan sarana mencapai tujuan.
Adapun proses manajemen strategi secara garis besar terdiri dati tiga tahapan, yaitu strategy planning, strategy implementation dan monitoring & evaluation. Penetapan visi, misi dan tujuan secara proses bisa termasuk dalam strategy planning demikian juga pemetaan atau analisis terhadap faktor internal dan eksternal organisasi. Namun bisa juga pemetaan atau analisis terhadap faktor internal dan eksternal organisasi serta sumber daya yang ada dilakukan diluar atau sebelum perumusan strategi.
Desentralisasi pendidikan sebagai bagian dari pelaksanaan sistem otonomi daerah yang diberikan oleh pemerintah pusat, membawa implikasi terhadap upaya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia. Desentralisasi pendidikan yang diberikan pemerintah pusat dalam bentuk kebijakan dan regulasi melalui Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, diikuti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang standar Pendidikan nasional, serta secara teknis dituangkan ke dalam Peraturan Menteri Pendidikan tentang delapan standar pengelolaan pendidikan. Disamping itu, digulirkannya program MBS (Manajemen Berbasis Sekolah) dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, sesungguhnya menjadi penguat agar masing-masing sekolah memperbaiki pengelolaan pendidikan dengan manajemen yang baik.
Otonomi yang demikian besar diberikan kepada sekolah ini seharusnya menjadi dasar untuk menerapkan manajemen strategik. Manajemen strategik dalam dunia pendidikan merupakan suatu pengelolaan satuan pendidikan berdasarkan pendekatan terhadap analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan untuk merancang aktivitas dalam rangka mencapai visi, misi dan tujuan sekolah yang telah ditentukan.
Menurut W.F .Glueck (1988) Manajemen strategi adalah serangkaian keputusan-keputusan dan tindakan-tindakan manajerial yang mengarah pada penyusunan strategi-strategi efektif untuk mencapai tujuan perusahaan. Menurut Hitt,Ireland,dan Hoskisson (1999;6) Jadi Manajemen Strategik adalah suatu suatu seni dan ilmu untuk menciptakan keunggulan bersaing yang berkesinambungan sehingga dapat mencapai tujuan perusahaan.
Disamping itu pengertian manajemen strategik yang telah sebutkan terakhir dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu : • Manajemen strategi diwujudkan dalam bentuk perencanaan berskala besar dalam arti mencakup seluruh komponen dilingkungan sebuah organisasi yang dituangkan dalam bentuk rencana strategis (Renstra) yang dijabarkan menjadi perencanaan operasional, yang kemudian dijabarkan pula dalam bentuk program kerja dan proyek tahunan. • Renstra berorientasi pada jangkauan masa depan. • Visi, misi, pemilihan strategi yang menghasilkan strategi induk, dan tujuan strategi organisasi untuk jangka panjang merupakan acuan dalam merumuskan rencana strategi, namun dalam teknik penempatannya sebagai keputusan manajemen puncak secara tertulis semua acuan tersebut terdapat didalamnya. • Renstra dijabarkan menjadi rencana operasional yang antara lain berisi program-program operasional termasuk proyek-proyek, dengan sasaran jangka sedang masing-masing juga sebagai keputusan manajemen puncak. • Penetapan renstra dan rencana operasi harus melibatkan manajemen puncak karena sifatnya sangat mendasar/prinsipil dalam pelaksanaan seluruh misi organisasi, untuk mewujudkan, mempertahankan dan mengembangkan eksistensi jangka sedang termasuk panjangnya. • Pengimplementasian strategi dalam program-program termasuk proyek-proyek untuk mencapai sasarannya masing-masing dilakukan melalui fungsi-fungsi manajemen lainnya yang mencakup pengorganisasian, pelaksanaan, penganggaran dan kontrol.
Adapun langkah-langkah Strategis sebagai berikut : a. Analisis potensi dan profil satuan pendidikan (sekolah / madrasah) untuk mengidentifikasi -langkah yang harus ditempuh dalam melaksanakan manajemen strategik adalah kekuatan dan kelemahan. b. Analisis lingkungan untuk mengidentifaksi peluang dan ancaman dalam melaksanakan kegiatan pendidikan. c. Menetapkan visi, misi dan tujuan berdasarkan analisis potensi dan lingkungan sebagai acuan dalam pengelolaan satuan pendidikan. d. Menetapkan strategi yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja sekolah dalam mencapai visi, misi dan tujuan sekolah. e. Membuat sistem operasional dan standar kualitas sebagai acuan dalam melakukan kontrol dan evaluasi.
Pengertian Visi, Misi, Falsafah : Visi adalah cita-cita dimasa depan yang difikirkan oleh pendiri atau pemimpin organisasi. Misi adalah penjabaran dari visi kedalam statement organisasi yang terfokus kepada kebutuhan stakeholdernya. Falsafah organisasi adalah nilai-nilai yang ditanamkan dan dijadikan sebagai acuan dalam setiap gerak dan langkah perusahaan.
SWOT ANALYSIS Strategik Intent Strategik Mission I nput PerumusanStrategi • Strategitingkatbisnis • DinamikaPersaingan • Strategi Tingkat Perusahaan • StrategiRestrukturisasidanAkuisisi • StrategiInternasional Penerapan Strategi • Kepemimpinan Perusahaan • Struktur dan Pengendalian • Kepemimpinan Strategis • Kewirausahaan dan Inovasi Tindakan Daya Saing Strategis Laba di atas rata-rata Output Evaluasi & Kontrol Feed Back Proses manajemen strategi merupakan suatu paket komitmen keputusan dan langkah yang diharapkan bagi sebuah perusahaan untuk mencapai tingkat daya saing dan menghasilkan laba di atas rata-rata Visi Misi
Dunia pendidikan secara sadar atau tidak kini tengah bergerak menjadi satu pasar dunia, suatu pasar yang efisien dan transparan, yang mencakup daerah-daerah yang tak terbatas. Globalisasi mau tidak mau akan menjadi trend dari setiap organisasi baik organisasi usaha, sosial maupun organisasi pendidikan. Negara yang tidak mau dalam pengefisienan dan pentransparanan tersebut akan ketinggalan karena dinamisnya perubahan.
Keberadaan lembaga pendidikan sebagai salah satu pranata sosial budaya saat ini dihadapkan pada berbagai tantangan yang kompleks. Lembaga pendidikan kini berhadapan dengan derasnya arus perubahan akibat globalisasi yang memunculkan persaingan dalam pengelolaan lembaga pendidikan, baik negeri maupun swasta. Globalisasi menuntut perlunya relevansi program sekolah dengan kebutuhan masyarakat dan dunia kerja/industri terhadap mutu lulusan (out-put) serta munculnya globalisasi pendidikan dengan bermunculannya lembaga pendidikan yang bertaraf internasional. Perubahan yang merupakan perbedaan yang terjadi dalam urutan waktu, tentu saja tidak mudah diterjemahkan secara singkat dan eksplisit. Perubahan dalam pengertian hakiki sesungguhnya mengandung konotasi majemuk yang telah tergambar, lintas ruang dan lintas waktu dengan demikian warna-warni kehidupan masyarakat, warna warni yang dikenal sebagai ideologi, politik, ekonomi, sosial dan budaya. Dengan adanya perubahan tersebut, lingkungan pendidikan juga mengalami perubahan yang luar biasa. Dan kalau kita mau merunut pangkalnya, semua ini tentu saja tak terlepas dari menggejalanya revolusi informasi dan globalisasi yang melanda dunia saat ini.
Akibat adanya revolusi dan globalisasi sebagaimana disebutkan di atas, persaingan kini telah menjadi semakin sengit karena tidak lagi terbatas pada persaingan antar sesama perusahaan domestik, tetapi juga dengan perusahaan multinasional dari manapun juga. Ini terjadi pada hampir semua bidang usaha, bukan hanya pada bidang bisnis saja, tetapi persaingan tersebut juga telah merambah ke dunia pendidikan kita, mulai dari Play group, SD, SLTP, SLTA, Universitas, bahkan ke institusi-institusi pendidikan lainnya.
Berkaitan dengan meningkatnya persaingan dalam bidang pendidikan ini, terjadi pula perubahan pada perilaku konsumen, dalam hal ini yang dimaksud adalah masyarakat (orangtua dan siswa), maupun dunia usaha. Karena banyaknya pilihan, konsumen kini menjadi semakin banyak tuntutan, baik mengenai kualitas lulusan dan biaya pendidikan maupun pasilitas pendidikan. Bargaining power masyarakat meningkat sedemikian rupa sehingga industri atau dunia pendidikan terpaksa harus melayaninya kalau tidak mau akan tersingkir dari kancah persaingan yang makin berat. Dalam situasi lingkungan yang penuh dengan dinamika ini, manajemen pendidikan harus dapat menciptakan organisasi yang dapat memberikan pelayanan yang memuaskan kepada dan masyarakat pada umumnya dan objek pendidikan (Siswa dan orangtua) pada khususnya. Saat yang bersamaan dapat pula bersaing secara efektif dalam konteks lokal, nasional bahkan dalam konteks global.
Dengan kata lain dunia pendidikan kini dituntut untuk mengembangkan manajemen strategi dan operasi yang pada dasarnya banya diterapkan dalam dunia usaha, sebagai langkah antisipatif terhadap kecenderungan-kecenderungan baru guna mencapai dan mempertahankan posisi bersaingnya, sehingga nantinya dapat dihasilkan manusia-manusia yang memiliki sumber daya manusia berkualitas yang sesuai dengan kebutuhan zaman. Konsep dasar manajemen strategi dan operasi dalam upaya meningkatkan mutu serta kualitas pendidikan supaya dapat bersaing dalam perkembangan global.
Pengaruh globalisasi tak bisa dihindarkan dari setiap organisasi untuk melakukan perubahan dan pembenahan dalam rangka mencapai tujuannya, baik organisasi usaha, organisasi sosial maupun organisasi pendidikan. Di dunia pendidikan, persaingan tak bisa dihindarkan dengan munculnya lembaga-lembaga pendidikan mulai dari play group, SD, SLTP, SLTA sampai perguruan tinggi yang berlebel internasional.
MENGAPA PERLU STRATGY • Perubahantidakdapatdicapaidengancepat • Berbagaiperubahanmemerlukanpersiapan yang seriussebelumwaktuperubahandatang • Masadepanakanberbedadengansaatini • Lingkungan yang penuhketidakpastian (Uncertainly) • Sumberdayaperludimanfaatkansecara optimal danberdasarkanskalaprioritas
ApaKarakteristikSekolahEfektif • KEPEMIMPINAN YANG PROFESIONAL (Professional Leadership) • VISI DAN TUJUAN BERSAMA (Shared Vision and Goals) • LINGKUNGAN BELAJAR (a Learning Environment) • KONSENTRASI PADA BELAJAR-MENGAJAR (Concentration on Learning and Teaching) • HARAPAN YANG TINGGI (High Expectation) • PENGUATAN/PENGAYAAN/PEMANTAPAN YANG POSITIF (Positive Reinforcement) • PEMANTAUAN KEMAJUAN (Monitoring Progress) • HAK DAN TANGGUNG JAWAB PESERTA DIDIK (Pupil Rights and Responsibility) • PENGAJARAN YANG PENUH MAKNA (Purposeful Teaching) • ORGANISASI PEMBELAJAR (a Learning Organization) • KEMITRAAN KELUARGA-SEKOLAH (Home-School Partnership).
BERBAGAI DIMENSI EFFECTIVE SCHOOL(RESEARCH IN SCHOOL IMPROVEMENT, 1983) Dimensi Leadership • Iklim & Atmosphere yang kondusif • Tujuan jelas, dapat dicapai, relevan • Guru berorientasi pengelolaan kelas yang baik • Inservice Training yang efektif untuk guru Dimensi Pendukung • Konsensus terhadap nilai-nilai dan tujuan • Rencana stratejik dan koordinasi • Staf kunci yang berkelanjutan • Dukungan Dinas Pendidikan dan Pemda • Dimensi Efficacy • Harapanuntukmencapaiprestasitinggi • Reward untukprestasi & kinerjatinggi • Kerjasamadaninteraksidalamkelas • Keterlibatansemuastafdalampeningkatankinerjasekolah • Otonomidalammelaksanakan proses pembelajaransekolah • Guru yang emphatydanmemilikikemampuan interpersonal dengansiswa • Menekankankepadapekerjaanrumahsiswa • Akuntabilitasterhadaphasilbelajar • Interaksisesama guru yang baik yang efektifuntuk guru • Dimensi Efisiensi • Penggunaan waktu pengajaran yang efektif (Intensitas Interaksi) • Lingkungan sekolah dan kelas yang disiplin • Evaluasi dan umpan balik secara berkelanjutan • Kegiatan kelas terstruktur dengan baik • Petunjuk pembelajaran yang baik • Penekanan terhadap pengetahuan dan skill yang tinggi • Kesempatan untuk belajar secara maksimal
SEKOLAH SEBAGAI SUATU SISTEM ORGANISASI YANG TERBUKA Instrumental Input - Guru - Sarana/Prasarana - Kurikulum - Administrasi/organisasi - Keuangan (Walls 1990) Input Proses (Management) Output Outcome SISWA Feed Back - Bekerja- Melanjutkan sekolah- dll Environmental Input - Masyarakat - Orang tua - Dunia Usaha - Pemerintah - DP/KS. DL - dll - Dimensi Kognitif- Dimensi Keterampilan- Dimensi Sikap/Nilai- Dimensi Hubungan
DINAMIKA SISTEM KEHIDUPAN BEBAS (SCHOOL DINAMYCS) Sekolah Sebagai Sistem Komite Sekolah APSI/ KORWAS Pengawas/Kepala Sekolah Administrator dan Tata Usaha Sekolah KKS MKKS Guru KKG MGMP Orang Tua Ruang Kelas Teman-teman siswa lainnya Siswa Masyarakat
STRATEGI MENUJU SEKOLAH UNGGUL • Perspektif Input-Output • (Seeley, 1988) • Memandang luaran pendidikan yang unggul karena inputnya unggul • Kelemahannya • Eksklusif • Mengabaikan siswa yang tidak unggul Perspektif Proses-Output (Walls, 1990) Memandang luaran pendidikan yang ungul akan ditentukan oleh Proses (Struktur persekolahan, lingkungan, corporate culture, pembelajaran efektif, dll) Keuntungan Memperhatikan siswa unggul dan kurang unggul Model Kombinasi • Memperhatikan “Minimal Requirement” Anakdidik yang akanditerima • Kualifikasi Guru • Kompetensi Guru • Sarana & Prasarana yang baik • ManajemenSekolah yang efektif
STRATEGI DAN ARAH MENUJU SEKOLAH UNGGUL • Kondisi Sekolah Saat Ini: • Dimensi kognitif kearah hafalan • Dimensi keterampilan ke arah mekanistik • Dimensi nilai sudah terabaikan • Dimensi hubungan (ranah interaktif kurang mendapat perhatian) • Sosok Sekolah Unggul: • Dimensi kognitif: penguasaan pengetahuan dan bidang studi Kompetensi • Dimensi ketrampilan: kearah life skill, berpikir kreatif, inovatif • Dimensi Nilai: sikap terhadap diri sendiri, orang lain, lingkungan, moral etos kerja • Dimensi hubungan yang interaktif, dialogis dan terbuka PP19/2005 STRATEGI KEBIJAKAN • Proses pembelajaran diselenggarakan sedemikian rupa sehingga terasa hidup, memotivasi, interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang dan memberikan ruang yang cukup untuk berprakarsa, kreativitas, dan kemandirian peserta didik sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik peserta didik. • Dalam proses pembelajaran pendidikan memberikan keteladanan • Untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif & efisien setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan, pelaksanaan, penilaian proses pembelajaran dan pengawasan yang baik.
KEBIJAKAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PADA DIMENSI PENINGKATAN MUTU DAN RELEVANSI Implementasi Implementasi dan dan Penjaminan Penjaminan mutu mutu secara secara Perluasan Perluasan dan dan penyempurnaan penyempurnaan terprogram terprogram dengan dengan peningkatan peningkatan mutu mutu SNP SNP oleh oleh BSNP BSNP mengacu mengacu pada pada SNP SNP akreditasi akreditasi Mendorong Mendorong Jumlah Jumlah Jurusan Jurusan Perbaikan Perbaikan sarana sarana dan dan di di PT PT yg yg masuk masuk dalam dalam 100 100 prasarana prasarana besar besar Asia Asia Perluasan Perluasan Pendidikan Pendidikan Akselerasi Akselerasi Jumlah Jumlah Prodi Prodi Kecakapan Kecakapan Hidup Hidup Kejuruan Kejuruan , , Vokasi Vokasi , , dan dan MUTU DAN MUTU DAN MUTU DAN MUTU DAN Profesi Profesi RELEVANSI RELEVANSI RELEVANSI RELEVANSI Pengembangan Pengembangan sekolah sekolah berbasis berbasis keunggulan keunggulan Peningkatan Peningkatan jumlah jumlah dan dan PENDIDIKAN PENDIDIKAN PENDIDIKAN PENDIDIKAN lokal lokal di di setiap setiap mutu mutu publikasi publikasi ilmiah ilmiah , , dan dan kabupaten/kota kabupaten/kota HAKI HAKI Pembangunan Pembangunan sekolah sekolah Penerapan Penerapan Telematika Telematika bertaraf bertaraf internasional internasional di di dalam dalam pendidikan pendidikan setiap setiap provinsi provinsi dan/atau dan/atau kabupaten/kota kabupaten/kota Pengembangan Pengembangan guru guru Pengembangan Pengembangan sebagai sebagai profesi profesi kompetensi kompetensi pendidik pendidik dan dan tenga tenga pendidikan pendidikan
SekolahUnggulMampuMenciptakan APA • Sekolah yang mampumemberikanlayanan optimal kepadaseluruhanakdgnberbagaiperbedaanbakat, minatkebutuhanbelajar • Sekolahmampumeningkatkansecarasignifikankapabilitas yang dimilikianakdidikmenjadiaktualisasidiri yang memberikankebanggaan • Sekolah yang mampumembangunkarakterkepribadian yang kuat, kokohdanmantapdalamdirisiswa • Sekolah yang mampumemberdayakansumberdaya yang adasecara optimal danefektif • Sekolah yang mampumengembangkan networking yang luaskepada stakeholder • Sekolah yang mampumewujudkansekolahsebagaiorganisasipembelajar • Sekolah yang renponsifterhadapperubahan
Manajemen Strategi Dalam Mengelola Satuan Pendidikan • Dunia pendidikan sedang menjadi pusat perhatian semua komponen bangsa ini. Berdasarkan keyakinan bangsa yang hebat ini bahwa pendidikan dapat mengubah masa depan bangsa, maka sejak reformasi dilakukan berbagai perubahan mendasar dalam pengelolaan pendidikan. • Perubahan mendasar dilakukan dengan mengubah konstitusi, Undang-undang Sistem Pendidikan Nomor 02/1989 menjadi Nomor 20/2003, diikuti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, serta secara teknis dituangkan ke dalam peraturan menteri pendidikan tentang delapan standar pengelolaan pendidikan. Dr.Enas.,MM
Dalam UUSPN, diungkapkan bahwa fungsi dan tujuan pendidikan nasional pada pasal 3 yaitu “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab” (Pasal 3 UUSPN 20/2003). Berdasarkan fungsi ini maka pada tahun 2005 Depdiknas menetapkan Rencana Strategik Depdiknas. Pada Renstra ini diungkapkan bahwa visi depdiknas adalah “Terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Sejalan dengan Visi Pendidikan Nasional tersebut, Depdiknas berhasrat bahwa pada tahun 2025 dapat menghasilkan “Insan Indonesia Cerdas dan Kompetitif”. Dr.Enas.,MM
Dari Visi Depdiknas di atas dapat kita maknai bahwa Depdiknas lebih menekankan pada pendidikan transformatif, yang menjadikan pendidikan sebagai motor penggerak perubahan dari “masyarakat berkembang” menuju “masyarakat maju”. Pembentukan masyarakat maju selalu diikuti oleh proses transformasi struktural, yang menandai suatu perubahan dari masyarakat yang potensi kemanusiannya kurang berkembang menuju masyarakat maju dan berkembang yang mengaktualisasikan potensi kemanusiannya secara optimal. Bahkan di era global sekarang, transformasi itu berjalan dengan sangat cepat yang kemudian mengantarkan pada masyarakat berbasis pengetahuan. Perubahan mendasar tersebut berada pada perubahan pengelolaan pendidikan, dari pengelolaan sentralistik menjadi desentralistik. Pengelolaan pendidikan dengan berorientasi pada “kepuasan pelanggan” dengan mengedepankan mutu pendidikan. Salah satu alternatif yang harus dilakukan oleh setiap satuan pendidikan adalah mereset pengelolaan pendidikan dengan menerapkan manajemen strategik. Dr.Enas.,MM
Tahapan Pembangunan PendidikanNasional Fokus Internal Fokus Eksternal VISI 2014 : “TerselenggaranyaLayanan Prima PendidikanNasional untukMembentukInsan Indonesia CerdasKomprehensif“ MISI 2010-2014 : M1. MeningkatkanKetersediaanLayananPendidikan M2. MeningkatkanKeterjangkauanLayananPendidikan M3. MeningkatkanKualitas/MutudanRelevansiLayananPendidikan M4. MeningkatkanKesetaraanMemperolehLayananPendidikan M5. MeningkatkanKepastian/KeterjaminanMemperolehLayananPendidikan
Kebijakan Sentralistik Kebijakan pendidikan yang sentralistik dialami dalam tiga periode, yaitu pada masa Pra-Orde Baru, Masa Orde Baru, dan Masa Transisi. Kebijakan pada masa Pra-Orde Baru masih berorientasi politik. Sebagaimana dijelaskan oleh Tilaar (2000:2) bahwa kebijakan pendidikan di masa itu diarahkan kepada proses indoktrinasi dan menolak segala unsur budaya yang datangnya dari luar. Dengan demikian pendidikan bukan untuk meningkatkan taraf kehidupan rakyat, bukan untuk kebutuhan pasar melainkan untuk orientasi politik. Indroktrinasi pendidikan mulai dari jenjang sekolah dasar sampai pendidikan tinggi diarahkan untuk pengembangan sikap militerisme yang militan sesuai dengan tuntutan kehidupan di suasana perang dingin pada saat itu.
Kebijakan pendidikan pada masa Orde Baru mengarah pada penyeragaman. Tilaar (2002:3) menjelaskan pendidikan di masa ini diarahkan kepada uniformalitas atau penyeragaman di dalam berpikir dan bertindak. Pakaian seragam, wadah-wadah tunggal dari organisasi sosial masyarakat, semuanya diarahkan kepada terbentuknya masyarakat yang homogen. Pada masa ini tidak ada tempat bagi perbedaan pendapat, sehingga melahirkan disiplin semu dan melahirkan masyarakat peniru. Pada masa ini pertumbuhan ekonomi yang dijadikan panglima dengan tidak berakar pada ekonomi rakyat dan sumber daya domestik serta ketergantungan pada utang luar negeri sehingga melahirkan sistem pendidikan yang tidak peka terhadap daya saing dan tidak produktif. Pendidikan tidak mempunyai akuntabilitas sosial oleh karena masyarakat tidak diikutsertakan di dalam manajemen sekolah. Dr.Enas.,MM
Penerapan pendidikan tidak lagi diarahkan pada peningkatan kualitas, melainkan pada target kuantitas. Akuntabilitas pendidikan sangat rendah walaupun telah diterapkan prinsip ‘link and match” karena manajemen hanya dilakukan oleh sekelompok orang. Pada masa transisi, kebijakan pendidikan merupakan masa refleksi terhadap arah pendidikan nasional. Tilaar (2000:5) menjelaskan bahwa pada masa krisis membawa masyarakat dan bangsa pada keterpurukan dari krisis moneter membuat menjadi krisis ekonomi dan berakhir pada krisis kepercayaan. Krisis kepercayaan telah menjadi warna yang dominan di dalam kebudayaan kita dewasa saat itu. Oleh karena pendidikan merupakan proses pembudayaan, maka krisis kebudayaan yang dialami merupakan refleksi dari krisis pendidikan nasional. Pada masa ini direfleksi berbagai pemikiran dalam memajukan sistem pendidikan kita, sehingga berbagai perubahannya dirasakan sangat drastis, dan sebagian pelaku pendidikan “tercengang” dan masih galau dalam menjalankan kebijakan baru. Dr.Enas.,MM
Kebijakan Desentralistik Berdasarkan beberapa hasil penelitian di beberapa negara maju menunjukkan, bahwa kebijakan desentralisasi berpengaruh cukup signifikan terhadap kemajuan dan pembangunan pendidikan. Setidaknya, terdapat empat karakteristik positif dalam menerapkan kebijakan desentralisasi pendidikan, yaitu: (1) peningkatan mutu, (2) efisien keuangan, (3) efisien administrasi, dan (4) perluasan atau pemerataan. Desentralisasi pendidikan yang antara lain dimanifestasikan dalam pemberian otonomi pada sekolah, akan meningkatkan kapasitas dan memperbaiki manajemen sekolah. Dengan kewenangan penuh yang dimiliki sekolah, maka sekolah lebih leluasa mengelola dan mendayagunakan potensi sumber daya yang dimiliki, misalnya, keuangan, tenaga pengajar (guru), kurikulum, sarana prasarana, dan lain-lain. Dr.Enas.,MM
Desentralisasi diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan dan memperbaiki mutu belajar-mengajar, karena proses pengambilan keputusan dapat dilakukan langsung di sekolah oleh guru, kepala sekolah, dan tenaga administratif (staf manajemen). Desentralisasi dapat mendorong dan membangkitkan gairah serta semangat mereka untuk bekerja lebih giat dan lebih baik. Pengalaman di New Zeland, misalnya, desentralisasi berdampak positif terhadap minat belajar siswa. Sementara di Brazil, siswa kelas tiga dapat memperbaiki nilai atau angka hasil ulangan untuk mata pelajaran dasar (bidang studi pokok). Di Amerika Serikat, desentralisasi pendidikan mengharuskan pendapatan pajak di negara bagian (pendapatan asli daerah) sebesar 60%-nya digunakan untuk pendidikan, sedangkan 40%-nya digunakan kegiatan lainnya. Dr.Enas.,MM
Penerapan desentralisasi dalam pengelolaan pendidikan diharapkan dapat memotong mata rantai birokrasi yang panjang dengan menghilangkan prosedur bertingkat-tingkat. Desentralisasi akan memberdayakan aparat tingkat daerah dan lokal, dan membangkitkan motivasi aparat penyelenggara pendidikan bekerja lebih produktif. Ini berdampak pada efisiensi administrasi. Pengalaman di Cile, misalnya, desentralisasi secara signifikan berhasil menurunkan biaya administrasi, yang ditandai dengan perampingan jumlah pegawai. Secara teoritis, desentralisasi membuka peluang kepada penyelenggara pendidikan di tingkat daerah dan lokal untuk melakukan ekspansi sehingga akan terjadi proses perluasan dan pemerataan pendidikan. Desentralisasi akan meningkatkan permintaan pelayanan pendidikan yang lebih besar, terutama bagi kelompok masyarakat di suatu daerah yang selama ini belum terlayani. Dr.Enas.,MM
Pada awal tahun 2001 digulirkan program MBS (Manajemen Berbasis Sekolah). Program ini diyakini akan memberdayakan masyarakat pendidikan (stakeholders) dalam memberikan perhatian dan kepeduliannya terhadap dunia pendidikan, khususnya sekolah. Dalam menerapkan konsep MBS, mensyaratkan sekolah membentuk Komite Sekolah yang keanggotaannya bukan hanya orangtua siswa yang belajar di sekolah tersebut, namun mengikutsertakan pula guru, siswa, tokoh masyarakat, pakar, dan pemerintahan di sekitar sekolah, dan bahkan pengusaha. Tujuan program MBS di antaranya menuntut sekolah agar dapat meningkatkan kualitas penyelenggaraan dan layanan pendidikan (quality assurance) yang disusun secara bersama-sama dengan Komite sekolah. Masyarakat dituntut perannya bukan hanya membantu pembiayaan operasional pendidikan di sekolah tersebut, melainkan membantu pula mengawasi dan mengontrol kualitas pendidikan. Dr.Enas.,MM
Kebijakan desentralisasi bidang pendidikan dalam melaksanakan Otonomi Daerah berkonsekuensi pada perlunya kebijakan strategis bidang pendidikan, yaitu: (1) Manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah (School Based Management) yang memberi kewenangan pada sekolah untuk merencanakan sendiri upaya peningkatan mutu secara keseluruhan; (2) Pendidikan yang berbasiskan pada partisipasi komunitas (community based education) agar terjadi interaksi yang positif antara sekolah dengan masyarakat, sekolah sebagai community learning centre; dan (3) Dengan menggunakan paradigma belajar atau learning paradigm yang akan menjadikan pelajar-pelajar atau learner menjadi manusia yang diberdayakan. (4) Pemerintah juga mencanangkan pendidikan berpendekatan Broad Based Education System (BBE) yang memberi pembekalan kepada pelajar untuk siap bekerja membangun keluarga sejahtera. Dr.Enas.,MM
Salah satu di antaranya, diharapkan dapat menetapkan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS). Realisasi dari ini, komite menghimpun dana masyarakat, termasuk dari orangtua siswa untuk membantu operasional sekolah untuk menggapai kualitas pendidikan. sejak program MBS ini digulirkan, peran komite sekolah mulai tampak, terutama dalam menghimpun sumber-sumber pendanaan pendidikan, baik sebagai dukungan terhadap penyediaan sarana dan prasarana pendidikan maupun untuk peningkatan kualitas pendidikan.