1.29k likes | 4.73k Views
ANTIBIOTIKA. Definisi Antibiotika. * Vuillemin (1889) : Antibiotik sebagai senyawa aktif yang dihasilkan MO hidup untuk memusnahkan MO lain untuk memperjuangkan kelangsungan hidupnya.
E N D
Definisi Antibiotika • * Vuillemin (1889): Antibiotik sebagai senyawa aktif yang dihasilkan MO hidup untuk memusnahkan MO lain untuk memperjuangkan kelangsungan hidupnya. • * Turpin dan Velu (1957): Antibiotik adalah semua senyawa kimia yang dihasilkan oleh organisme hidup atau yang diperoleh melalui sintesis yang memiliki indeks khemoterapi tinggi yang manifestasi aktivitasnya terjadi pada dosis yang sangat rendah secara spesifik melalui inhibisi proses penting pada virus, MO atau bernagai organisme bersel majemuk.
Pada awalnya antibiotik diperoleh secara alamiah, kemajuan ilmu dan teknologi memungkinkan semisintesis dan sintesis. Misal: Struktur dasar penisilin adalah 6-aminopenisilinat (6-APA) • Definisi tersebut menempatkan antibiotik sebagai obat khemoterapi. • Senyawa antibiotik jg dapat berkhasiat sbg - antivirus (Rifampisin), - antiparasit (Paromomisin) - anti jamur (Griseofulvin, amfoterisin B)
Antiseptik adalah senyawa yang mampu memusnahkan MO atau menghambat pertumbuhannya secara spesifik atau tidak spesifik namun toksisitasnya tidak memungkinkan untuk pemberian sistemik. • Antibiotika harus bisa diabsorpsi, distribusi, metabolisma dan ekskresi, sanggup menghambat atau memusnahkan MO di berbagai tempat dalam tubuh serta mempunyai toksisitas selektif.
Pengelompokan Antibiotik: • * Pendekatan kimia • * Pendekatan berdasarkan mekanisme kerja • * Pendekatan berdasarkan manfaat dan sasaran kerja • * Pendekatan berdasarkan daya kerja
Kelompok A.B berdasarkan Mekanisme Kerja: 1. A.B yang menginhibisi sintesis atau mengaktivasi enzim yg merusak dinding sel bakteri sehingga menghilangkan kemampuan berkembang biak dan sering lisis; ( Penisilin, sefalosporin, sikloserin ) 2. A.B yang bekerja langsung thdp membransel, mempengaruhi permeabilitas shg menimbulkan kebocoran dan kehilangan senyawa intraseluler; (Nistatin, amfoterisin B) 3. A.B yang mengganggu fungsi ribosom bakteri, menyebabkan inhibisi sintesis protein secara reversible; (Kloramfenikol, tetrasiklin, eritromisin)
4. A.B yang difiksasi pada subunit Ribosom 30 S menyebabkan timbunan kompleks pemula sintesis protein, salah tafsir kode mRNA, shg produksi polipeptida abnormal; ( Aminoglikosida berdaya bakterisid) 5. A.B yang mengganggu metabolisme asam nukleat; (Rifampisin)
Kelompok A.B berdasarkan manfaat dan sasaran kerja: 1. A.B yang terutama bermanfaat thdp kokus Gram + dan basil. Cenderung memiliki spektrum yang sempit. (Penisilin G, makriloda, basitrasin) 2. A.B yang terutama efektif terhadap Basil Aerob Gram – ( Aminoglikosida, Polimiksin ) 3. A.B yang secara relatif memiliki spektrum luas , bermanfaat terhadap Kokus Gram + dan Basil Gram - ( Amoksisilin, Sefalosporin, Tetrasiklin, Kloramfenikol )
Kelompok A.B berdasarkan Daya Kerjanya 1. A.Bbakteriostatik,menghambat pertumbuhan bakteri (tetrasiklin,kloramfenikol) 2. A.B bakterisidik, mematikan bakteri ( Penisilin, aminoglikosida, rifampisin )
Kelompok A.B berdasarkan kimia: • 1. ß-Laktam - Kelompok Penisilin: Penisilin G - Kelompok Sefalosporin: Sefalotin • 2. Aminoglikosida: Streptomisin • 3. Kloramfenikol: Tiamfenikol • 4. Kelompok Tetrasiklin: Oksi tetrasiklin • 5. Makrolida dan antibiotik yang berdekatan: • Eritromisin • 6. Rifamisin: Rifampisin • 7. Polipeptida Siklik: Polimiksin • 8. Antibiotik Polien: Amfoterisin B • 9. Antibiotik Lain: Griseofulvin
PRINSIP TERAPI ANTIBIOTIKA Penyalahgunaan A.B secara luas mengandung resiko sbb: • Kebanyakan AB menimbulkan efek samping dan reaksi toksik. • Hipersensitivitas dapat diinduksi, shg memungkinkan terjadi berbagai reaksi ringan atau gawat pada pemakaian berulang AB tersebut. • Flora normal usus sering dimodifikasi sehingga meningkatkan kemungkinan untuk terjadi superinfeksi.
Mutan mikroba yang resisten sering terseleksi dari populasi bakteri dan merupakan ancaman bahaya individual atau epidemiologik • Status fisiopatologi pasien seringkali menuntut perhatian khusus pada disain terapi dengan antibiotik. • Faktor lingkungan seperti diet, terapi lain yang dilaksanakan sejajar ataupun bersama-sama dengan terapi antibiotik merupakan hal-hal yang perlu diperhitungkan pengaruhnya terhadap terapi antibiotik.
Faktor yang perlu diperhatikan untuk menunjang tercapainya sasaran penggunaan antibiotik : • Aktivitas antimikroba • Efektivitas dan efisiensi proses farmakokinetik. • Toksisitas antibiotik. • Reaksi karena modifikasi flora alamiah tuan rumah. • Penggunaan kombinasi antibiotik. • Pola penanganan infeksi.
Efektifitas dan efisiensi proses farmakokinetik AB Pemilihan rute pemberian AB harus memperhatikan faktor-faktor: • Konsentrasi obat dalam darah • Lokasi infeksi • Kegawatan infeksi • Jika infeksi yang mengancam nyawa ; Lebih baik AB diberikan secara parenteral dari pada peroral. • Bila absorpsi melalui intra muscular (i.m) meragukan lebih baik pemberian intravena (i.v).
Toksisitas Antibiotik Reaksi toksik sebagai akibat penggunaan AB berlangsung melalui 2 mekanisme: • Reaksi toksik berkaitan dengan dosis yang diberikan • Reaksi toksik yang tidak berkaitan dengan dosis yang digunakan, a.l: - Alergi, - idiosinkrasi dan degenerasi sistem organ manusia.
Toksisitas karena perubahan pada manusia: • Ekskresi yang dimodifikasi karena faktor genetik • Defisiensi metabolisme obat • Penggunaan obat lain bersama AB. Misalnya: - Antasida dari garam-garam Ca, Mg, Fe bersama tetrasiklin akan menghambat absorpsi tetrasilin - Pada insufisiensi ginjal atau hati perlu diadakan perubahan dosis untuk mencegah reaksi toksik karena dosis berlebihan - Kloramfenikol bersama barbital, tolbutamid terjadi kompetisi untuk konjugasi di hati
Reaksi krn modifikasi flora alamiah manusia • Bila suatu flora ditekan karena penggunaan AB, maka organisme lain akan berkembang. • Perkembangan flora yang resisten akan lebih berbahaya dari infeksi semula disebut Superinfeksi Misalnya : • Infeksi fungi yang fatal karena penggunaan AB spektrum luas • Kolitis yang fatal karena penggunaan klindamisin, sefaleksin dan ampisilin. • Modifikasi flora pada tuan rumah dapat menyebabkan gangguan absorpsi vitamin K shg dapat timbul pendarahan pada pasien yang menggunakan antikoagulan oral.
Kombinasi Antibiotik Kombinasi AB bisa bersifat Sinergis, antagonis atau tanpa efek: • Kombinasi AB bakteriostatik dan bakterisid sering antagonis. • Kombinasi AB bakterisid dan bakterisid mungkin sinergis atau aditif
Kombinasi Obat dapat dibenarkan bila: • * Kombinasi sinergis terhadap mikroorganisme penyebab infeksi • * Kombinasi dapat mencegah resistensi pada mikroorganisme • * Kombinasi perlu pada awal penanganan infeksi yang sangat mengancam nyawa pasien dan penyebab infeksi belum diketahui • * Infeksinya majemuk
AB Bakterisida • Penisilin –penisilin • Sefalosporin • Aminoglikosida • Polimiksin B • Kolistin • Vankomisin • Basitrasin • Sikloserin • Heksamin • Rifamisin AB Bakteriostatik Tetrasiklin-tetrasiklin Kloramfenikol Eritromisin Linkomisin Spektinomisin Sulfonamida Trimetoprim Nitrofurantoin AB berdasarkan daya kerjanya
Kegagalan Terapi Antibiotik • Terapi AB dinilai gagal bila tidak berhasil menghilangkan gejala klinik atau infeksi kambuh lagi setelah obat dihentikan. • Sebab-sebab kegagalan terapi AB: * Salah pilih antibiotik: * Salah pemberian /penggunaan:
Salah pilih terapi AB: • AB yang salah sasaran • AB diberikan untuk demam tanpa dokumentasi mikroorganisme • Menggunakan AB yang tidak aktif in vitro atau tidak mampu mencapai sarang infeksi in vitro • Menggunakan AB yang toksik walaupun ada yang kurang toksik • Menggunakan AB yang mahal walaupun tersedia yang murah dan efektif.
Salah pemberian /penggunaan: • Dosis keliru • Rute pemberian tidak memadai • Jangka waktu pemberian tdk cukup • Gagal mengenal kejadian toksik • Tdk memodifikasi dosis • Mengganti AB • Kepatuhan pasien pada dosis tdk tercapai
Resistensi Bakteri Untuk Antibiotik Resistensi adalah: ketahanan mikroba terhadap antibiotika tertentu. • * Resistensi Alamiah • * Resistensi kromosomal • * Resistensi ekstrakromosomal
* Resistensi Alamiah • Mikroba tdk peka terhadap AB tertentu karena mikroba secara alamiah tidak dpt diganggu oleh AB tersebut karena tdk ada reseptor yang cocok atau dinding sel mikroba tdk dpt ditembus oleh AB Contoh: • Antijamur nistatin dan amfoterisin tdk bekerja pada bakteri karena bakteri tidak mempunyai sterol di membrannya. • Dinding sel pseudomonas tdk dpt ditembus penisilin G dan nitrofuran • Rifampisin tidak dapat menembus membran sel jamur.
Resistensi kromosomal • Resistensi kromosomal karena mutasi spontan pada gen kromosom. Kromosom yg termutasi dpt berpindah shg terjadi populasi yg resisten dan dpt terjadi resistensi silang. - Resistensi kromosomal primer. Mutasi terjadi sebelum pengobatan - Resistensi kromosomal sekunder. Mutasi terjadi selama kontak dengan AB
* Resistensi ekstrakromosomal • Yang berperan adalah faktor R yang terdapat di sitoplasma. • Faktor R dapat berpindah dari bakteri satu ke yang lain shg dpt terjadi resistensi silang. Contoh: Resistensi bakteri thdp kanamisin, streptomisin, gentamisin, sefalosporin, tetrasiklin,kloramfenikol, ampisilin.
Dasar biokimia penyebab resitensi: 1. Modifikasi enzim pada sasaran 2. Reduksi pada aktivitas fisiologi yg penting pd sasaran 3. Duplikasi enzim yang merupakan sasaran 4. Pencegahan serangan pada sasaran 5. Sintesis enzim oleh bakteri yang mampu menginhibisi AB
Resistensi karena inaktivasi enzim 1. Inaktivasi dengan penguraian Contoh: Penisilinase memecahkan cincin laktam shg bakteri resisten thdp penisilin. 2. Inaktivasi enzim dg substitusi Contoh: Kloramfenikol dg enzim transaselilase dari asetilkoenzim-A menjadi inaktif