280 likes | 887 Views
PERGURUAN TINGGI ISLAM DI INDONESIA. KOMPETENSI. Kompetensi Dasar : Memahami Perkembangan Pendidikan Tinggi Islam di Indonesia . Indikator : Dapat menjelaskan perkembangan perguruan tinggi Islam Mampu menjelaskan perubahan pendidikan tinggi islam menjadi Universitas.
E N D
KOMPETENSI Kompetensi Dasar :Memahami Perkembangan Pendidikan Tinggi Islam di Indonesia. Indikator : Dapat menjelaskan perkembangan perguruan tinggi Islam Mampu menjelaskan perubahan pendidikan tinggi islam menjadi Universitas. Mampu menjelaskan pengaruh perubahan PTI menjadi Universitas terhadap perkembangan masyarakat.
Sejarah dan Pertumbuhan PT Islam • 1930, Para elite negeri sudah mewacana mendirikan PT Islam • 1936, wacana tersebut dibawa ke Muktamar Muhammadiyah • 1938, Satiman Wirjosudjoyo melontarkan gagasan tersebut kepada kolonial Belanda • 8 Juli 1945 (1 Bulan sebelum Proklamasi), didirikan Sekolah TInggi Islam (STI) Jakarta • Desember 1945 STI ditutup sekutu • 10 April 1946, STI dibuka dan dipindahkan ke Yogyakarta • 10 Maret 1948, STI berubah menjadi Universitas Islam Indonesia (UII)
Sejarah dan Pertumbuhan PT Islam II • 26 September 1951, UII menjadi Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri • 14 Agustus 1957, berdiri Akademi DInas Agama Islam (ADIA) • Dari ADIA ini lahirlah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) 1960.
Mengenai IAIN Latar Belakang: • Psiko-sosiologis, Hasrat sejak pemerintahan Belanda, dan sarana mengangkat harga diri kaum muslim • Politis, Pemerintah berusaha meredam kekecewaan dan mengatasi instabilitas nasional.
Mengenai IAIN II • September 1959, Menteri PP&K dan Menteri Agama sepakat mendirikan Fakultas Agama Islam • Agustus 1960 berdiri IAIN, hasil peleburan PTAIN Yogyakarta dan ADIA Jakarta • Karena fakultas cabang yang berkembang pesat, tahun1963, IAIN cabang memungkinkan terpisah dan mandiri dari pusatnya • IAIN tersebut berkembang menjadi 14 IAIN mandiri se Indonesia
Mengenai STAIN • Dari 14 IAIN induk tersebut, masih menyisakan fakultas-fakultas cabang • Dengan keputusan Preside no 11 Tahun 1997, 33 fakultas cabang melapaskan diri dan menjadi Sekolah Tinggi Islam Negeri (STAIN)
Dampak Dampak pemisahan STAIN dari IAIN Induk: • Positif: Beberapa STAIN bisa bertahan dan mengimbangi IAIN induk bahkan melampaui laju perkembangan bekas IAIN induk • Negatif: > Bayak yang tidak bisa mandiri > SDM Kurang > Kurikulum IAIN menjadi rancu karena disamakan dengan STAIN
Pembaharuan IAIN Analisa: • Penghapusan Nuansa Dikotomis • Membuka fakultas umum didalam atap yang sama dengan fakultas agama • Globalisasi • Perkembangan Teknologi Informasi • Otonomi Perguruan Tinggi
Pembaharuan IAIN II Agenda Strategis: • Meningkatkan kualitas SDM (Dosen dan karyawan) • Membuka Jaringan kerjasama (Network) • Memperluas wacana keilmuan
Transformasi IAIN dan UIN menjadi UIN Latar Belakang • Adanya kesenjangan dengan Iptek • Keterasingan pengajaran Ilmu-ilmu agama dari realitas kemodernan • Menjauhnya kemajuan ilmu pengetahuan dari nilai-nilai agama • Dengan demikian perlu adanya usaha memadukan Ilmu agama dan Ilmu Modern maka lahirlah UIN
Transformasi IAIN: Kasus UIN Jakarta Latar Belakang: • IAIN Belum berperan optimal dalam dunia akademik • Kurikulum belum mampu merespon perkembangan Iptek (dikotomis) Cara yang ditempuh: > Mendirikan Jurusan/fakultas eksakta dan menyiapkan SDM yang akan dikembangkan > Setalah mapan baru benar benar berubah menjadi UIN
Transformasi IAIN: Kasus UIN Jakarta Latar Belakang: • Argumen Ideologis-Keagamaan • Argumen Pilosofis Pendidikan Islam • Argumen Sosio-Psikologis Cara yang ditempuh: • Materi agama Islam masuk kedalam Seluruh Fakultas • Ilmu agama dipersempit, disederhanakan dan diperpadat waktu maupun kurikulumnya • Ilmu eksak diperluas dan diperdalam
IAIN dan UIN Masa Depan • Tidakhanya menjadi lembaga dakwah, tetapi harus mampu menjadi lembaga akademisyang berwibawa. • IAIN tidak harus berganti baju menjadi UIN, yang paling mendasar adalah restrukturisasi dan reorganisasi pada bidang keilmuan maupun tata-laksana keorganisasian • Jangan terjebak pada budaya Latahisme.