610 likes | 944 Views
Nurina M-Nur Hayati-Olaf S-Panji A-Prima A-Primasari-Rangga R-Raissa E-Regina L. Presentasi Kasus. Departemen Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Pembimbing : drg . R. Tjipto Agus Subiakto , Sp. PM. Ilustrasi Kasus. Identitas.
E N D
Nurina M-Nur Hayati-Olaf S-Panji A-Prima A-Primasari-Rangga R-Raissa E-Regina L PresentasiKasus Departemen Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Pembimbing : drg. R. TjiptoAgusSubiakto, Sp. PM
Identitas • Nama : Tn E. • Umur : 28 tahun • Alamat : Cengkareng • Pekerjaan : tidak tetap • Tinggi badan : 176 kg • Berat badan : 60 kg
Anamnesis • Keluhan Utama : demam sejak 1 minggu yang lalu
Riwayat Sosial, Kebiasaan • Os merokok, 1 bungkus per hari
Pemeriksaan Fisik Intra-oral • Calculus ++ • Gangren Radix • GangrenPulpa • Lidahtampakkemerahanlicindisertaibercak-bercakputihkekuningan • Palatum mole tampaklapisanputihgambaranpulau-pulau, pinggirkemerahan • Tonsil tampakkemerahan • Gingiva posterior RA dan RB terdapatlesikecilbergerombol, tampak gingivitis 6 46 7 56 7
Diagnosis Infeksi • Herpes Simpleks Virus • Aphtae • Candidiasis Non Infeksi • Lesi Traumatik • Liken Planus D/stomatitisnikotina,glossodyna DD/ Frictionalkeratosis Burn (panas/kimia) Lichen planus Hyperplasticcandidiasis leukoplakia
Stomatitis Nikotina Definisi • Lesi putih yang biasanya terdapat pada palatum. • Banyak terjadi pada perokok pipa (terkonsentrasi di satu tempat) serta pengonsumsi minuman kaleng yang panas. • Penyebab efek iritasi dan panas dari bahan kimia rokok (harus langsung terkena).
Stomatitis Nikotina Epidemiologi • 30% dari seluruh perokok dan 60% dari seluruh pemakai rokok pipa. • Banyak terjadi pada pria diatas 45 tahun dengan pajanan rokok yang lama Patogenesis Iritasi udara panas dari produk tembakau proses reaktif di palatum durum
Stomatitis Nikotina Riwayat Penyakit • Adanya area kemerahan memutih, menebal, membentuk tampilan fissure. • Kelenjar - kelenjar saliva minor palatum membengkak ,orificium menjadi jelas bercak putih dan merah. • Asimptomatik
Stomatitis Nikotina Manifestasi Klinis • Lesi hanya terjadi pada mukosa palatum. • Kulit yang terkena akan memerah dan terasa sakit (erosi pada mukosa). • Terjadi hiperkeratinasi yang terlihat sebagai papul putih yang keabu-abuan dengan titik merah di tengahnya (kelenjar saliva minor dan orifisiumnya yang mengalami inflamasi) • Terdapat fissura pada sisi palatal.
Stomatitis Nikotina ManifestasiKlinis • Lesi putih juga bisa terdapat pada gingiva marginal, papil interdental dan bucal. • Kadang ditemukan juga stain tembakau berwarna coklat atau hitam pada gigi. • Gejala berkurang dalam 1-2 minggu jika pasien berhenti merokok. • Bukan lesi prakanker. • Biopsi harus dilakukan bila tidak membaik dalam 1 bulan setelah berhenti merokok.
Stomatitis Nikotina Pemeriksaan Fisis • Mukosa palatum tampilan cobblestone, dengan titik merah di tengahnya. • Tidak dapat dihapus • Palatum durum /palatum mole di dekat palatum durum (perluasan) Pemeriksaan penunjang 5mm – punch Biopsy
Stomatitis Nikotina Gambaran Histopatologi • Lesi akantotik dan hiperkeratotik dengan inflamasi kronik sedang-berat. • Epitel pada saluran saliva biasanya metaplasia • Derajat akantosis dan hiperkeratosis sesusi dengan lama paparan
Stomatitis Nikotina Mortalitas/morbiditas • Secara umum tidak berhubungan dengan lesi displastik atau perubahan maligna • kecuali perokok terbalik panan yang terkonsentrasi dan peningkatan bahan kimia Diagnosa banding • Kanker mukosa oral • Kandidiasis mukosa
Tata Laksana Stomatitis Nikotina • Menghilangkanfaktorpenyebab(sepertimerokokatauminumminuman yang terlalupanas) sembuhsetelah ± 2 minggu • Konsultasiutk program “berhentimerokok” • Terapimedikasi(jikaperlu): • Substitusinikotin : transdermal, permen, inhaler, nasal spray • Agonisparsialreseptorasetilkolinnikotinik : berikatandenganreseptornikotinikdanmengurangiefekstimulannya
Glossodynia • Sensasi terbakar pada lidah, bibir, atau seluruh mulut. • Rasa nyeri biasanya belum ada pada pagi hari, namun semakin memburuk seiring berlalunya hari. • Penyebabdefisiensi nutrien, ansietas atau depresi kronik, DM tipe 2, menopause, penyakit mulut seperti oral thrush atau mulut kering, atau kerusakan saraf kranial. • Lebih sering wanita daripada pria, terutama setelah menopause.
Tata Laksana Glossodynia • Penatalaksanaan pada glossodynia bergantung dari gejala dan tanda masing-masing individu, serta dari penyakit yang mendasarinya.3 • Terapi dapat berupa: • Mengangkat atau membersihkan iritan (gigi palsu yang tidak pas atau alergi terhadap bahan-bahan dari gigi palsu)4 • Anti nyeri pada area yang sakit. 4 • Sering minum air atau mengunyah permen karet untuk membantu mulut tetap lembab.1 • Dosis rendah dari benzodiasepines, trisiklik antidepresan atau antikonvulsan terbukti efektif.2
Tata Laksana Glossodynia (2) • Dosis rendah dari benzodiasepines, trisiklik antidepresan atau antikonvulsan terbukti efektif.2 • Suplement atau perubahan pola makanan untuk defisiensi nutrisi4 • Bedah minor untuk mengembalikan saraf-saraf lingual, jika penyebabnya adalah kelainan saraf. 4 • Area persisten dimana terasa sakit atau terbakar dapat dilakukan biopsi, untuk memastikan kanker atau pre-kanker.3
Terapi Glossodynia • Gabapentin merupakan terapi pilihan utama untuk mengatasi nyeri neuropati. • Glossodynia hampir kebanyakan merupakan akibat gangguan psikosomatik dengan sensasi nyeri pada kavitas oral, terutama mulut , tanpa ditemukan abnormalitas dari mukus membran atau kelainan lainnya. • Antidepresant merupakan terapi pilihan. Tetapi efek samping dari antidepresan adalah mulut kering dan efek anti kolinergik. • Saat ini, Gabapentin dapat dipakai sebagai terapi dari nyeri neuropati. Efek samping dari gabapentin sangat rendah dan tidak ada efek antikolinergik. 5
HSV • Keluarga dari Human Herpesvirus (HHV) • Ada dua tipe HSV yaitu tipe 1 (HSV1 atau HHV1) dan tipe 2 (HSV2 atau HHV2). • HSV tipe 1 beradaptasi dengan baik di oral, fasial, dan area okuler. Faring, intraoral, bibir, mata, dan kulit di atas pinggang terlibat paling sering dan ditransmisikan melalui saliva yang terinfeksi atau lesi perioral • HSV tipe 2 beradaptasi dengan baik di area genitalia dan ditransmisikan secara utama melalui kontak seksual dan secara tipikal melibatkan genitalia dan kulit di bawah pinggang
Manifestasi Klinis Gingivostomatitis • Pola infeksi simtomatik HSV primer dan lebih dari 90% HSV tipe 1 • Gejala muncul mendadak,sering diikuti dengan limfadenopati servikal anterior, menggigil, demam 1030sampai 1050F), nausea, anoreksia, iritabilitas, dan lesi yang nyeri di mulut. • vesikel sebesar kepala peniti Lesi kemerahan membesar ulserasi di tengah ditutup oleh fibrin kuning bergabung ulserasi yang lebih besar, dangkal, &irregular • Inokulasi ke jari, mata, dan area genital dapat terjadi. • Kasus yang ringan biasanya sembuh dalam 5 sampai 7 hari, kasus yang berat dapat melebihi 2 minggu
Faringotonsiltis • nyeri tenggorokan, demam, malaise, dan sakit kepala • Vesikel kecil dalam jumlah banyak di tonsil & faring posterior rupturulserasi dangkal & bergabung • Tempat yang paling umum dari berulangnya infeksi HSV 1 adalah vermilion border dan kulit bibir
Herpes Labialis • Tanda dan gejala prodromal seperti nyeri, rasa terbakar, gatal, hangat, kemerahan) muncul pada 6-24 jam sebelum lesi muncul. • Banyak papul eritema yang kecil muncul dan membentuk kelompokan vesikel yang berisi cairan ruptur • Pada pasien yang imunokompeten, keterlibatan terbatas pada mukosa yang berkeratin yang melekat pada tulang
Gambaran Histopatologi • Gambaran akantosis (sel Tzanck), inti yang membesar dan jernih yang lebih dikenal dengan degenerasi balooning. • Infeksi multinukleat • Edema intracelular
Diagnosis • Manifestasi klinis • Pemeriksaan serologi HSV yang biasanya positif pada hari ke 4 sampai ke-8 setelah paparan • Pemeriksaan tambahan yang paling sering dipakai adalah pemeriksaan sitologi dan biopsi jaringan
Tatalaksana • Pemberian acyclovir, valacyclovir dan famcyclovir topikal pada 3 hari awal infeksi • Pemberian Dyclone 0,5-1% mengurangi rasa tidak enak pada mulut • Pengobatan topikal terbaru saat ini antara lain 10% n-docosanazol yang dilaporlan menurunkan waktu sakit • trisodium phosphonoformate hexahydrate (foscarnet
Profilaksis • Pemberian Acycloviar ointment bila ada faktor pencetus • Immunokopramais dapat diberikan antiviral oral.
Diagnosis Banding • Frictional keratosis • Burn (panas/kimia) • Lichen planus • Hyperplastic candidiasis • Leukoplakia
Frictional keratosis • Etiologi: abrasi ringan atau trauma membran mukosa di mulut, oleh iritan seperti gigi yang tajam, gigitan pada mukosa pipi, atau gigi palsu.
Manifestasi klinis • Awalnya lesi pucat dan translusen • Kemudian menjadi padat dan putih, kadang-kadang permukaannya kasar. • Lokasi lesi putih pada tempat iritasi.
Trauma (bahan kimia) Etiologi: • Disebabkan oleh berbagai macam agen basa atau asam. • Penyebab tersering yaitu tablet aspirin yang dibiarkan larut di dalam mulut. Manifestasi klinis: • Sering di mukosa bukal • Gambaran paling umum berupa lesi putih dengan batas merah.
Lichenplanus Etiologi : • Tidak diketahui • Penyakit autoimun dimediasi sel-T yang menyerang keratinosit basal (antigen tidak diketahui) Epidemiologi : • 3-4% populasi memiliki lichen planus oral • Terjadi pada dekade ke-4 sampai ke-6
Manifestasi klinis • Distribusi bilateral dan sering simetris • Tempat: mukosa bukal (paling sering); lidah; gusi; bibir (paling jarang) • Jenis : • Retikuler (bentuk paling umum di oral) • Erosif (terdapat rasa nyeri) • Atrophik, papular, tipe plak • Bulous (jarang)
Pemeriksaan mikroskopik • Hiperkeratosis • Nekrosis keratinosit basal • Limfosit di batas jaringan ikat-epitel
Penatalaksanaan dan prognosis • Ringan sampai sedang: kortikosteroid topikal • Berat: imunosupresi sistemik, terutama prednison Prognosis: • Prognosis baik (jarang menjadi ganas (0,5-3%)) • Cenderung menjadi kronik
Candidiasis Etiologi: • Infeksi jamur dari spesies Candida, biasanya Candida albicans • Dihubungkan dengan faktor predisposisi, paling umum, imunosupresi, diabetes mellitus, penggunaan antibiotik atau xerostomia.
Candidiasis akut Candidiasis pseudomembranosa
Manifestasi klinis Akut: • Pseudomembranosa • Lesi putih yang nyeri • Eritematosa (atropik akut): lesi merah yang nyeri disebabkan pertumbuhan Candida akut Kronis: • Athropic (eritematosa): lesi merah yang nyeri, organisme sulit diidentifikasi dengan kultur, swab, dan biopsi. • Hyperplastic: bentuk hiperkeratosis dimana Candida telah diidentifikasi sebelumnya; biasanya di mukosa bukal dekat komissura
Manifestasi klinis Kronis: • Median rhomboid glossitis: bentuk kandidiasis hiperplastik terlihat di midline dorsum lidah anterior sampai papila sirkumvalata • Angular cheilitis: infeksi candida kronik di komissura labial, sering koinfeksi dengan Staphylococcus aureus
Pemeriksaan mikroskopik • Pewarnaan periodic acid-Schiff (PAS) • Kultur pada medium yang sesuai (Sabouraud’s, agar kentang, corn meal) • Biopsi dengan PAS, Gomori’s methenamine silver (GMS), atau pewarnaan jamur lain
Penatalaksanaan dan prognosis • Antijamur topikal atau sistemik • Koreksi faktor predisposisi, jika mungkin • Beberapa kasus candidiasis kronik membutuhkan terapi jangka panjang (minggu sampai bulan) Prognosis: Sangat baik pada pasien imunokompeten
Leukoplakia • Plak putih yang menempel pada mukosa mulut • Tidak spesifik diagnosis eksklusi • Pikirkan candidiasis, lichen planus • Dapat merupakan lesi prekanker