580 likes | 1.75k Views
Presentasi Kasus Asma. Benedicta Mutiara Suwita Calvin Kurnia Mulyadi Christopher Rico Andrian Deriyan Sukma Widjaja Dwi Wicaksono. IDENTITAS PASIEN Nama Pasien : Ny. MBA Jenis Kelamin : Perempuan Usia : 46 tahun Tanggal Masuk : 9 Nov 2012 Alamat : Percetakan Negara
E N D
Presentasi KasusAsma Benedicta Mutiara Suwita Calvin Kurnia Mulyadi Christopher Rico Andrian Deriyan Sukma Widjaja Dwi Wicaksono
IDENTITAS PASIEN • Nama Pasien : Ny. MBA • Jenis Kelamin : Perempuan • Usia: 46 tahun • Tanggal Masuk : 9 Nov 2012 • Alamat : Percetakan Negara • Suku : Betawi • Pendidikan : Tamat SD • Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga • Status perkawinan : Menikah • Agama : Islam Ilustrasi Kasus
Keluhan Utama • Sesak napas yang tidak sembuh dengan pengobatan sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit • Riwayat Penyakit Sekarang • Sesak mulai dirasakan setelah pasien mencuci baju di pagi hari • Saat munculnya serangan (hari Jumat pagi, 9 November 2012), pasien berobat ke puskesmas terdekat dan mendapatkan obat antisesak oral keluhan tidak membaik terapi inhalasi di RS lain berkurang Ilustrasi Kasus
Riwayat Penyakit Sekarang • Sesak muncul pada sore hari hingga pasien harus datang ke RS persahabatan • Di IGD RSP, terapi inhalasi 1x sesak berkurang rawat inap • Sesak yang dirasakan kali ini tidak dapat diredakan dengan pengobatan inhalasi seperti biasa • Sesak dirasakan baik pada saat menarik maupun menghembuskan napas, disertai mengi, dan diawali dengan batuk • Dicetuskan setelah pasien bekerja di luar rumah dan mencium wangi-wangian tertentu, menghidup debu, atau beraktivitas berat. Ilustrasi Kasus
Riwayat Penyakit Sekarang • sesak disertai nyeri dada, terutama jika pasien batuk • Sesak di malam hari dirasakan kurang lebih 2x sebulan • Serangan sesak selama 1 bulan terakhir telah terjadi sebanyak dua kali per minggu. • Riwayat demam tidak begitu tinggi muncul bersamaan dengan sesak • Disertai keringat dingin saat sesak, sukar tidur saat malam hari, perlu dua sampai tiga bantal • Tidak ada riwayat berdebar-debar, pingsan, atau kaki bengkak Ilustrasi Kasus
Riwayat Pengobatan Sebelumnya • rutin berobat ke puskesmas dan mendapatkan salbutamol oral, obat hipertensi (nifedipine 1 x 1 tablet), obat batuk sirup (ambroksol), dan terbutalin sulfat (nama paten “terasma”) • Riwayat pengobatan TB (-) Ilustrasi Kasus
Riwayat Penyakit Sebelumnya • Hipertensi (+) • Diabetes Mellitus (+) • Asma (+) – sejak hamil anak I • Dermatitis alergi (+) • Gastritis (+) • TB (-) • Riwayat Sosial • Merokok (-) • Penggunaan kayu bakar dapur (-) • Tinggal bersama ketiga anaknya Ilustrasi Kasus
Status Generalis • Keadaan Umum : baik, kompos mentis • Tekanan darah : 130/90 mmHg • Nadi/RR : 96x/menit / 18x/menit • Suhu : 36,8oC • Status Lokalis • Mata : Konjungtiva anemis +/+, sklera ikterik -/- • Mulut : faring hiperemis • Leher : JVP 5-2cmH2O Pemeriksaan Fisik
Dada • Jantung: Bunyi jantung 1 dan 2 normal, tidak terdapat bising atau gallop] • Paru: • Inspeksi : simetris saat statis maupun dinamis • Palpasi :fremitus vokalis paru kanan sama dengan kiri • Perkusi : suara paru kanan dan kiri sonor • Auskultasi : bunyi napas vesikuler +/+, ronki -/-, mengi +/+ • Abdomen: Teraba lemas dan datar, nyeri tekan di regio epigastrium, hepar dan limpa tidak teraba • Ekstremitas: Akral teraba hangat, tidak sianotik Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan laboratorium tanggal 9 November 2012; pukul 18.08 • Hemoglobin : 5,7 mg/dl • Hematokrit : 23% • Eritrosit : 3,81 juta permikroliter • MCV : 59,1 • MCH : 15,0 • MCHC : 25,3 • RDW-CV : 18,9 • Trombosit : 428.000/ul • pH : 7.386 (rentang normal: 7.34-7.44) • PCO2 : 33.5 (rentang normal: 35-45) • PO2 : 108.2 (rentang normal: 85-95) • HCO3 : 19.6 (rentang normal: 22-28) • TCO2 : 20.7 (rentang normal: 23-27) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium tanggal 12 November 2012; pukul 12.10 • Hemoglobin : 6.6 mg/dl (rentang normal: 12.0-16.0) • Hematokrit : 25% (rentang normal: 35-47%) • Eritrosit : 4,28 juta permikroliter (rentang normal: 3,6-5,8 juta/uL) • Leukosit : 19.160/ul (rentang normal: 5.000-10.000/ul) • Hitung jenis • Neutrofil : 84,4 (rentang normal: 50-70) • Limfosit : 10,5 (rentang normal: 25-40) • Monosit : 5,1 (rentang normal: 2-8) • Eosinofil : 0 (rentang normal: 2-4) • Basofil : 0 (rentang normal: 0-1) • MCV : 59,3 fL (rentang normal: 80-100) • MCH : 15,4 (rentang normal: 26-34) • MCHC : 26,0 (rentang normal: 32-36) • RDW-CV : 19,4 (rentang normal: 11.5-14.5) • Trombosit : 497.000/ul (rentang normal: 150.000-440.000) • Elektrolit • Natrium : 132,0 (rentang normal: 135-145) • Kalium : 3.00(rentang normal: 3.5-5.5) • Klorida : 119.0 (rentang normal: 98-109) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Arus Puncak Ekspirasi (APE) dilakukan pada tanggal 9 November 2012 • Pre-bronkodilator : 60 ml/menit • Post-bronkodilator : 90 ml/menit • % peningkatan : 50% • Pemantauan • APE harian Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis Kerja • Eksaserbasi asma sedang pada asma persisten ringan • Sindrom dispepsia • Hipertensi grade I • Rencana penatalaksanaan • Terapi oksigen 2 liter/menit dengan kanula hidung • Combivent inhalasi 4x/hari • Ambroksol 3 x 30 mg tablet • Amlodipine 1 x 10 mg tablet • Ranitidine 2x1 ampul injeksi • Antasida sirup 3 x Corig I • Pemantauan variabilitas APE harian, spirometri, DPL Diagnosis Kerja dan Rencana Penatalaksanaan
Obat-obatan yang tidak direkomendasikan untuk tatalaksana serangan asma adalah: • Sedatif • Mukolitik • Fisioterapi/terapi fisik yang melibatkan toraks • Hidrasi dengan cairan jumlah besar untuk pasien dewasa atau anak berusia lebih tua • Antibiotik • Epinefrin atau adrenalin Penatalaksanaan Asma
Pada anamnesis ditemukan bahwa pasien memang telah memiliki asma sebelumnya, dan melalui riwayat sesak napas yang ditemukan, terdapat karakteristik asma yang sangat khas yaitu: • Episodik: pasien telah merasakan sesak napas dengan bunyi “ngik” sejak memiliki anak pertama, terdapat saat-saat serangan sesak napas, dan terdapat pula saat-saat tidak adanya serangan napas, atau dapat bernapas normal. • Variabilitas: pasien mengakui bahwa, sesak napas muncul karena adanya pencetus yaitu saat mencium wangi-wangian, terhirup debu, atau bekerja berat. • Reversible: Keluhan sesak setelah mendapatkan terapi inhalasi di puskesmas yang kemungkinan besar adalah SABA (Short Acting Beta-Agonist) Anamnesis
Pemeriksaan Fisik Pada auskultasi didapatkan adanya bunyi mengi (“ngik”) terutama pada ekspirasi, sedangkan pada pemeriksaan fisik yang lain tidak ditemukan adanya kelainan yang lain kecuali konjungtiva mata yang anemis. Pemeriksaan Faal Paru Pada pasien ini hanya dilakukan pemeriksaan APE, dan hasil yang didapatkan adalah bahwa terdapat peningkatan APE sebesar 50% setelah pemberian bronkodilator, hal ini sangat mendukung diagnosis untuk asma. Selain itu, setelah dilakukan variabilitas APE harian, ditemukan bahwa pada hari pertama adalah; 47,61%. Temuan ini juga mendukung diagnosis asma. PF dan Faal Paru
Klasifikasi Asma Pasien merasakan sesak khas asma kurang lebih 2 kali seminggu, selain itu sesak napas ini juga menggangu tidur pasien, sehingga dengan anamnesis pun kita dapat memasukan pasien dengan pada klasifikasi asma presisten ringan. Sedangkan untuk serangan akut pasien yang membuat pasien datang ke RSP, memiliki karakteristik dengan pasien sesak napas hingga sulit bernapas dan lebih memilih duduk, hanya dapat berbicara beberapa patah kata, mengi pada akhir ekspirasi, dan PCO2 kurang dari 45 mmHg. Sehingga eksaserbasi serangan pasien masuk dalam klasifikasi serangan asma akut sedang. Diagnosis
Pada pasien, didapatkan bahwa pengobatan yang selama ini dilakukan pada pasien masih tidak terkontrol sebagian, karena masih memiliki gejala malam. Pasien hanya mendapatkan SABA (Salbutamol dan terbutalin sulfat). Sedangkan dari anamnesis, pasien dapat dikategorikan masuk dalam asma presisten ringan sehingga pasien perlu adanya tambahan glukokortikoid inhalasi, dengan terapi alternatifnya adalah teofilin, kromolin ataupun leukotrien modifier. Tatalaksana
Pada serangan asma akut sedang, penanganan yang tepat adalah pemberian oksigen untuk meningkatkan saturasi oksigen lebih dari 90%, kemudian berikan terapi inhalasi SABA selama 1 jam terus menerus. Jika tidak ada respon, berikan glukokortikoid. Lalu periksa pasien kembali setelah 1 jam. Jika masuk dalam episode sedang, dimana sesuai dengan klinis serangan asma akut sedang, berikan oksigen kembali, inhalasi beta-2-agonist, dengan antikolinergik selama 1 jam, dan berikan glukokortiroid oral. Kemudian dilihat kembali selama 1-2 jam, apakah terdapat respon atau tidak. Pada penanganan ini, nantinya harus ditentukan apakah pasien perlu dirawat inap atau di rawat jalan. Tatalaksana
Fauci AS, Brunwald E, Kasper DL, Hauser Sl, Longo DL, Jameson JL, Loscalzo J. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 17th edition. USA: The McGraw-hill Companies. 2008; 1596-1607. Mangunnegoro H, et al. Asma: Pedoman diagnosis & penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2004. Sutoyo DK, Setyanto DB, Rengganis I, Yunus F, Sundaru H. Pedoman tatalaksana asma. Jakarta: Dewan Asma Indonesia. 2011. Bateman ED, et al. Global strategy for asthma management and prevention. Global Initiative for Asthma; 2011. Schatz M, SorknessCA, Li JT,Marcus P,Murray JJ, NathanRA,et al. Asthma control test: reliability, validity, and responsiveness in patients previously followed by asthma specialists. J Allergy Clin Immunol. 2006;117: 549-56 Daftar Pustaka