180 likes | 480 Views
Solusi-Solusi Sederhana. Mengatasi Masalah Air Di Pabrik Gula. Air adalah kebutuhan mutlak industri gula. Kualitas air adalah harga mati Sedikit bermasalah, berlebihan juga bermasalah. Fenomena Air di PG. Air hujan berlimpah tetapi tidak termanfaatkan Bayar mahal untuk membeli air
E N D
Solusi-Solusi Sederhana Mengatasi Masalah Air Di Pabrik Gula
Air adalah kebutuhan mutlak industri gula • Kualitas air adalah harga mati • Sedikit bermasalah, berlebihan juga bermasalah
Fenomena Air di PG • Air hujan berlimpah tetapi tidak termanfaatkan • Bayar mahal untuk membeli air • Air yang terbuang bisa jadi masalah bagi masyarakat dan pemerintah • Beberapa PG kekurangan air kondens, beberapa PG membuang air kondens • dll
Solusi-solusi sederhana terhadap air di PG • Air imbibisi • Air proses • Air injeksi dan spray pond • Pendengin mesin • Sealing water • Air ketel
KONTRIBUSI POSITIF AIR IMBIBISI FULL KONDENS Contoh kasus di PG Modjopanggoong
Selayang Pandang Air Imbibisi di PG Modjopanggoong • Air imbibisi yang diberikan berasal dari air kondensat positif + air injeksi (air dingin untuk menjaga suhu imbibisi ≤70°). • Air injeksi yang dipakai adalah air sungai + air limbah dari kolam IPAL + air jatuhan kondensor yang telah direcycle melewati spraypond. Dibawah spraypond ada biotray yang berfungsi untuk menjaga kualitas air.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Widyawati tahun 2007 di PG Modjopanggoong, pada effluent yang dicampurkan ke air injeksi mengandung isolat bakteri leoconostoc dan isolat bacillus. Umumnya mikroorganisme untuk bertahan hidup memanfaatkan gula sebagai nutrisinya. • Mikroorganisme lain berasal dari biotray yang mungkin juga akan menghabiskan gula yang ada dalam proses (butuh penelitian lebih lanjut). • Kualitas air sungai juga patut dipertanyakan. Sementara air sumur berdasarkan hasil analisa laboratorium tidak layak pakai.
Upaya memperbaiki Kualitas Air Imbibisi Melihat kondisi di atas maka timbul sebuah ide untuk memakai air kondensat positif untuk air imbibisi di gilingan tanpa dicampur air dingin meski suhu cukup tinggi 85-95°C.
Didukung oleh Tjokroadikoesoemo dan Baktir (1984) dalam bukunya Ekstraksi Nira Tebu yang menyatakan: • berkat penelitian-penelitian yang dilakukan di Indonesia, didapat kesimpulan bahwa imbibisi dengan air panas sampai suhu 85-95°C tidak mengakibatkan meningkatnya kandungan lilin di dalam nira dibandingkan dengan jika imbibisi diberikan dengan dengan air dingin. • Sejak tahun 1929 telah diakui bahwa imbibisi panas dapat memberikan keuntungan-keuntungan nyata di dalam efisiensi pemerahan gula di stasiun gilingan.
Terbukti pula bahwa bukan gula yang terperah tidak meningkat secara nyata dengan pemberian imbibisi panas. • pengaruh buruk di dalam proses pemurnian ataupun kualitas gula yang dihasilkan seperti yang ditakutkan juga tidak terbukti. • Ketakutan bahwa mantel gilingan akan terlepas karena pemberian imbibisi panas ternyata juga tidak beralasan. • Satu-satunya kesulitan yang pernah dialami adalah rol-rol gilingan yang selip (licin) akibat ampas yang menjadi jenuh oleh air panas.
Keuntungan full condens • Membantu ekonomi bahan bakar • Memecah sel-sel karena panas • Sedikit evaporasi dalam perjalanan proses • Tidak perlu instalasi khusus karena memanfaatkan kondens dari evaporator, JH, dan masakan • Melarutkan sukrosa yang tertinggal dalam ampas • Mencegah aktifitas mikroorganisme • Mematikan sel-sel tebu sehingga permiabilitasnya hilang dan dapat terbuka secara mekanis dan ekstraksi akan lebih baik
Faktor-faktor yang berpengaruh thd hasil kerja imbibisi • Jumlah air imbibisi • Sel-sel yang terbuka • Kualitas air • Suhu air imbibisi • Pencampuran dan waktu kontak
PG Modjopanggoong berani mencoba memakai air imbibisi full condens selain teori di atas juga karena hal berikut: • Adanya kelebihan air condens, bahkan sering terbuang terutama air condens positif. • Tidak perlu merubah instalasi apapun cukup dengan menutup saluran air injeksi ke peti imbibisi dan memaksimalkan kinerja pompa air panas.
Beberapa hal positif dari pemakaian imbibisi full condens antara lain: • Meningkatnya Perolehan Gula karena kehilangan karena mikroorganisme berkurang dengan brix NPP dan Brix NM yang hampir sama. • Berkurangnya Pemakaian Uap Bekas terutama di juice heater, suhu NM naik • Memperingan kinerja evaporator, terkait saving energy di juice heater. • Memperingan kinerja ketel, dengan harapan suhu yang tinggi pada ampas akhir akan mempercepat self evaporator pada ampas akhir yang masuk ke ketel. Kestabilan tekanan uap baru dan peningkatan rendemen ketel.
Uang yang dihemat dengan pengurangan uap bekas Data pendukung perhitungan • Suhu NM (imbibisi campuran) 35C • Suhu NM (full condens) 45C • Kapasitas giling 2500 TCD • Suhu PP I 75°C • NM%tebu 99.83% • Brix NM rata-rata 12.34 • Kalori residu 9500 kcal/kg • BJ residu 0.92
Persamaan yang digunakan dalam perhitungan Q = m x c x dt Dimana: Q = jumlah kalor yang dipindahkan (kcal) m = berat bahan (kg) c = panas jenis nira (kcal/kg/°C) dt = selisih suhu sebelum dan sesudah pemanasan (°C) berat nira (m) = 99.83% x 2.500.000 kg = 2.495.750 kg c nira = (1-(0.006 x 12.34) = 0.92 kcal/kg/°C jika suhu NM 35 C, maka kalor yang dipindahkan: 2.495.750 x 0.92 x (105-35) = 160.726.300 kcal Jika suhu 45 C, maka kalor yang dipindahkan: 2.495.750 x 0.92 x (105-45) = 137.765.400 kcal Selisih kalor yang dibutuhkan: 160.726.300 - 137.765.400 = 22.960.900 kcal Jika dikonversikan ke residu: 22.960.900/ (9500 x 0.92) x Rp4.500) = Rp11.821.973,68 Selama 208 hari giling, pemakaian residu: Rp11.821.973,68 x 208 = Rp2.458.970.525,44
Kejelekan imbibisi full kondens kekurangan dari imbibisi full condens dan mungkin tidak semua pabrik gula bisa menerapkannya yaitu harus memiliki air condens yang cukup dan kadang-kadang roll gilingan harus dibuat kasar untuk mencegah selip meskipun di PG Modjopanggoong tidak terjadi.