200 likes | 357 Views
KELOMPO K 30: NGINDIANA ZULVA 104284014 ROFQI IZAN N. 104284055. KETERANGAN HISTORIS. Hakikat suatu keterangan historis, selalu terdapat dalam kaitan antara dua deskripsi keadaan-keadaaspek logan masa silam.
E N D
KELOMPOK30: NGINDIANA ZULVA 104284014 ROFQI IZAN N. 104284055
KETERANGAN HISTORIS • Hakikat suatu keterangan historis, selalu terdapat dalam kaitan antara dua deskripsi keadaan-keadaaspek logan masa silam. • Seorang filsuf sejarah membatasi diri pada aspek logis dan formal dalam suatu keterangan historis, karena isi keterangan historis bukanlah obyek filsafat sejarah.
Menurut pendukung Covering Law Model (CLM) sebuah keterangan historis baru dapat diterima, bila didukung oleh salah satu atau beberapahukumumum. • Hermeneutika mengatakan, seorang peneliti sejarah menerangkan masa silam dengan menghayatiatau menempatkandiri sendiri dalam batin para pelaku sejarah dulu. • Dalam narativisme, seorang peneliti sejarah menerangkan masa silam engan menyusunnya menurut suatu struktur atau dengan mengembangkan suatu penafsiran.
COVERING LAW MODEL (CLM) • Pertama kali dirumuskan oleh David Hume, filsuf Skotlandia (1712-1776). • Berpendapat bahwa metode ilmu alam dapat diterapkan pada masyarakat manusia. Contoh: alam raya tunduk pada hukum2 tertentu, begitu pula perbuatan mausia yang diatur oleh hukum2 tertentu. • Auguts Comte (1788-1857) berpendapat tentang peristiwa yakni hanya ada satu jalan untuk memperoleh pengetuan yang benar dan dapat dipercaya, entah apa obyek penelitiannya (alam hidup, benda mati, sejarah,dll) yakni menerapkan metode2 ilmu eksata.
Ilmu pengetahuan bertujuan mencari penjelasan2 megenai apa yang terjadi da dalam kenyataan. • Dalam menerangkan suatu perisitwa diperlukan 2 hal: 1. harus mengandaikan pola hukum umum yang bentuknya sebagai berikut: sederetan peristiwa = C1 (C2,C3,C....) maka terjadi pula peristiwa jenis E. • 2. Peristiwa2 C1 dst, memang pernah diamati dalam kenyataan historis. Skemanya: • (1) C1 (C2,C3<C...) E • (2) C1 (c2,C3, C...) • (3) E • Premis (1) merupakan suatu pola hukum, premis (2) merupakan suatu keadaan yang diamati secara empiris
Terjadi dalam kenyataan historis. Peristiwa E (yang menyusul (3)) disebut eksplanandum (yang harus diterangkan), sedangkan kedua premis (1) dan (2) merupakan eksplanans (yang menerangkan). • Pola hukum seolah-olah memayungi atau meliputi apa yang tertera di belakang (2) dan (3) (sebab akibat) maka disebut Covering Law Model.
Peristiwa ialah bila dengan salah satu obyek terjadi sesuatu. Skemanya: • X (C1,C2,C3,...) XE • X (C1,C2,C3,...) • XE • Skema kedua ini, kita berbicara tentang obyek2 yang memiliki atau kehilangan sifat2 tertentu. • Supaya CLM dapat ditafsirkan dengan tepat, maka perlu dipertimbangkan sebagai berikut: • 1. Skema penalaran CLM diasalkan dari logika formal dan terkenal dengan kaidah “modus ponens” • 2. Semua pola hukum ya g muncul pada premis pertama, harus dipekuat dan diakui oleh semua faka yang kita kenal relevan atau tidak berlawanan dengan fakta tersebut.
3. Pola-pola hukum selalu mengungkapkan, abahwa suatu peristiwa tertentu (sebab) disusul oleh suatu peristiwa lain (akibat). 4. CLM membuka jalan untuk menerangkan peristiwa2, sejauh peristiwa itu termasuk satu jenis peristiwa umum tertentu. 5. CLM tidak mengatakan apakah peristiwa itu terjadi pada masa silam, masa kini, atau masa depan. 6. Harus dicatat sesuatu mngensi sifat dan jangkauan pola-pola hukum yang dipergunakan dalam CLM. 7. Jangkauan pola hukum yang dipergunakan dalam CLM oleh W.H dray dan Mandelbaum, dibatsi lagi. 8. Para ahli sejarah jarang menyebut pola hukum umum yang menjadi dasar penalaran mereka.
PERBAIKAN-PERBAIKAN DALAM CLM • Dalam sejarah sangat sedikit tulisan yang memenuhi syarat CLM, karena struktur uraian CLM yang ketat, dengan struktur uraian historis yang longgar dan polimorf (beraneka bentuk). Oleh karena itu dusulkan beberapa perbaikan CLM, yaitu: • 1. Keterangan probabilistis Merupakan polau-pola hukum dengan kepastian kepastian statistik, yaitumengaitkan sebeb tertentu dengan akibat tertentu.
2. Perbaikan yang disulkan oleh Gardiner Gardiner megusulkan untuk melukiskan masa silam, harus mencari keseimbangan yang rumit antara yang bersifat umu dan khas. Sehingga pola2 hukum membuka jalan bagi untuk mengaitkan deskripsi2 sejarah sedemikian upa dan akhirnya memenuhi syarat CLM. 3. Perbaikan yang diusulkan Scriven dan White White mengatakan dalam praktek pengkajian sejarah pola hukum tidak dapat dipergunakan 100%, namun hal ini tidak memperkecil ketepatan suatu keterangan historis.
Scriven menggunakan “generalisasi normis” atau kaidah2 umum yang biasa kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari yang norma. Pola2 hukum itu samar2, tidak terinci, berkaitan dengan peristiwa yang sepele dan kebal terhadap falsifikasi.
KRITIK TERHADAP CLM • Jarak antara eksplan dan eksplanandum Sebuah peristiwa tidak pernah diterangkan dala segala kompleksitasnya namun selalu dalam sebuah deskripsi (yang paling cocok). 2. Keberatan terhadap pola hukum probabilistis Hukum probabilistis hanya dapat menerangkan tentang sesuatau dalam jumlah sekian, tetapi tidak diterangkan apa yang terjadi dalam kasus-kasus individual.
3. Sifat formal dalam CLM CLM merupakan kriteria yang semata-mata formal, supaya suatu keterangn historis dapat diterima. Namun, bagaimana keterangan itu de facto ada atau bagaimana seharusnya ada tidak disinggung oleh CLM. 4. Keberatan Foucault Menerangkan bahwa masa silam hendaknya jangan diterangkan menurut kategori2 yang sudah kita kenal, jangan dibatasi menurut kerangka-kerangka zaman kita, melainkan disadari sebagai suatu dunia yang asing.
HERMENEUTIKA Dalam bahasa Yunani “hermeneus” berarti penerjemah. Dalam memahami sebuah teks bahan sejarah kita perlu membandingkannya dengan pengalaman diri kita sendiri, agar kita dapat masuk dalam pikiran orang lain, untuk menerangkan mengapa seseorang atau sejumlah orang melakukan sejumlah perbuatan. 1 = penafsiran tentang masa silam 2 = bahan sejarah 3= masa silam sendiri 3 1 2
Hermeneutika di jerman ~Tokoh terpenting dalam sejarah hermeneutika adalah Wilhelm Dilthey (1833-1911) ~Dilthey bukan saja seorang filsuf sejarah yang berpengaruh,ia juga menulis beberapa telaah historis yang membuktikan ketajaman observasi dan penghayatannya. ~ide Dilthey pada tiga konsep inti ialah”Elebnis,Ausdruck dan Verstehen
~Menurut Dilthey,turut di tentukan oleh semua pengalaman yang sampai pada saat itu pernah kita miiki,sebaliknya pengalaman baru itu memberi arti dan penafsiran baru kepada pengalaman-pengalaman lama.
~Pengalaman mengenai dunia hidupku yang ditentukan oleh proses timbal balik itu-pengalaman dalam arti sejati.Oleh Dilthey disebut Erlebnis. • mengatakan bahwa bagian-bagian hendaknya kita tempatkan dalam keseluruhan teks hendaknya dimengerti dengan bertitik tolak pada bagian-bagian.
~Seorang peneliti sejarah dapat merekonstruksi kembali.Sambil mempergunakan pengalaman hidup sendiri,mengaktualkan kembali keadaan-keadaan yang dahulu meliputi si pelaku sejarah ketika ia berbuat,merasakan merasakan emosi-emosi dan sebagainya. • ~Bahwa dengan merekonstruksi kembali pengalaman hidup seorang pelaku sejarah diatas panggung batin si peneliti sejarah,akan dihasilkan kembali efek yang sama seperti dahulu halnya dengan pelaku sejarah itu.
~Dilthey mendekatkan ilmu psikologi,karena psikologi meneliti bagaimana manusia mencerna pengalaman-pengalaman oleh karena itu merupakan ilmu bantuan penting bagi seorang peneliti sejarah. • ~Di kemudian,Collingwood mengecam kepercayaan Dilthey akan ilmu psikologi.di dalam penelitian hermeneutika,kita tidak boleh naik banding pada pengetahuan umum dan ilmiah mana pun.
~Rekonstruksi tidak terjadi dengan hanya mengadakan introspeksi atau berkat adanya intuisi,melainkan merupakan suatu hasil penalaran yang dilakukan dengan susah payah,tetapi terus menerus dan proses penalaran itu dapat dikontrol. • ~Hans Georg Gadamer,menerbitkan wahrheit and metode(kebenaran dan metode.dikembangkan metode lebih memperhatikan penafsiran teks-teks daripada penafsiran perbuatan manusia(pelaku sejarah). Hermeneutika di inggris • ~R.G Collingwood (1889-1943),ahli arkeologi dan filsuf sejarah berkebangsaan inggris.mengatakan bahwa Masa silam dapat diulangi kembali dalam batin kita,sehingga pengetahuan berdasarkan pengalaman masa silam tidak mustahil.