690 likes | 2.17k Views
VERBA. DISUSUN OLEH: KELAS BAHASA SEMESTER 7 ADE NUR’AMALIYAH DIKSI SUHERMAN SOFIA TARTILA TIFANI. BATASAN DAN CIRI VERBA. Verba memiliki fungsi utama sebagai predikat atau sebagai inti predikat dalam kalimat walaupun dapat juga mempunyai fungsi lain. Contoh: 1. Pencuri itu lari .
E N D
VERBA DISUSUN OLEH: KELAS BAHASA SEMESTER 7 ADE NUR’AMALIYAH DIKSI SUHERMAN SOFIA TARTILA TIFANI
BATASAN DAN CIRI VERBA • Verba memiliki fungsi utama sebagai predikat atau sebagai inti predikat dalam kalimat walaupun dapat juga mempunyai fungsi lain. Contoh: 1. Pencuri itu lari. 2. Mereka sedang belajar di kamar. 3. Bom itu seharusnya tidak meledak. • Verba mengandung makna inheren perbuatan (aksi), proses, atau keadaan yang bukan sifat atau kualitas. • Verba, khususnya yang bermakna keadaan tidak dapat diberi prefiks ter- yang berarti ‘paling’. Contoh: verba mati, tidak dapat diubah menjadi ‘termati’. • Pada umumnya verba tidak dapat bergabung dengan kata-kata yang menyatakan makna kesangatan.
VERBA DARI SEGI PERILAKU SEMANTISNYA • Makna inheren perbuatan • Makna inheren proses • Makna inheren keadaan VERBA DARI SEGI PERILAKU SINTAKSISNYA • Pengertian Ketransitifan Dari segi sintaksisnya, ketransitifan verba ditentukan oleh dua faktor: (1) adanya nomina yang berdiri di belakang verba yang berfungsi sebagai objek dalam kalimat aktif, dan (2) kemungkinan objek itu berfungsi sebagai subjek dalam kalimat pasif.
Verba transitif Adalah verba yang memerlukan nomina sebagai objek dalam kalimat aktif, dan objek itu dapat berfungsi sebagai subjek dalam kalimat pasif. Contoh: ibu sedang membersihkan kamar itu. • Verba ekatransitif Adalah verba transitif yang diikuti oleh satu objek. Contoh, Saya sedang mencari pekerjaan. • Verba dwitransitif Adalah verba yang dalam kalimat aktif dapat diikuti oleh dua nomina, satu sebagai objek dan satunya lagi sebagai pelengkap. Contoh, Ibu akan membelikan kakak baju baru. • Verba semitransitif Ialah verba yang objeknya boleh ada dan boleh juga tidak. Contoh: (1) Ayah sedang membaca koran, (2) Ayah sedang membaca.
Verba taktransitif Adalah verba yang tidak memiliki nomina di belakangnya yang dapat berfungsi sebagai subjek dalam kalimat pasif. Verba taktransitif dibagi menjadi dua, yaitu verba yang berpelengkap dan verba yang tak berpelengkap. Verba berpreposisi Ialah verba taktransitif yang selalu diikuti oleh preposisi tertentu. Contoh, (1) Saya sering berbicara tentang hal ini, (2) Sofyan berminat pada musik.
Verba dari segi bentuknya • Asal: berdiri sendiri tanpa afiks: ada, datang, mandi, tidur, tinggal, suka, tiba, turun, pergi. • Turunan a. Dasar bebas, afiks wajib: mendarat, melebar, mengering, berlayar, bertelur, bersepeda. b. Dasar bebas, afiks manasuka: (mem)baca c. Dasar terikat, afiks wajib: bertemu, bersua d. Berulang: berjalan-jalan, memukul-mukul e. Majemuk: naik haji, campur tangan
Verba asal, ialah verba yang dapat berdiri sendiri tanpa afiks. Contoh, Dimana bapak tinggal? • Verba turunan, adalah verba yang dibentuk melalui transposisi, pengafiksan, reduplikasi, atau pemajemukan. Proses penurunan verba • Ada empat macam afiks yang dipakai untuk menurunkan verba: prefiks, sufiks, konfiks, dan yang tidak begitu produktif lagi adalah infiks.
Urutan penurunan verba mengikuti kaidah urutan afiks berikut • Jika prefiks tertentu mutlak diperlukan untuk mengubah kelas kata dari dasar tertentu menjadi verba, prefiks itu tinggi letaknya dalam hierarki penurunan verba. • Jika prefiks tertentu digunakan bersama-sama dengan sufiks tertentu dan kehadiran kedua afiks itu terpadu dan maknanya pun tak terpisahkan, dalam hierarki penurunan verba kedua afiks yang bersangkutan mempunyai tempat yang sama tingginya.
Jika prefiks tertentu terdapat padaa verba dengan dasar nomina yang bersufiks tertentu, prefiks itu lebih tinggi letaknya daripada sufiks dalam hierarki penurunan verba. • Jika prefiks tertentu digunakan bersama-sama dengan sufiks tertentu, sedangkan hubungan antara sufiks dan dasar telah menumbuhkan makna tersendiri, dan penambahan prefiks itu tidak mengubah makna leksikalnya, maka tempat sufiks dalam hierarki penurunan verba lebih tinggi daripada prefiks.
Jika prefiks tertentu digunakan bersama-sama dengan sufiks tertentu, hubungan antara prefiks dan dasar kata telah menghasilkan perubahan kelas kata, dan penambahan sufiks tidak mengubah kelas kata lagi, maka dalam hierarki penurunan verba prefiks itu lebih tinggi daripada sufiks. • Jika prefiks tertentu digunakan bersama-sama dengan sufiks tertentu, dan gabungan keduanya bukan merupakan konfiks tetapi menentukan makna leksikal, maka maknalah yang kita anggap menentukan hierarki pembentukkan verba.
Morfofonemik, adalah proses berubahnya suatu fonem menjadi fonem lain sesuai dengan fonem awal atau fonem yang mendahuluinya Morfofonemik prefiks meng- • Jika ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem /a/, /i/, /u/, /e/, /o/, /ǝ/, /k/, /g/, /h/, atau /x/, bentuk meng- tetap meng- / mǝn-/. • Jika ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem /l/, /m/, /n/, /ñ/, /ŋ/, /r/, /y/, atau /w/, bentuk meng- berubah menjadi me-. • Jika ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem /d/, atau /t/, bentuk meng- berubah menjadi men-/ mǝn-/.
Jika ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem /b/, /p/, atau /f/, bentuk meng- berubah menjadi mem-/ mǝn-/. • Jika ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem /c/, /j/, /s/, dan /š/, bentuk berubah menjadi meny-/ mǝñ/. Di dalam ejaan yang dibakukan, bentuk meny- yang bergabung dengan huruf <c>, <j>, dan <sy> pada awal dasar disederhanakan menjadi men-. • Jika ditambahkan pada dasar yang bersuku satu, bentuk meng- berubah menjadi menge-/mǝŋǝ/. • Kata-kata yang berasal dari bahasa asing diperlakukan berbeda-beda, bergantung pada frekuensi dan lamanya kata tersebut telah kita pakai.
Jika verba yang berdasar tunggal direduplikasi, dasarnya diulangi dengan mempertahankan peluluhan konsonan pertamanya. Morfofonemik prefiks per- • Prefiks per- berubah menjadi pe- apabila ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem /r/ atau dasar yang suku pertamanya berakhir dengan /ǝr/. • Prefiks per- berubah menjadi pel- apabila ditambahkan pada bentuk dasar ajar. • Prefiks per- tidak mengalami perubahan bentuk bila bergabung dengan dasar lain di lear kaidah a dan b di atas.
Morfofonemik prefiks ber- • Prefiks ber- berubah menjadi be- jika ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem /r/. • Prefiks ber- berubah menjadi be- jika ditambahkan pada dasar yang suku pertamanya berakhir dengan /ǝr/.
MorfofonemikPrefiksber- Ada empat kaidah morfofonemik untuk prefiks ber- • Prefiks ber- berubah menjadi be- jika ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem /r/. misal: Ber- + ranting beranting. Sebagaimana afiks per-, dalam proses afiksasi ber-, diatas yang terjadi ialah penghilangan fonem /r/ pada prefiks ber-. Dengan demikian, hanya ada satu r saja. • Prefiks ber- berubah menjadi be- jika ditambahkan pada dasar yang suku pertamanya berakhir dengan /er/. Contoh: ber- + kerja bekerja. Bandingkan dengan ber- + karya berkarya Ber- pada satu contoh di atas tidak berubah karena suku pertama kata ini tidak berakhir dengan er, tetapi ar dan ur. • Prefiks ber- berubah menjadi bel- jika ditambahkan pada dasar tertentu. Ber- + ajar belajar • Prefiks ber- tidak berubah bentuknya bila digabungkan dengan dasar di luar kaidah 1-3 diatas. Contoh: ber- + layar berlayar
4.4.2.4.4 MorfofonemikPrefikster-. Ada tiga kaidah morfofonemik untuk prefiks ter- • prefiks ter- berubah menjadi te- jika ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem /r/. Contoh: ter- + rebut terebut Sebagaimana afiksasi per-, dan ber-, ter- juga kehilangan fonem /r/ sehingga ada satu r saja. • Jika suku kata pertama kata dasar berakhir dengan bunyi /er/, fonem /r/ pada prefiks ter- ada yang muncul dan ada pula yang tidak. Contoh: ter- + percaya terpercaya, ter- + percik tepercik • Diluar kedua kaidah di atas, ter- tidak berubah bentuknya. Contoh: ter- + pilih terpilih, ter- + luka terluka
4.4.2.4.5 MorfofonemikPrefiksdi- • Digabung dengan dasar pun, prefiks di- tidak mengalami perubahan bentuk. Contoh: di- + beli dibeli, di- + ambil diambil. • Perhatikan bahwa di- sebagai prefiks harus dibedakan dari di sebagai preposisi. Jika diikuti oleh kata yang menunjukan tempat, penulisannya dipisah. Contoh:di meja Bandingkan dimejahijaukan di rumah dirumahkan di Indonesia diindonesiakan
4.4.2.4.6 MorfofonemikSufiks –kan • Sufiks –kan tidak mengalamai perubahan apabila ditambahkan pada dasar kata apapun. Contoh: tarik + -kan tarikkan letak + -kan letakkan • Sufiks -kan seringkali dikacaukan dengan sufiks -an yang dasar katanya kebetulan berakhir dengan fonem /k/ seperti pada kata tembakkan dan tembakan. Kata tembakkan adalah verba yang diturunkan dari dasar tembak dan sufiks -kan, sedangkan tembakan adalah nomina yang diturunkan dari dasar tembak dan sufiks -an. Karena itu, sebahai verba jumlah huruf k-nya ada dua; tetapi sebagai nomina, huruf k-nya hanya satu.
4.4.2.4.7 MorfofonemiksSufiks -i • Seperti halnya dengan -kan, sufiks -I juga tidak mengalami perubahan jika ditambahkan pada dasar kata apa pun. Hanya saja perlu diingat bahwa kata dasar yang berahir dengan fonem /i/ tidak dapat diikuti oleh sufiks -i. dengan demikian, tidak ada kata seperti *memberii, *mengirii, ataupun *mengisii.
4.4.2.4.8 MorfofonemikSufiks -an • Sufiks -an tidak mengalami perubahan bentuk jika digabungkan dengan dasar kata apapun. Jika fonem terakhir suatu dasar adalah /a/, dalam tulisan fonem itu dijejerkan dengan sufiks -an. Dua berduaan, sama bersamaan 4.5 MORFOLOGI DAN SEMANTIK VERBA TRANSITIF • Seperti dinyatakan sebelumnya, ada verba transitif dalam bahasa Indonesia yang terbentuk dengan proses penurunan kata.
4.5.1 PenurunanVerbaTransitif • Verba transitif dapat diturunkan melalui transposisi, afiksasi, dan reduplikasi. Seperti dinyatakan pada 4.4.2 transposisi adalah pemindahan dari satu kelas kata ke kelas kata yang lain tanpa perubahan bentuk. Afiksasi adalah penambahan prefiks, infiks, atau sufiks pada dasar kata. Reduplikasi adalah perulangan suatu dasar kata, baik dengan tambahan afiks maupun tidak.
4.5.1.1 PenurunanMelaluiTransposisi • Ada kelompok kata yang memiliki kelas kata ganda, misalnya sebagai nomina ataupun sebagai verba. Kata-kata seperti jalan, telepon, dan cangkul dapat kita pakai sebagai verba ataupun sebagai nomina. • Dalam bahasa formal, nomina yang ditransposisikan menjadi verba diberi tambahan afiks, tetapi afiks ini tidak mengubah makna, hanya sebagai penanda keformalan belaka. • Karena bentuk nomina dan bentuk verbanya sama, pertanyaan yang timbul adalah “mana yang menjadi sumber” transposisi, apakah nominanya diturunkan dari verba atau verba yang diturunkan dari nomina? Patokan umum yang dipakai adalah bahwa bentuk yang maknanya tidak tergantung pada makna dari bentuk lain itulah yang dianggap sebagai sumber.
4.5.1.2 PenurunanmelaluiAfiksasi • Verba transitif dapat diturunkan dari berbagai dasar dengan mempergunakan prefiks meng-, termasuk meng- yang berkomunikasi baik dengan sufiks -kan dan -I maupun dengan gabungan prefiks-sufiks per-kan dan per-i. dalam kalimat pasif, prefiks meng- digantikan oleh prefiks di- atau ter-.
4.5.1.2.1 PenurunanVerbaTransitifdenganmeng- • Verba transitif dapat diturunkan dengan menambah prefiks meng- pada dasar. Dalam hal ini dasar tersebut harus verba dasar seperti beli, cari, dan ambil; tidak boleh dari dasar lain dari nomina (misalnya, darat) atau adjektiva (misalnya, kuning)
4.5.1.2.2 PenurunanVerbaTransitifdengan -kan • Dalam wujud aktifnya, sufiks -kan dapat berkombinasi dengan prefiks meng- sehingga menghasilkan kombinasi meng-kan. Dasar yang dipakai dapat berupa verba asal, verba yang telah berprefiks ber-, nomina, adjektiva, kata tugas, atau frasa preposisional. • Dasar seperti kerja dan boleh tidak dapat diturunkan menjadi verba hanya dengan membubuhkan prefiks meng- saja karena bentuk seperti *mengerja, *menempat, dan *memboleh tidak terdapat dalam bahasa kita. Contoh: bicara membicarakan, bukti membuktikan • Sebagian dasar yang lain dapat diturunkan menjadi verba dengan meng-kan, tetapi sufiks –kan wajib ada hanya apabila verba tersebut harus bersifat transitif. Dengan kata lain, dengan prefix meng- saja sebenarnya telah terbentuk verba, tetapi statusnya taktransitif.
Contoh: besar membesarkan, darat mendaratkan • Sebagian dasar yang lain lagi dapat diturunkan menjadi verba transitiif dengan menambahkan meng-kan pun bentuk ini telah dapat berfungsi sebagai verba. Perbedaan dengan kelompok di atas adalah bahwa dengan kelompok di atas verba yang hanya dengan meng- itu berstatus taktransitif (misalnya, melebar). Pada kelompok yang sekarang ini, verba yang hanya dengan meng- ini sudah berstatus transitif. Dengan ditambahkannya sufiks –kan, statusnya berubah dari ekatransitif menjadi dwintransitif. Contoh: ke depan mengedepankan • Makna verba yang diturunkan dengan sufiks -kan ada bermacam-macam, tergantung pada (a) wajib-tidaknya sufiks ini sebagai bentuk verba, (b) kategori sintaksis dari dasar kata yang dipakai, (c) cirri-ciri semantic khusus. Maka -kan maka umumnya berarti (a) ‘melakukan perbuatan yang dinyatakan oleh kata dasar’ atau (b) ‘menyebabkan sesuatu/seseorang menjadi (kata dasar)’. Contoh: lupa melupakan
Akan tetapi, bila kata dasarnya nomina, maka makna verba yang bersangkutan adalah ‘menjadikan atau menganggap (objek) sebagai yang dinyatakan oleh kata dasar’. Contoh: raja merajakan. • Kata dasar yang mengandung nomina yang mengandung cirri semantic ‘lokasi’ menimbulkan arti menempatkan (objek) pada lokasi yang dinyatakan oleh kata dasar’.Contoh: rumah merumahkan • Makna lain adalah makna kausatif, yakni ‘membuat sesuatu menjadi hal yang dinyatakan oleh kata dasar’. Umumnya yang menjadi dasar adalah adjektiva meskipun dasar lain juga ada yang bisa di pakai. Contoh: putih memutihkan • Dalam banyak hal, verba dengan prefiks meng- saja telah memiliki status (eka) transitif, tetapi status ini akan berubah menjadi dwitransitif bila pada verba itu ditmabahkan sufiks -kan. Makna umum yang muncul oleh penambahan sufiks ini adalah benefaktif, yakni ‘melakukan sesuatu untuk orang lain’.Contoh: membeli membelikan • Meskipun pola dan makna benefaktif sangat umum, tidak dapat dikatakan bahwa pola dan makna ini mutlak. Cukup banyak verba yang perilaku sintaktisnya menyimpang dari pola ini. Verba seperti mendengar, misalnya, adalah ekatransitif. Namun, mendengarkan masih tetap ekatransitif, dan bukan dwitransitif. • Ada sebagian kata dasar yang dengan atau tanpa sufiks -kan tidak memiliki perbedaan makna yang signifikan. Verba seperti mengantar-mengantarkan, membalik-membalikkan mempunyai kata yang sama.
4.5.1.2.3Penurunan VerbaTransitifdengan -i • Dalam bentuk aktifnya, verba transitif yang diturunkan dengan sufiks -i dapat pula berkombinasi dengan prefiks meng-. Ada sejumlah kata dasar yang mutlak memerlukan kehadiran sufiks -i ini untuk memperoleh status verba. Dasar seperti restu, misalnya, tidak dapat menjadi verba hanya dengan meng- saja. Sufiks -i harus ditambahkan sehingga terbentuklah verba transitif. Merestui. • Sekelompok kata dasar yang lain bisa berstatus verba hanya dengan tambahan prefiks meng-, sedangkan sufiks -i bersifat manasuka. Namun, kehadiran sufiks -I ini mempengaruhi status ketransitifan verba tersebut dan juga memberikan makna tambahan tertentu. Dasar seperti alir, misalnya, dapat menjadi verba mengalir dengan status taktransitif: • Adapula dengan kata dasar yang dengan meng-I ataupun dengan meng- saja tetap mempunyai status yang sama sebagai verba transitif. • Dasar verba transitif yang diturunkan dengan sufiks -I bisa berkategori nomina, adjektiva, atau verba taktransitif. Makna verba transitif dengan sufiks -I bermacam-macam, bergantung pada (a) ketegori sintaksis dari kata dasar, (b) wajib-tidaknya sufiks ini hadir, dan (c) cirri-ciri semantik khusus. • Dasar verba transitif yang diturunkan dari adjektiva dengan sufiks -I pada umumnya mempunyai makna kausatif, yakni ‘menjadikan (objek) <dasar>’. Namun, berbeda dengan verba kausatif yang bersufiks -kan yang telah dibicarakan di atas, verba dengan sufiks -I ini juga mengandung unsur lokatif.Contoh: memanasi – memanaskan.
Perbedaan makna antara verba dengan dasar adjektiva yang bersufiks -I dan yang bersufiks -kan dapat dilihat pada pasangan menerangkan (yang sudah mengalami pengkhususan makna) dan menerangi. Verba menerangkan berarti ‘menyebabkan (masalah) menjadi terang’, sedangkan menerangi berarti ‘menyebabkan (ruangan/permukaan) menjadi terang’, orang yangmembawa lampu ke kamar yang gelap akan menerangi kamar/tempat itu. Makna lain dari sufiks adalah lokatif, yakni ‘melakukan (dasar) di/ke’. • Makna lokatif dari sufiks -i juga bisa menimbulkan kontras makna dengan sufiks -kan bila kedua sufiks ini ditempelkan pada verba dasar yang sama, seperti mendatangi-mendatangkan. Perbedaannya adalah bahwa sufiks -i perbuatan yang dinyatakan oleh kata dasar dilakukan oleh pelaku, sedangkan dengan sufiks -kan pelaku melakukan sesuatu yang mengakibatkan sasaran melakukan perbuatan yang dinyatakan oleh kata dasar.
4.5.1.2.4 PenurunanVerbaTransitifdengan per-, dan -kan/-i 4.5.1.2.4 Penurunan Verba Transitif dengan per-, dan -kan/-i • Verba yang diturunkan dari bermacam-macam pangkal dengan afiks per-, per-kan, dan per-I dibicarakan bersama karena jumlah verba dalam kelompok ini tidak banyak dan variasi semantiknya juga tidak terlalu rumit.Contoh:memperbanyak - memperbudak • Untuk sebagian dasar yang lain tidak cukup hanya dengan penambahan memper-, tetapi masih memerlukan sufiks pula. Dalam hal ini, sufiks -kan banyak dipakai untuk menurunkan verba memper-kan. • Sufiks -kan untuk kata dasar tertentu tidak bersifat wajib seperti diatas tetapi manasuka. Contoh: memperistri(kan), mempersunting(kan). • Sufiks lain yang dapat di pakai adalah -I. namun, jumlah verba yang mewajibkan sufiks ini tidak banyak seperti, memperbaiki, memperbarui. • Adapula kata dasar yang wajib memiliki sufiks, tetapi sufiks ini boleh -kan atau -I. jumlahnya sangat terbatas, contoh: memperingatkan, memperingati. • Makna verba yang diturunkan dengan memper- dan -kan atau -I bermacam-macam.Contoh: jelas - memperjelas
Bila verba transitif dari dasar adjektiva dapat diturunkan dengan memper- atau dengan men-kan, pada umumnya terdapat perbedaan makna. Salah satu perbedaam makna ini ialah bahwa verba memper- menyatakan bahwa hasil perbuatan membuat objeknya lebih <dasar> dari sebelumnya. Sebaliknya, verba men-kan menyatakan bahwa keadaan sebelumnya tidak <dasar>. Jadi, membesarkan membuat sesuatu yang tadinya kecil menjadi besar.Contoh: memperkecil- mengecilkan • Meskipun makna di atas bersifat umum, ada pula bentukan dengan dasar adjektiva seperti ini yang maknanya menyimpang atau maknanya abstrak. Contoh: memperpanjang - membuat lebih panjang/ menambah masaberlakunya. • Bila dasarnya nomina, makna verba ini adalah ‘memperlakukan, menganggap, atau menjadikan objek sebagai <dasar>. Contoh: memperistri - menjadikan istri • Sejumlah verba transitif memper-kan/-I berkaitan maknanya dengan verba yang berprefiks ber-. Maknanya adalah menjadikan objek <dasar>. Contoh:Mempertemukanmenjadikan bertemu • Ada sekelompok verba lain yang maknanya bersinonim dengan verba yang memakai preposisi. Verba memperbincangkan, misalnya, berkaitan dengan verba berbincang-bincang.
4.6.1.4 Penurunan Verba Taktransitif dengan ber-an • Kita harus waspada terhadap perbedaan antara verba yang diturunkan dari konfiks ber-an dan verba yang berprfiks ber- yang ditambahkan pada bentuk yang sebelumnya telah memiliki sufiks –an. • Verba berkonfiks ber-an dapat pula diturunkan dengan dasar adjektiva atau nomina. Berbeda dengan penurunan konfiks ber-an, penurunan yang memakai prefiks ber- dengan bentuk yang telah memiliki –an lebih produktif. Dasar yang dipakai bisa bentuk dasar terikat, verba, atau nomina. • Dari segi makna, bila dasarnya adalah verba taktransitif, makna verba yang diturunkan dengan konfiks ber-an adalah ‘melakukan kegiatan (dasar), mengalami peristiwa (dasar), dan menyatakan pelaku atau pengalam yang lebih dari satu, serta perbuatan atau proses yang berkali-kali’ bila dasarnya adalah verba transitif maknanya adalah resifrokal. Bila dasarnya adjektiva. Makna umumnya menyatakan berelasi. Bila dasarnya nomina dasar atau nomina yang diturunkan dengan memakai –an, makna utamanya adalah posesif.
4.6.1.5 Penurunan verba traktransitif dengan ter- • Verba traktransitif yang berawalan ter- yang tidak berhubungan dengan verba transitif terbatas jumlahnya. Walaupun demikian, tidak semua verba asal dapat dipakai dalam penurunan ini. Tidak ada, misalnya verba terhilang, tertiba, terdatang. Adapula bentukan yang unik seperti terdiri dan terjadi dengan makna yang harus ditelusuri dari masing-masing kata ini. • Makna verba traktransitif ter- umumnya adalah menjadi dalam keadaan dan ada unsur makna yang menyatakan bahwa perbuatan atau peristiwa tersebut terjadi bukan karena kemauan sipelaku.
4.6.1.6 Penurunan Verba Taktransitif dengan ke-an • Konfiks ke-an dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yakni kelompok yang bernomina1, bernomina 2 dan wajib, dan bernomina2 tetapi nomina ke 2 sifatnya manasuka. • Makna umum dari bentukan ini adalah malapektif atau adversatif, yakni keadaan yang menyatakan segi-segi negatif, segi-segi yang tidak menyenangkan atau tidak menguntungkan.
4.6.2 Penurunan verba traktransitif dengan reduplikasi 1. dasar + dasar 2. dasar + (prefiks + dasar) 3. dasar + (prefiks + dasar + sufiks) 4. (prefiks + dasar) + dasar 5. prefiks + (dasar + dasar) + sufiks 6. perulangan dengan salin bunyi • Makna verba traktransitif yang berbentuk perulangan ada bermacam-macam. • Pertama, perulangan tadi menyiratkan perbuatan yang dilakukan tanpa tujuan khusus. Kedua adalah secara berulang atau terus menerus dengan pariasi. Ketiga adalah (kesalingan). Makna keempaat menyiratkan adanya intensitas yang tinggi sehingga diperoleh hasil perbuatan yang super latip. Kelima adalah posesif yakni makna yang menyatakan milik.
4.7 Verba majemuk adalah verba yang terbentuk melalui proses penggabungan satu kata dengan kata yang lain. • Verba majemuk dapat dibagi berdasarkan bentuk morfologis dan hubungan komponennya. Berdasarkan bentuk morfologisnya,verba majemuk terbagi atas verba majemuk dasar, verba majemuk berafiks, dan verba majemuk berulang. Berdasarkan hubungan komponen-komponennya, verba majemuk terbagi atas verba majemuk bertingkatdan verba majemuk setara.
4.7.1 Verba Majemuk dasar • Yang dimaksud dengan verba majemuk dasar adalah verba majemuk yang tidak berafiks dan tidak mengandung komponen berulang, serta dapat berdiri sendiri dalam prasa, klausa, atau kalimat.
4.7.2 Verba Majemuk berafiks • Ialah verba majemuk yang mengandung afiks tertentu. Verba majemuk beafiks dapat dibagi menjadi 3 kelompok • a. verba majemuk berafiks yang pangkalnya berupa bentuk majemuk yang tidak dapat berdiri sendiri dalam kalimat disebut verba majemuk terikat. • b. verba majemuk berafiks yang pangkalnya berupa bentuk majemuk yang dapat berdiri sendiri disebut verba majemuk bebas • c. verba majemuk berafiks yang komponennya telah berafiks lebih dahulu.
4.7.3 Verba Majemuk Berulang • Verba majemuk dalam bahasa Indonesia dapat direduplikasi jika kemajemukannya bertingkat dan jika intinya adalah bentuk verba yang dapat direduplikasikan pula. • Prasa verba adalah satuan bahasa yang terbentuk dari dua kata atau lebih dengan verba sebagai intinya tetapi bentuk ini tidak merupakan klausa. • Fungsi verba dan frasa verbal 1. sebagai predikat 2. sebagai subjek 3. sebagai objek 4. sebagai pelengkap 5. sebagai keterangan 6. sebagai verba yang bersifat atributif 7. verba yang bersifat apositif.