320 likes | 683 Views
PENYEMPURNAAN UNDANG-UNDANG TENTANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH (UU Nomor 28 Tahun 2009) DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN DIREKTORAT PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH Oktober 2009. LATAR BELAKANG. KONDISI DI AWAL ERA OTONOMI DAERAH.
E N D
PENYEMPURNAAN UNDANG-UNDANG TENTANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH (UU Nomor 28 Tahun 2009) DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN DIREKTORAT PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH Oktober 2009
LATAR BELAKANG KONDISI DI AWAL ERA OTONOMI DAERAH • Pendapatan Asli Daerah (PAD) masih rendah • Peranan PAD dalam APBD: Provinsi : 51% • Kabupaten/Kota : 7% • 2. Basis pajak daerah sangat terbatas. • Jenis pungutan daerah yang memenuhi kriteria pajak daerah memiliki potensi yang relatif kecil. • Daerah diberi kewenangan yang besar untuk memungut PDRD • ”open-list” • 4. Pengawasan pungutan daerah kurang efektif. • Sistem pengawasan bersifat ”Represif” • Tidak ada sanksi bagi yang melanggar.
LATAR BELAKANG IMPLIKASI DI DAERAH • Daerah berlomba-lomba menambah jenis pungutan daerah untuk meningkatkan PAD • Timbul banyak Pungutan Daerah yang ’bermasalah’: • Perda bertentangan dengan peraturan per-UU-an • Perda bertentangan dengan kepentingan umum • Perda yang sudah dibatalkan tetap dipungut • Pungutan didasarkan pada Keputusan Kepala Daerah • Pungutan tanpa dasar hukum • Dampak: • Kepastian hukum kurang • Memberikan beban berlebihan bagi masyarakat • Menghambat kegiatan investasi di daerah
LATAR BELAKANG TUJUAN PERUBAHAN UU PDRD Memperbaiki sistim pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah. Penguatan perpajakan daerah (local taxing empowerment) Meningkatkan efektivitas pengawasan pungutan daerah Menyempurnakan pengelolaan pajak daerah dan retribusi daerah.
SISTIM PEMUNGUTAN 1. SISTIM PEMUNGUTAN
LOCAL TAXING POWER 2a. PERLUASAN OBJEK PAJAK
LOCAL TAXING POWER 2b. PERLUASAN OBJEK RETRIBUSI
LOCAL TAXING POWER 3a. PENAMBAHAN JENIS PAJAK DAERAH
LOCAL TAXING POWER 3b. PENAMBAHAN JENIS RETRIBUSI DAERAH Retribusi Jasa Umum
LOCAL TAXING POWER Retribusi Jasa Usaha
LOCAL TAXING POWER Retribusi Perizinan Tertentu
LOCAL TAXING POWER 4. TARIF MAKSIMUM **Tarif PBB-KB yang ditetapkan dalam Perda dapat diubah dengan Perpres (dalam jangka waktu 3 tahun)
LOCAL TAXING POWER 5. PENETAPAN TARIF
PENGAWASAN 6. PENGAWASAN
PENGAWASAN 7. SANKSI
PENGELOLAAN 8. BAGI HASIL PAJAK PROVINSI *) untuk air permukaan yang berada hanya pada 1 kabupaten/kota
PENGELOLAAN 9. EARMARKING
PENGELOLAAN 10. INSENTIF PEMUNGUTAN
LAIN-LAIN 11. Masa Berlaku
LAIN-LAIN 12. Peraturan Pelaksanaan
IMPLIKASI FISKAL ProyeksiPenerimaanPropinsiBerdasarkan UU 34/2000 Asumsi: 1. Pertumbuhanpenerimaan 10%/tahun. 2. Semuadaerahmenerapkan tarifmaksimum
ProyeksiPenerimaanPropinsiBerdasarkanUU 28/2009 Asumsi: 1. Pertumbuhanpenerimaan 10% pertahun. 2. Semuadaerahmenerapkan tarifmaksimum
ProyeksiPenerimaanKabupaten/Kota Berdasarkan UU 34/2000 Asumsi: 1. Pertumbuhanpenerimaan 10% pertahun. 2. Semuadaerahmenerapkan tarifmaksimum
ProyeksiPenerimaanKabupaten/Kota BerdasarkanUU 28/2009 Asumsi: 1. Pertumbuhanpenerimaan 10% pertahun. 2. Semuadaerahmenerapkantarifmaksimum
IMPLIKASI SOSIAL DAN EKONOMI • 1. Menjaminketersediaananggaranuntuk: • a. pembangunandan/ataupemeliharaanjalansertapeningkatanmodadansaranatransportasiumum; • meningkatkanpelayanankesehatanmasyarakatdanpenegakanhukumdalamrangkapengawasanperedaranrokokillegal. • 2. Meningkatkankepastianhukum. • 3. Meningkatkanpelayananpublik Masyarakattidakdipungut • secaraberlebihan • 4. Menciptakan iklim investasi yang kondusif(business friendly).