290 likes | 759 Views
Diskusi Topik 6 Rehabilitasi Kardiovaskular. Oleh Calvin Kurnia Mulyadi, 0906639726 Modul Praktik Klinik Kardiologi – 2012/2013 Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Definisi Rehabilitasi Jantung. M enurut WHO, 1993:
E N D
Diskusi Topik 6Rehabilitasi Kardiovaskular Oleh Calvin Kurnia Mulyadi, 0906639726 Modul Praktik Klinik Kardiologi – 2012/2013 Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Definisi Rehabilitasi Jantung • Menurut WHO, 1993: • Serangkaiankegiatan yang diperlukanuntukmemperbaikipenyebabpenyakitjantunguntukmencapaikondisifisik, mental dansosialterbaik, sehinggamerekadapatmempertahankanataumencapaikehidupanseoptimalmungkindimasyarakatdenganusahanyasendiri. 1 • Terkini: • Sekumpulan aktivitas yang diperlukan untuk memperbaiki penyebab dasar penyakit, kondisi fisik, mental, dan sosial yang terbaik, sehingga pasien dengan usahanya sendiri dapat mempertahankan atau mengembalikan kondisi terbaiknya di masyarakat. Upaya rehabilitas ini harus diintegrasikan ke dalam upaya pengobatan secara menyeluruh.2
Tujuan Umum Rehabilitasi Jantung • Memulihkan penderita sesegera mungkin pada kehidupan yang aktif dan produktif Tujuan Khusus Rehabilitasi Jantung • Memulihkan atau mempertahankan penderita penyakit KV pada keadaan fisiologis, psikososial, dan vokasional ke kondisi paling optimal • Mencegah progresivitas penyakit dan/atau pengupayakan regresi proses penyakit • Memperbaiki kapasitas fungsional dan adaptasi psikologis terhadap proses penyakit kronis • Memfasilitasi perubahan dan mempertahankan pola hidup sehat
Kandidat Rehabilitasi Jantung • Pasien dengan: • Pasca akut MCI • Chronic stable angina • Gagal jantung kongestif • Aritmiajantung • Pasca CABG dan PTCA • Pascaoperasikatupjantung atau CHD • Pascatransplantasijantung • Geriatri dengan kelainan KV • Deep Vein Thrombosis • Penyakit pembuluh darah perifer (peripheral arterial disease/PAD) • Penyakit KV risiko tinggi yang tidak dapat dilakukan tindakan intervensi • Orang dengan risiko PJK tinggi.1,2
Pelayanan di Bidang Rehabilitasi Jantung • Menurut panduan American Heart Association (AHA), 2007, beberapa komponen inti dalam rehabilitasi kardiovaskular mencakup: • Pemeriksaan pasien (patient assessment) • Konseling nutrisi • Pengontrolan faktor risiko, mencakup profil lipid, tekanan darah, berat badan, diabetes, dan merokok • Intervensi psikososial • Aktivitas fisik, meliputi konseling dan latihan • Pada tiap komponen ini, terdapat evaluasi, intervensi, dan hasil (outcome).3
Pengaturan Diet dan Nutrisi4 • Intake kalori harus dibatasi pada jumlah kalori yang dibutuhkan untuk mempertahankan berat badan ideal, yaitu IMT < 25 kg/m2 • Umumnya, tidak diperlukan suplemen
Tahap-Tahap dalam Rehabilitasi Jantung • Persiapan (inklusi) • Klien yang dirawat atau ditunjuk oleh DPJP • Klien yang masuk dalam clinical pathway • Tidak ada kontraindikasi untuk latihan (exercise) • Pelaksanaan • Terdaftar untuk program rehabilitasi • Evaluasi: status medis, riwayat penyakit, serta pengobatan • Identifikasi faktor risiko dan penyulit • Pelaksanaan program sesuai fase (I, II, III, dan IV).5
Kontraindikasi Latihan • UAP • TD sistolik > 200 mmHg atau diastolik > 100 mmHg • Penurunan TD sistolik bermakna (20 mmHg atau lebih) dari TD sehari-hari • AS moderat sampai berat • Penyakit sistemik akut atau demam • Aritmia atrial/ventrikular • Takikardia tidak terkontrol (>100x/menit) • Gagal jantung kongestif tidak terdekompensasi • Blok AV derajat 3 tanpa pacemaker • Perikarditis atau miokarditis akut • Emboli paru • Tromboflebitis • EKG istirahat menunjukkan depresi ST > 3 mm • DM dengan gula darah tidak terkontrol • Masalah muskuloskeletal.1
Fase I (inhospital) • Diberikan ketika pasien dirawat, dikonsulkan, atau masuk dalam clinical pathway • Tujuan: • Mengatasi dampak negatif dari tirah baring, seperti imobilisasi • Membantu pasien beradaptasi dengan aktivitas perawatan diri dan ambulasi dalam ruangan • Menurunkan tingkat kecemasan/gangguan psikis • Memberi motivasi untuk komitmen rehabilitasi jantung jangka panjang.1,2,5 • Durasi sesuai dengan masa rawat, dimulai segera setelah kondisi pasien stabil
Fase I (inhospital) cont’d • Program yang diberikan: • Konseling, edukasi, modifikasi faktor risiko • Kontrol hiperlipidemia, hipertensi, merokok, diabetes, dan manajemen stres • Mobilisasi bertahap • Latihan dengan aktivitas metabolisme rendah, durasi 5-10 menit, ditingkatkan sampai 20-30 menit, 2-4 kali sehari • Naiknya heart rate (HR) tidak lebih dari 20x/menit. Parameter lain meliputi tekanan darah, EKG, dan gejala klinis (simptom) • Fisioterapi/terapi okupasi • Evaluasi kemampuan fungsional, misal dengan 6” walk-test, treadmill, CPX • Target: Klien mampu berjalan 1,5 km (setara dengan 3 METs). Uji dilakukan pada akhir fase I sebelum pulang RS.
Fase II (Ambulatory/outpatient) • Program rehabilitasi berbasis rawat jalan yang dilakukan segera setelah masa rawat selesai • Tujuan: • Mengatasi perkembangan penyakit lebih jauh • Persiapan kembali bekerja, rekreasi, atau aktivitas sehari-hari yang optimal (termasuk seksual) • Mengontrol faktor risiko, edukasi, konseling tambahan mengenai gaya hidup sehat • Membantu pasien melakukan program latihan secara aman dan efektif • Durasi: 1-2 bulan (12-24 kali kunjungan)
Fase II (Ambulatory) cont’d • Program: • Konseling, edukasi bagi pasien dan keluarga • Pengontrolan faktor risiko • Latihan fisik 3x/minggu • Senam pemanasan, kalistenik • Jalan/sepeda statis sesuai hasil uji treadmill • Latihan beban • Pendinginan/terapi relaksasi • Evaluasi tingkat fungsional dengan 6”WT, ergocycle/treadmill • Latihan di luar ruangan • Fisioterapi/terapi okupasi • Target intensitas 60-70% HR maksimum • Target: klien mampu berjalan 2,4 km/30 menit (setara dengan 6 METs), memiliki pengetahuan mengenai penyakit dan gejala sehingga dapat melanjutkan aktivitas vokasional, rekreasional, dan seksual dengan aman
Fase III (Maintenance) • Dilakukan setelah evaluasi dari fase II dengan kapasitas aerobik minimal 6-8 METs dan supervisi minimal klinis dan EKG intermiten • Tujuan: • Melanjutkan program untuk mengatasi progresivitas penyakit • Memelihara kondisi paling optimal dan melanjutkan pola hidup mandiri • Durasi: 3-6 bulan • Program fase III sama dengan fase II, hanya dengan target yang lebih tinggi, target intensitas 70-85% HR maksimum. Latihan aeroik jalan 3-4 km/30 menit
Fase IV (long term rehabilitation/community) • Dilakukan oleh klien di rumah, lingkungan, atau masyarakat • Tujuan: • Memelihara dan mempertahankan kondisi kesehatan yang paling optimal secara mandiri • Durasi seumur hidup • Program: • Pengontrolan faktor risiko • Latihan fisik mandiri • Evaluasi rutin tingkat fungsional setiap 6-12 bulan • Latihan minimal 3-4x/minggu, 30-60 menit, target intensitas 80-85% HR maksimum • Aerobic exercise • Resistance training • Aquatic exercise
Indikasi Penghentian Latihan • Terdapat tanda dan gejala sebagai berikut: • Angina, rasa melayang, sesak, lelah, pucat, sianosis, ataksia, hipoksia, gangguan status mental, insufisiensisirkulasiperifer, bradikardia, perubahantekanan darahsistolik>220 mmHg, diastolik > 110mmHg,perubahan EKG.1
Komponen Rehabilitasi • Pengkajian kondisi medis pasien: • Anamnesis: RPS, RPD, faktor risiko, tindakan intervensi yang sudah dan akan dilakukan, obat-obatan • Pemeriksaan fisik dan penunjang • Edukasi dan Konseling • Proses penyakit, faktor risiko, tindakan yang pernah dijalani, obat-obatan, diet sehat, konseling gizi dan psikososial, stop merokok, aktivitas dan latihan fisik
Komponen Rehabilitasi (2) • Pengontrolan faktor risiko • Identifikasi, terutama yang ada dan belum terkontrol • Konseling pengontrolan faktor risiko • Program latihan • Pengukuran kapasitas fisik • Stratifikasi risiko • Latihan fisik
Latihan Fisik • Pemanasan • 5-10 menit, intensitas ringan-sedang, aktivitas kardiovaskular dan ketahanan otot • Conditioning • 20-60 menit • Aerobik, resistensi, neuromuskular, dan/atau aktivitas olahraga lain • Cooling down • 5-10 menit • Resistensi ringan-sedang • Peregangan • Minimal 10 menit.2
Daftar Pustaka • Tedjasukmana D. Rehabilitasi kardiovaskular. 2010. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. • Pedoman standar rehabilitasi kardiovaskular PJNHK. • Balady GJ, Williams MA, Ades PA, Bittner V, Comoss PN, Foody JM, et al. Core components of cardiac rehabilitation secondary prevention programs: 2007 update. Circ. 2007 [cited 2012 Oct 29];115:2675-82. Available on: http://www.circulationaha.org. • Perk J, Backer GD, Gohlke H, Graham I, Reiner Z, Verschuren WMM. European guidelines on cardiovascular disease prevention in clinical practice (version 2012). 2012 [cited 2012 Oct 29]; 33: 1635-1701. Available on: www.escardio.org/guidelines • Radi B, Joesoef HA, Kusmana D. Rehabilitasi kardiovaskular di Indonesia. Jurnal Kardiologi Indonesia. 2009 [disitasi 2012 Okt 10]; 30(2): 43-5. • Goble AJ, Worcester MUC. Best practice guidelines for cardiac rehabilitation and secondary prevention. 1999. Victoria: Health Research Centre.
TERIMA KASIH Sesi tanya-jawab dan umpan balik