190 likes | 592 Views
Arti Pentingnya Pengesahan / Ratifikasi Pada Perjanjian Internasional. Rinda Amalia. SH. MH. Pengesahan / Ratifikasi Persetujuan / Konfirmasi ?. Globalisasi Hubungan Internasional semakin meningkatkan persentuhan atau interaksi antara Hukum Internasional dan Hukum Nasional Indonesia.
E N D
ArtiPentingnyaPengesahan/RatifikasiPadaPerjanjianInternasional.ArtiPentingnyaPengesahan/RatifikasiPadaPerjanjianInternasional. Rinda Amalia. SH. MH @ copy rights by Rinda Amalia
Pengesahan/RatifikasiPersetujuan/Konfirmasi? • GlobalisasiHubunganInternasionalsemakinmeningkatkanpersentuhanatauinteraksiantaraHukumInternasionaldanHukumNasional Indonesia. • Pertanyaantersebutsemakinmempertajampertanyaantentangartilembagapengesahan (ratifikasi, aksesi, acceptance, approval) dalamkaitannyadengan status perjanjianinternasionaldalam status perjanjian Indonesia dalamHukumNasionalRepublik Indonesia @ copy rights by Rinda Amalia
Cont…. • Dari tataranteoritsdanpraktis, pengertianlembagapengesahan/ratifikasiternyata di pahamisecaraberbbedaolehkalanganahliHukum Tata Negara danolehahliHukumInternasional. • Dari sisiHukumPerjanjianmakaratifikasipadaesensinyaadalahkonfirmasi. • Lembagapengesahan/ratifikasidalamhukumketatanegaraanselaludiartikansebagaitindakanpersetujuanolehsuatu organ negaraterhadapperbuatanpemerintahuntukmembuatperjajian/konfirmasi organ tersebutterhadappenandatangansuatuperjanjianolehpemerintahnya @ copy rights by Rinda Amalia
2 prosedurpengesahan/ratifikasiperjanjianinternasional • PerfektifProsedur Internal Merupakanmasalah HTN, yaituhukumnasionalIndonesia ygmengaturtentangkewenanganeksekutifdanlegeslatifdalampembuatanperjanjianinternasionalsertamengaturprodukhukumapa yang harusdikeluarkanuntukmenjadidasarbagiIndonesia melakukanprosedureksternal • PerfektifProsedurEkternal Perbuatanhukumuntukmengikatkandiripadasuatuperjanjianinternasionaldalambentukratifikasi, aksesi, penerimaandanpersetujuan yang diaturolehHukumPerjanjianInternasional. @ copy rights by Rinda Amalia
PengertianKonfirmasidariNegara: • Konfirmasiyaitu organ Negara sepertiparlemenmemberikankonfirmasiterhadapperbuatanPemerintah yang telahmenandatangisuatuperjanjian • Persetujuanyaitu organ negarasepertiparlemenmemberikanpersetujuanterlebihdahuluterhadapperjanjian yang akanditandatangiolehPemerintah. @ copy rights by Rinda Amalia
Cont… HTN RI tanpasengajamengartikanlembagapengesahan/ratifikasisebagai “Persetujuan DPR” bukankonfirmasidanhalinitercermindalamPasal 11 UUD 1945. Namun, dalampraktekketatanegaraan RI, yang kemudianditapsirkanoleh UU No. 24 Tahun 2000 tentangPerjanjianInternasional, pengertianpersetujuaninibergesermenjadi “Konfirmasi DPR” daripada “Persetujuan DPR”. Itulahsebabnyapasalinimasihmenyisakanpertanyaanmendasartentang“apakah DPR harusterlibatmembuatperjanjiansebelumditandatangiatauhanyaterlibatsetelahperjanjianditandatangiolehpemerintah?”. Dalamhaliniperbedaanpengertian “persetujuan” dengan “Konfirmasi” padalembagapengesahan/ratifikasimenjadisangatrelevan. Permasalahaninitentunyaakansangatterkaitdenganperjanjian, apakahwewenangekskusifeksekutifatautidak. @ copy rights by Rinda Amalia
Cont… • UU No. 24 Tahun 2000 tentangPerjanjianInternasionalhanyamengaturtentangpengesahan/rafikasidalamperfektifProsedurEkternalsehinggaberkarakter “Konfirmasi”, yaituperbuataanhukumuntukmengikatkandiripadasuatuperjanjianinternasionaldalambentukratifikasi, aksesi, penerimaandanperstujuan. • UU inijugamengaturtentangpersyaratan internal (Pengesahan/rafikasidengan UU/Perpres) sebagaidasarkonstitusionaluntukdapatmelakukanpengesahan/rafikasidalamperpektifekternal) @ copy rights by Rinda Amalia
Cont…. • Dalam UU danpraktek Indonesia, utukprosedurekternal (yaitupenerbitan notification atau instrument of ratification/accession/acceptance/approval olehKementrianLuarNegeri) hanyadapatdilakukansetelahprosedur Internal terpenuhi. • Akibatnyasecarahakikimaka UU initelahmemberikaninterprestasibahwa yang dimaksuddengan “Persetujuan DPR” padapasal 11 UUD 1945 adalah “Konfirmasi” yang berartibahwaketerlibatan DPR adalahuntukmenerimaataumenolakpengesahan/ratifikasiperjanjian yang sudahdibuatolehPemerintahbukanuntukmenyetujuiperjanjian yang akandibuatolehpemerintah. @ copy rights by Rinda Amalia
Cont… • Pasal 11 UUD 1945 sebagaiproduk HTN bergesekandengan UU No. 24 Tahun 2000 yang sangatdipengaruhiolehHukumPerjanjianInternasional. • Dalamkaitannyainipandangan Prof. BagirMananbahwa “wewenanguntukmelakukanhubunganluarnegeritermasukmembuatdanmemasukiperjanjianinternasionaladalahkekuasaaneksklusifeksekutifmenjadisangatrelevan. • Dalamhalinipengertian “persetujuan DPR” padapasal 11 UUD 1945 harusdiartikansebagai “konfirmasi DRP” atasperbuataanhukumeksekutif. @ copy rights by Rinda Amalia
Format UU sebagai Output dari “Persetujuan DPR”: Formal atauProsedural? • Mohammad Yaminsbgsalahsatuperumus UUD 1945 pernahmenyatakanbahwa “tidakditerapkannyadalamPasal 11 bentukyuridis lain daripadaperstujuan DPR, sehinggapersetujaun DPR itusendiriberupaapapuntelahmencakupisyaratformilmenurutkonstitusiPasal 11”. • Dari pandanganMoh. Yamintersebutmakasebenarnya “persetujaun DPR” dapatmengambilbentukapa pun danhanyamerupakansyaratformiluntukdibuatnyasuatuperjanjianinternasional. @ copy rights by Rinda Amalia
Cont…. • Namun, dalamperkembanganpraktekketatanegaraanIndoensia output dari “Persetujuan DPR” initelahmengambilbentuk UU. Perkembanganinitercermindaripraktek yang timbulmenyusunSuratPresiden No. 2826/HK/1960 kepadaKetua DPR, yang selalumenuangkan “Perstujuan DPR” kedalam format UU dandalampraktekistilahiniselanjutnyaselaludiartikansecarabakusebagai “pengesahan/rafikasi” • Pemahaaninikemudianterkristalisasidalam UU No. 24 tahun 2000 tentangPerjanjianInternasionalygsecarasengajatelahmenafsirkan kata “Perstujuan DPR” pasal 11 UUD 1945 sebagai “Pengesahandenganbentuk UU”. @ copy rights by Rinda Amalia
Cont…. • Namun, tanpadisengaja UU No. 24 Tahun 2000 ternyatamendefinisikanistilah “Pengesahan/Ratifikasi” sebagaiperbuatanhukumuntukmengikatkandiripadasuatuperjanjianinternasionaldalambentukratifikasi, aksesi, penerimaandanpersetujuan. • Sekalipunmemakaidefinisiekternal, UU inijugaternyatamengartikanpengesahan/ratifikasiseperti yang dikenaldalamProsedur Internal (misalnyapemakaianistilah “pengesahandengan UU/Kepres”)sehinggatanpasengajatelahmengunakanistilah yang samauntukpengertian yang sebenarnyaberbeda. @ copy rights by Rinda Amalia
Arti UU/Perpespengesahan/Ratifikasi, yaitu: Pertama, pandangan yang menilai UU/Perpes yang mengesahkansuatuperjanjianadalahprodukHukumNasional (substantif) yang mentransformasikanmateriperjanjiankedalamhukumnasionalsehingga status perjanjianberubahmenjadihukumnasional. UU/Perpesinitelahmemilikiefeknormatif. Norma yang diaplikasikandalamHukumNasionaladalahdalamkarakternyadanformatnyasebagaimateri UU/Perpesdanbukandalamkarakternyasebagainormaperjanjian. Kelompokinimenilaitidakperlulagiadalegislasibaruuntukmemberlakukannormaperjanjiankedalamhukumnasional. Pendekataninitercerminpada UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM ygpadapasal 7 ayat (2) menyatakan “KetentuanHukumInternasionalygtelahditerima Negara RI yang menyangkut HAM menjadiHukumNasional. @ copy rights by Rinda Amalia
Kedua, pandangan yang menilai UU/Perpesygmengesahkansuatuperjanjianadalahbersifatproseduralyaituhanyamerupakanpersetujuan DPR/Presidendalamjubah UU/Perpes. UU/Perpesinitidakmemilikiefeknormatifkarenahanyabersifatpenetapanbukanpengaturan. Pandanganinipadatahapselanjutnyaterbagidua, yaitu: • Pertama: UU/Perpesygmengesahkansuatuperjanjianadl “Menginkorporasi”PerjanjiantsbkedalamsistemHukumNasional. PandanganinitercermindlmpraktekadmnegaramisaldlmpenerapanKonvensiWina 1961/1963 ttgHubunganDiplomatik/Konsulerygdiratifikasidgn UU No.1/1982. KonvensiinimenjadidasarhukumbagiPemerintahuntukmemberikanpembebasanpajaksertafasilitasdiplomatiklainnyakepadaparakorsdiplomatik di Ind. DalamhalinitidakdiperlukantransformasikaidahKonvensikedalamHkmNasionaldanbahkansampaisaaiinitidakadalegislasinasionalygmemuatkonvensiini. @ copy rights by Rinda Amalia
Kedua, Pandangan yang menganggap UU/Perpresygmengesahkansuatuperjanjianhanyasekedarjubahpersetujuan DPR/PresidenkepadaPemerintah RI untukmengikatkandiripadatataranhukuminternasionaldanbelummengikatkanpadatataranhukumnasional. Untukitumasihdibutuhkanlegislasinasionaltersendiriuntukmengkonvermasikanmateriperjanjianmenjadihukumnasional. Tanpalegislasinasionalmaka, Indonesia sebagaisubjek HI hanyaterikatpadatataraninternasional, sedangkanwarganyanegaranyatidakterikat. PandanganinitercermindalampraktekIndmenyikapi UNCLOS 1982 yang diratifikasidgn UU No. 17/1985. UU inihanyabersifatproseduralshgmasihdibutuhkansuatu UU lain yang menstranformasikan UNCLOS 1982 kedalamHukumNasional, yaitu UU No. 6/1996 tentangPerarian. @ copy rights by Rinda Amalia
Implikasijuridisdaripeningkatan status ratifikasiiniakanmunculterhadapHukumInternasional. Dari sisiHukumInternasionalratifikasiadalahpernyataan “consent to be bound by a treaty” yang bersifat “eenmalig” (satu kali saja/final) dantidakmelihatbagaimana HTN mengaturmengenaipernyataanini. • Dengandemikian, padasaat Indonesia telahmenyatakanpernyataanuntukterikatpadaKonvensiinimelaluiratifikasi, makapadasaatitu pula konvensiberlaku (entry into force) bagi Indonesia. • Dalamhalini, peningkatan status Keppresmenjadi UU tidakakanmungkindilanjutkandenganpenyampaianratifikasibarukepadaSekjen PBB karena “peningkatantingkatratifikas” tidakdikenaldalamhukuminternasional @ copy rights by Rinda Amalia