20 likes | 345 Views
Benci Korupsi dan Pidato Pada suatu hari yang cerah, ketika saya sedang bertugas jaga, saya melihat koran pagi. Pada halaman pertama, terdapat tulisan “korupsi” dengan huruf besar-besar. Setelah membaca judulnya, saya bertanya kepada Bapak Hatta, “Bapak sudah membaca koran ini, Pak?”
E N D
Benci Korupsi dan Pidato Pada suatu hari yang cerah, ketika saya sedang bertugas jaga, saya melihat koran pagi. Pada halaman pertama, terdapat tulisan “korupsi” dengan huruf besar-besar. Setelah membaca judulnya, saya bertanya kepada Bapak Hatta, “Bapak sudah membaca koran ini, Pak?” “Sudah,” jawabnya, sehingga saya meminjam koran itu untuk saya baca. Kemudian saya menceritakan bahwa berita itu mengenai korupsi. Pembicaraan pun beralih kepada soal tersebut. Bapak mengatakan bahwa Bapak masih memprihatinkan soal korupsi yang masih terjadi di negara kita. Pada sore hari menjelang makan malam, Bapak mempunyai acara tetap melihat televisi, terutama sejak bulan Juli 1979 itu. Beliau sangat senang mendengarkan siaran berita, baik sore maupun malam, lalu acara olahraga, terutama sepak bola. Acara lainnya yang disukai adalah siaran agama Islam, terutama apabila pembicaranya adalah Buya Hamka. Beliau akan tampak bersemangat mendengarkannya. Acara kesenian tidak begitu disukai, kecuali kesenian tradisional. Pernah ada acara kesenian Badui di televisi, dan beliau berseloroh, “Itu acara dari daerah suster, ya?” sambil tersenyum. Memang saya orang Sunda, tetapi beliau mengganggu saya, dengan mengatakan saya berasal dari Badui (yang dekat dengan daerah Sunda). Tidak lama kemudian, ada suatu acara yang serupa tanya jawab, wawancara, dan pidato. Bapak mendengarkan sebentar, tetapi kemudian mengerutkan keningnya. “Suster, tutup saja televisinya. Omong kosong saja semua itu …” Ny. Saudah Husyn, Pribadi Manusia Hatta, Seri 12, Yayasan Hatta, Juli 2002