310 likes | 536 Views
Tata Ruang dan Korupsi. Transparency International Indonesia www.ti.or.id. Raflis. Makalah dapat didownload di : http://raflis.wordpress.com/2011/09/11/penataan-ruang-dan-korupsi-studi-kasus-provinsi-riau Presentasi dapat didownload di : http://www.slideshare.net/raflis.
E N D
Tata RuangdanKorupsi Transparency International Indonesia www.ti.or.id Raflis Makalahdapatdidownloaddi: http://raflis.wordpress.com/2011/09/11/penataan-ruang-dan-korupsi-studi-kasus-provinsi-riau Presentasidapatdidownloaddi: http://www.slideshare.net/raflis • DisampaikanPada: • International Seminar On Geospatial and Human Dimension on Sustainable Resource Management • Sesi 2: Spatial Planning • Tema: ”DimensiPolitikdalamRencana Tata Ruangdi Tingkat Nasionaldan Local” • Sub-Themes: Tata RuangdanKorupsi • IPB International Convention Center (IICC) Botani Square, JlPajajaran, Bogor 16144 • 12- 13 September 2011
Pendahuluan • Provinsi Riau terletakdibagiantimursumateradenganluasdaratan 9,4 juta ha, 40% diantaranyamerupakandataranrendah yang bergambutdansebagiandiantaranyadipengaruhipasangsurut. • ArahanspasialpenggunaanlahansudahdiaturolehPerda No 10 tahun 1994 tentangRencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Daerah Tingkat I Riau (RTRWP) danKepmenNo 173 tahun 1986 tentang Tata GunaHutanKesepakatan (TGHK). • Terdapatperbedaanfungsiantara TGHK dan RTRWP yang sampaisaatini(Agustus 2011) belumdiselesaikan. (TGHK menetapkan 97,8% dariluaswilayahprovinsisebagaikawasanhutansedangkanRTRWP menetapkan 54%) • Izinpemanfaatanruangtetapdiberikanpadakawasan yang belummempunyaikepastianfungsi. (Pelanggaranterhadap TGHK maupun RTRWP) • SangsiPidanaterhadappemberiizindalam UU No 26 Tahun 2007 tentangpenataanruangmerupakan momentum positifdalammemperbaikipengelolaansumberdayaalam • AdaupayaperlawanansecarakonstitusibaikolehpemerintahdaerahmaupundepartemenKehutanansebagaiupayauntukmelindungiperizinan yang tidaksesuaidenganketentuandimasalalu.
PenyimpanganPeyusunanRencana Tata Ruang • Prosespenyusunanrencanatataruangprovinsiriautelahdilakukansemenjaktahun 2000, sampaisaatini (Agustus 2011) Draft RTRWP belumbisaditetapkan, (initerjadikarenabanyaknyakepentingan yang melatarbelakangipenyusunan RTRWP tersebut, sampaisaatinimasihdalamkajiantimterpadudepartemenkehutanan) • SecarahukumsaatiniProvinsi Riau terdapat 4 zonasikawasan yang mengaturaspektataruangdiantaranya: • Rencana Tata RuangNasional (RTRWN) PP 26 Tahun 2008 • Tata GunaHutanKesepakatan (TGHK) Kepmen 173 tahun 1986 • Rencana Tata RuangProvinsi (RTRWP) Perda No 10 tahun 1994 • Rencana Tata RuangKabupaten (RTRWK) PerdaKabupaten • Arahanspasialkeempataturantersebutberbedasatusama lain (mempunyaigap yang cukupbesar yang mengaturfungsiruang yang berbedapadalokasi yang sama)
PerbedaanFungsiKawasanLindungdanBudidaya(KabupatenBengkalis)
MasalahdalamPenyusunanRencana Tata Ruang • Besarnya gap antaratingkatanrencanatataruangdisebabkanoleh multi interpretasidari stakeholders penataanruangterhadapregulasipenataanruang(Nasional, Provinsi, Kabupaten) • Tidakadalembaga yang cukupkredibeldalammenertibkanpelanggaranataumelakukanharmonisasiantarasatuaturandenganaturan yang lainnya. (BPRN, BKPRD ?????) • Pembiaranterhadappenyimpanganprosespenyusunantataruangterhadapketentuanperundangan(PP No 47 tahun 1997 dan PP No 26 Tahun 2008 TentangRencana Tata RuangNasional) • Prosespenyusunanrencanatataruangprovinsi yang barudilaksanakandenganmelakukanpemutihanpelanggaranizinpemanfaatanruang. (baikolehpemerintahkabupaten, provinsimaupundepartemenkehutanan) • MengabaikanPP No 10 tahun 2000 tentangtingkatketelitianpetadalampenataanruang. (denganalasan data tidaktersedia)
PenyusunanRencana Tata Ruang:Penyimpangandi Tingkat DepartemenSektoral(DepartemenKehutanan) • Penyimpangan: Keluarnya PP 10 tahun 2010 tentangPersetujuanSubstansiPerubahanFungsikawasanHutanterhadapRTRWP(dikeluarkansetelah UU 26 tahun 2007 atau 11 tahunsetelah UU 41 tahun 1999 dikeluarkan) • Fakta: ProsesPengukuhanKawasanHutanBelumtuntasdilaksanakan. • Tidakdilaksanakannyainventarisasikawasanhutanditingkatwilayahdan unit pengelolaansebagaidasardaripenunjukankawasanhutandanpenyusunanneracasumberdayahutan. • Tidakdilaksanakannyaprosespengukuhankawasanhutanseperti: Penunjukankawasanhutan, penataanbataskawasanhutan, penetapankawasanhutandanpenetapanfungsikawasanhutan, tetapidibentuk Tim terpaduuntukmengkajiperubahanfungsikawasanhutan. • Terjadiprosesperubahanfungsikawasanhutan yang tidaksesuaidenganaturan, sehinggamemunculkanistilah TGHK dan TGHK update, Perubahanfungsikawasanhutansecaraparsialtidakpernahdipublikasikandandilaksanakanuntukmelegalkanperizinan yang tidaksesuaidengan TGHK. • Logika: “Mungkinkahperubahanfungsikawasanhutandilakukansebelumfungsikawasanhutantersebutditetapkan ??...”
PenyusunanRencana Tata RuangPenyimpangandi Tingkat ProvinsidanKabupaten • RencanaTata RuangsebelumnyadanRencana Tata RuangNasionaltidakdijadikanacuan, • Draft RTRWP disusundengan data yang tidaklengkapdanmengabaikanpedomanPenyusunan RTRWP dan PP Tingkat KetelitianPetadalamPenataanRuang, • MengikutiKeinginan investor denganmemutihkanpelanggaranperizinan, • BelumMempunyaiKajianLingkunganHidupStrategis. • MinimnyaPeran Serta MasyarakatdalamProsesPenyusunan RTRWP.
PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG Perizinan ApabilaTidakSesuai dengan RTRW dikeluarkandan/ataudiperoleh dengantidakmelaluiprosedurbenar BatalDemi Hukum IzinPemanfaatanRuang Pasal 37 ayat 3 diperolehmelaluiprosedur yang benartetapikemudianterbuktitidaksesuaidengan RTRW Dapat Dibatalkan Pasal 37 ayat 4 akibatperubahan RTRWN penggantian /gantikerugianyglayak Pasal 37 ayat 5
PemutihanPelanggaranPerizinandalam Draft RTRWP • BerdasarkanPetaPolaRuang Wilayah Nasionalizin yang harusditertibkandiantaranya: • 962.584 ha diantaranyabataldemiHukum(Pasal 37 ayat 3) Ditetapkansebagaikawasanlindungdalam RTRWN danmelanggar RTRWP/TGHK • 55.370 ha dibatalkandengankonpensasi(Pasal 37 ayat 5) Ditetapkansebagaikawasanlindungdalam RTRWN dansesuaidengan RTRWP/TGHK • PetaPolaRuang Wilayah Nasionaltidakdijadikanrujukandalampenyusunan RTRWP • Perizinaneksistingdijadikandasardaripenyusunanpolaruangwilayahprovinsi. • Munculmekanismeskenariohijau 2050 sebagaibentukpolaruang ideal provinsiriau.
PenyimpangandalamPelaksanaanPenataanRuang(Sebelum UU 26 Tahun 2007)
Aktor yang terlibat • DinasKehutananKabupatenmengabaikan RTRWK dan TGHK dalammemberikanpertimbangantehnis. • Bupatimengabaikan RTRWK dalammemberikanRekomendasi • DinasKehutananProvinsimengabaikan RTRWP dan TGHK dalammemberikanpertimbangantehnis • Gubernurmengabaikan RTRWP dalammemberikanrekomendasi • KomisiAmdaldankonsultanpenyusunamdalmengabaikan RTRWK, RTRWP dan TGHK dalampenyusunanamdal • BadanPlanologiKehutananmengabaikan TGHK dalammemberikanpersetujuanlokasi • MentriKehutananMengabaikan TGHK dalampenerbitanizin. • Perusahaanmengabaikan criteria kawasandalammenyusundelineasimakrodanmikro(Kriteriakawasandalamdelineasimakrodanmikrosamadengan criteria dalam PP 26 tahun 2008)
Beberapatemuanpenyimpanganperizinan • Penerbitan 79 IzinUsaha PemanfaatanHasilHutanKayu (IUPHHK) HutanAlam/ Tanamandiluarperuntukannyamenurut Tata GunaHutanKesepakatanProvinsi Riau, dengan total luaskawasan yang dilanggarmencapai 3,7 juta ha. (KPK 2010) • PemberianIzin Usaha PemanfaatanHasilHutanKayupadaHutanTanaman (IUPHHK-HT) tidaksesuaiketentuan(BPK 2008), Hal tersebutterjadikarena: • MenteriKehutanandalammemberikan IUPHHK-HT tidakberdasarkanhasilpenelitian yang memadaidantidakmenaatiketentuan yang ada • KepalaDinasKehutananProvinsi Riau memberikan RKT land clearing yang tidaksesuaiketentuan • MantanBupatipelalawandanmantankepaladinaskehutananprovinsiriausudahdivonisbersalahdalammemberikanperizinantidaksesuaiketentuan • Beberapabupatiberstatussebagaitersangkadangubernurmasihberstatussaksidalamkasuskorupsipemberianizin yang tidaksesuaidenganketentuan
TindakPidanaPenataanRuang(Setelah UU 26 Tahun2007) • Dengandisyahkannya UU No 26 tahun 2007 dan PP 26 tahun 2008 yang disertaidengansangsipidanabagipemberiizin yang tidaksesuaidenganrencanatataruangtetaptidakmerubahprilakupemberianizin • Pasal37 ayat (7)Setiappejabatpemerintah yang berwenangmenerbitkanizinpemanfaatanruangdilarangmenerbitkanizin yang tidaksesuaidenganrencanatataruang. • Pasal 73 ayat (1)Setiappejabatpemerintah yang berwenang yang menerbitkanizintidaksesuaidenganrencanatataruangsebagaimanadimaksuddalamPasal 37 ayat (7), dipidanadenganpidanapenjara paling lama 5 (lima) tahundandenda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratusjuta rupiah). • Pasal 73 Ayat (2)Selainsanksipidanasebagaimanadimaksudpadaayat (1) pelakudapatdikenaipidanatambahanberupapemberhentiansecaratidakdenganhormatdarijabatannya.
StudiKasusIzinPT RAPP SektorPulau Padang • RekomendasiBupatibengkalistidakmempertimbangkanrencanatataruangwilayahkabupatenbengkalis • PertimbangantehnisdariDinaskehutananprovinsiriaudanRekomendasiGubernur Riau tidakmempertimbangkanRencana Tata RuangProvinsi Riau tetapimasihmempertimbangkanTGHK, • BadanplanologikehutanandanMentrikehutanantidakmempertimbangkan TGHK sertamengabaikan saran kepaladinaskegutanandangubernurriau. • Studiamdal yang dibuatperusahaantidakmenjelaskanbahwapadakawasantersebutmerupakankawasanbergambutdengankedalamanlebihdari 3 meter danharusdilindungimenurutaturanperundangan, sertatidakdijelaskantentangdampakpenurunanpermukaantanah yang berpotensimenenggelamkanpulautersebut. • MentrikehutananmengeluarkanizindenganmengabaikanRencana Tata RuangNasional, TGHK, dankelayakanlingkungan. Tidakadapertimbanganpemberianizinterhadap UU 27 tahun 2007 tentangtataruangkawasanpesisirdanpulaukecilsebagaiekosistem yang rentanterhadapdampaklingkungan.
PenyimpanganTerhadapRencana Tata Ruang • PelanggaranTehadapRTRWN : 67,5% Melanggardariluasizindiantaranyaditetapkansebagaikawasanlindung • PelanggaranTerhadap TGHK: 100% melanggar. Fungsikawasanpada area iniadalahHutanProduksiTerbatas (HPT) danHutanProduksiKonversi (HPK). • PelanggaranTerhadap RTRWP:42,19% melanggar(9,48% diperuntukkanuntukperkebunandan 32,71% merupakankawasanlindung) • PelanggaranTerhadap RTRWK:100% melanggar(31,73% untukkawasanbudidayaperkebunandanpertanian; 68,27% kawasanlindung)
PenyimpangandalamPenertibanPolaRuang • Sampaisaatinihampirtidakditemukanizinpemanfaatanruang yang tidaksesuaidenganrencanatataruangditertibkan/ dicabut. • 592.004.ha Izinkehutanan, 363.329.ha izinperkebunan, yang tidaksesuaidengan RTRWP • 672.118 ha izinkehutanan, 233.397.ha izinperkebunan, yang tidaksesuaidenganTGHK • Terjadiadalahupayapemutihanpelanggarantersebutdalamrevisi RTRWP yang baru
BeberapaTemuan yang perluditindaklanjuti • PT Riau Multi Investama, PT Budi indahMulia Coal, dan PT AraraAbadidikawasanhutantidaksesuaidenganketentuanberpotensikerusakanhutandankhususuntuk PT AA terdapatpotensitidakdibayarnya IHH (PSDH) senilai Rp924.146.900,00 dan DR senilai Rp1 .940.315.000,00(BPK 2008) • PT SawitRokanSemestamembukakawasanhutanuntukjalanperkebunanmelanggarketentuan yang merugikannegarasebesar Rp139.059.360,00 dan USD4 .213,92. (BPK 2008) • PT SinarIntiSawittidaksesuaidenganketentuanmengakibatkanpenggunaankawasan HP dan HPT menimbulkanpotensihilangnyakawasanhutan yang merugikannegaradarinilaitegakankayusebesarRp l4.673.356.100,00 daniurankehutanan yang tidakterpungutyaitu PSDH sebesarRp I.467.335.610,00 dan DR sebesar US$ 5 86.934,24. (BPK 2008)
BeberapaTemuan yang perluditindaklanjuti • PT PadasaEnamUtamatidaksesuaiketentuanmengakibatkankawasan HPT Batu Gajah seluas +4.184,59 Ha digunakantanpaizin yang sah. (BPK 2008) • PT Meskom Agro Sarimastidaksesuaidenganketentuan, penggunaankawasan HPK dan HPT seluas +6.659,05 Ha, merugikannegaraberupanilaitegakankayusebesar Rp32.403.5 I 5.013,48 dan USD 477.014,33. (BPK 2008) • PT Citra Tambang Riau (PT CTR) belummemilikiizinpinjampakaidariMenteriKehutanan, kerugiannegaradarinilaipotensitegakankayu SebesarRp97.467.000,00 , berupa PSDH dan DR masing-masing Rp9.746.700,00 dan USD1.743,00, (BPK 2008)
UpayaHukum yang gagal • KasuskorupsiPerizinanolehmantanbupatipelalawan yang sudahdivonisbersalaholehpengadilan TIPIKOR tidakdilanjutkandenganupayapenertibanizinkarenajugamelanggartata. Departemenkehutananjustrumensyahkanizin yang dikeluarkanBupatidengandengansuratkeputusanmentri • Upayahukumyang dilakukanterhadap 14 perusahaan yang memilikicacatperizinanolehPoldariaupadatahun 2008 diakhiridenganSP3. Saksiahlidaridepartemenkehutananmengatakanbahwaizintersebut legal secarahukum
MelegalkanPelanggaran Tata Ruang(MekanismeSertifikasi PHPL danSVLK) • Kriteriadanindikatorpenilaian SVLK dan PHPL mengabaikanpelanggarantataruang, jikaditemukanmaka unit manajementetap lulus sertifikasikarenatidaktermasukkedalamindikatorkunci. • Dari 4 IUPHHK-HT yang lulus sertifikasi SVLK dan PHPL diprovinsiriaudiantaranya: 1)PT PerawangSukses Perkasa Industry, 2)PT Satria Perkasa Agung, 3)PT Bukit BatuHutaniAlam, 4) PT SakatoPratamaMakmur. KeempatIzin IUPHHK-HT inimelanggar RTRWN, TGHK dan RTRWP.
MelegalkanPelanggaran Tata Ruang(REDD+ danPenundaanPemberianIzinBaru) • Peta RTRWN tidakdijadikansebagaisebagaisumberpeta Moratorium , (melindungiizin yang harusdibatalkansesuaidenganamanat UU No 26 tahun2007) • Tidakadapenjelasan yang memadaitentang formula yang digunakandalammenghasilkanPeta Moratorium
PerlawananSecaraKonstitusiterhadapUU PenataanRuang.(PemutihanPelanggarandalampenyusunanRTRWP)
PerlawananSecaraKonstitusiterhadap UU PenataanRuang. (PembentukanTim TerpaduOlehDepartemenKehutanan) • Kriteriadanindikatoryang digunakansebagaidasarperubahanfungsikawasandiantaranyadenganmemperhatikan“Keabsahanperolehanhakdanperizinanpenggunaandanpemanfaatankawasanhutan.” • Rencana Tata RuangMengaturTentangFungsikawasanbukanhakpengelolaankawasan. • Poininibertentangandenganpasal 37 UU 26 tahun 2007. Criteria inidapatdikatakanmerupakanpemutihanataspelanggaranpemanfaatanruanguntukmelindungiizin yang sudahdikeluarkanolehdepartemenkehutanandenganmelanggarrencanatataruangmaupun TGHK.
PerlawananSecaraKonstitusiterhadap UU PenataanRuang. (PemutihanPelanggaranterhadapTGHK) • PermenhutNomor : P. 53/Menhut-II/2008 danNomor : P. 33/Menhut-II/2010 tentang Tata Cara PelepasanKawasanHutanProduksi yang DapatDikonversi yang melegalkanpelanggaran IUPHHK-HT yang sudahterlanjurdiberikanpadakawasanhutanproduksikonversi (HPK) • PermenhutNomor : P. 34/Menhut-II/2010 yang membolehkanperubahanfungsikawasanhutandarihutanproduksiterbatas (HPT) menjadihutanproduksi (HP) danatauhutanproduksikonversi(HPK).
PotensiKorupsidalamPenataanRuang • Menciptakanketidakpastianterhadapzonasikawasanhutandenganmempertentangkan RTRWN, TGHK, RTRWP, RTRWK, sehinggaketikaterjadipelanggarantidakbisaditindaksecarahukum • Mengeluarkanizinyang tidaksesuaidenganrencanatataruang. • Melakukanpemutihanpelanggaranperizinanterhadap TGHK, RTRWP dan RTRWK melaluirevisi RTRWP maupun RTRWK, • Melegalkanizin yang melanggartataruangmelaluimekanismesertifikasi SVLK dan PHPL (SistemVerifikasiLegalitasKayudanPengelolaanHutanProduksi Lestari) • MelindungiIzinyang tidaksesuaidenganrencanatataruangdalamPeta Moratorium yang ditetapkandengan SK Mentrikehutanan No 323/Menhut-II/2011
TahapanPenyusunan Tata Ruang.(KorupsidalamPembuatanAturan) • Pemutihanpelanggaranperizinandalamrencanatataruangsebelumnyadan Tata GunaKawasanHutan (TGHK) dalam draft RTRWP yang baru • Menciptakanketidakpastianfungsikawasandenganmembiarkan gap antara RTRWN, TGHK dan RTRWP (pelanggaranyang terjaditidakbisaditertibkan) • MembiarkanpenyusunanRencana Tata Ruangdengan data yang tidaklengkap, (dijadikanalasanuntukmembiarkanterjadinyapelanggarandikemudianhari) • Pembentukan Tim TerpaduolehDepartemenKehutananuntukmelindungi/ memutihkanPerizinan yang terlanjursalahdimasalalu.
TahapPelaksanaan Tata Ruang(KorupsiPerizinan) • Pemberianizinpemanfaatanruang yang tidaksesuaidenganrencanatataruangmaupun TGHK • PemberianPertimbangantehnisIzinpemabfaatanruang yang tidaksesuaidengan RTRWP maupun TGHK • PemberianRekomendasiatasizinpemanfaatanruang yang tidaksesuaidengan RTRWP dan TGHK • PemberianizinlingkungandanstudiAmdalatasizinpemanfaatanruang yang tidaksesuaidengan RTRWP dan TGHK
TahapPenertiban Tata Ruang(KorupsiPenegakanHukum) • Tidakmelakukanupayahukumatauupayahukumyang lemahuntukmenertibkanpelanggarantataruang • PemutihanpelanggarandalamPenyusunan RTRWP yang baru • Melegalkanpelanggaranmelaluisertifikasi SVLK danPHPL • Melindungiizin yang melanggartataruangdalam Moratorium perizinan
Penutup Kepatuhanterhadapperaturanhukumdapattimbuldaribeberapasebab: • Pertama, rasa takutterhadapancamansanksidanpaksaan, sepertipencabutanizin, hukumankurungan, denda, dansebagainya (hard enforcement). Dibutuhkankonsistensiaparatpenegakhukum • Kedua, kepatuhan yang dilakukanataskeinginanmasyarakatitusendiri (soft enforcement), dibutuhkanperansertamasyarakatdalamsetiapprosespenataanruang. Setiappenyimpangan yang terjadidalamprosespenataanruang, "patutdidugaterdapatunsurkolusi, korupsidannepotisme.”
Sekian Dan TerimaKasih