600 likes | 2.27k Views
TREMATODA USUS. Fasciolopsis buski ECHINOSTOMATIDAE HETEROPHYIDAE. Fasciolopsis buski. Hospes : Manusia dan babi, juga anjing serta kelinci. Penyakit : fasiolopsiasis Penyebaran Geografik : RRC, Taiwan, Thailand, Vietnam, India dan Indonesia. Morfologi dan Siklus Hidup.
E N D
TREMATODA USUS • Fasciolopsis buski • ECHINOSTOMATIDAE • HETEROPHYIDAE
Fasciolopsisbuski • Hospes : Manusia dan babi, juga anjing serta kelinci. • Penyakit : fasiolopsiasis • Penyebaran Geografik : RRC, Taiwan, Thailand, Vietnam, India dan Indonesia.
Morfologi dan Siklus Hidup • Trematoda terbesar yang didapatkan pada manusia, yaitu 2 - 7,5 cm x 0,8 – 2 ,0 cm. • Bentuknya seperti daun agak lonjong dan lebar. • Kutikulum ditutupi duri-duri kecil yang letaknya melintang. • Batil isap kepala ¼ batil isap perut. • Testis sepasang, bercabang terletak agak tandem dibgn posterior • Vitelaria terletak lebih lateral dari sekum • Ovarium berbentuk agak bulat & uterus berkelok-kelok
Habitat : melekat pada dinding usus halus • Telur : berukuran 130-140 µ x 80-85 µ, mirip telur F. hepatica, agak lonjong, berdinding tipis transparan, dg sebuah operculum. • Seekor cacing dewasa dpt mengeluarkan telur 15.000-48.000 butir/hari. • Hospes perantara I : genus Segmentina, Hippeutis, dan Gyraulus. • Perkembangan dlm keong : M-S-R1-R2-C • Hospes perantara II : Trapa, Eliocharis, Eichornia , Zizania, Nymphoea dan Ipomoea. • Dlm Hp. II cerkaria akan menjadi Metaserkaria (btk infektif) >>> siklus lengkap :T-M-S-R(R1-R2)-C-Ms
Cara infeksi : memakan tumbuhan air yg mengandung metaserkaria tanpa dimasak dgn sempurna. • Metaserkaria tumbuh menjadi cacing dewasa dalam waktu 25-30 hari. • Telur ditemukan dalam tinja setelah 3 bulan.
Patologi & Gejala Klinis • Cacing melekatkan diri ke mukosa usus halus (duodenum, yeyenum) melalui batil isap perut. • Cacing memakan isi usus dan mungkin mukosa superfisial sehingga terjadi daerah-daerah peradangan, ulserasi dan abses. • Cacing dlm jml besar (menyebabkan sumbatan sehingga terjd Illeus akut) • Gejala nyeri epigastrium, nausea dan diare, terutama waktu pagi.
Pada infeksi berat terjadi intoksikasi dan sensitisasi edema pada muka (halzoun), dinding perut (asistes) dan tungkai bawah • Kematian terjadi karena merana (exhaustion) atau intoksikasi. • Gejala klinis dini pada akhir masa inkubasi : diare diselingi konstipasi dan nyeri ulu hati (epigastrium). • Diare >>> awalnya diselingi konstipasi >>> persisten >>> warna tinja mjd hijau kuning (busuk, sisa makanan yg tdk dicerna))
Diagnosis • Di daerah endemik gejala klinis • Telur dalam tinja (diagnosis pasti) Pengobatan • Diklorofen • Niklosamid • Praziquantel
Prognosis , Epidemiologi • Prognosis : infeksi berat †, tetapi apabila diobati sedini mungkin >>> harapan sembuh • Epidemiologi : • Kebiasaan makan tumbuhan air mentah (tdk dimasak dgn sempurna) • Pembudidayaan ttumbuhan air di daerah yang tercemar dengan kotoran manusia/ babi • Di Indonesia endemis di desa Sei Papuyu, Kalsel. Prevalensinya 27 %. Prevalensi tertinggi ditemukan pd kel. Umur 5-14 th(56,8%), dan pd anak sekolah 79,1 %.
Gastrodiscoides hominis • Hospes >>>> manusia & babi • Penyakit >>> gastrodiscoidiasis • DISTRIBUSI: Endemik di Assam, Banglades, Bengal dan Indocina.
Morfologi dan daur hidup • Telur berukuran 150-152 µ x 60 – 72 µ. • Telur berbentuk lonjong, berbentuk kumparan dan mempunyai operculum • Cacing dewasa mempunyai oral sucker, ventral sucker yang berukuran besar, dua testis berlobus dan ovari berbentuk lobus. • Vitelaria dibagian posterior sekitar ventral sucker.
Manusia terinfeksi karena menelan metasercaria pada kulit tumbuhan air (water caltrop) • Daur hidup belum diketahui secara lengkap, mungkin hampir sama dengan F. buski • Babi merupakan hp. Reservoar di daerah endemik • Cacing dewasa berhabitat di usus besar
Patologi dan klinik • Infeksi ringan tidak menimbulkan gejala • Infeksi berat terjadi peradangan dalam mukosa usus besar >>>>> diare • Diagnosis >>> menemukan telur dalam tinja • Pengobatan : Heksilresorsinol, tetrakloroetilen, parazikuantel (sama dgn F. buski)
HETEROPHYIDAE • Heterophyes heterophyes • Metagonimus yokogawai • Haplorchis yokogawai • Haplorchis taechui • Penyakit : Heterophyiasis • Hospes : manusia, kucing, anjing, rubah dan berbagai jenis burung. • Penyebaran geografis: Mesir, Turki, Jepang, Korea, RRC, Taiwan, Filipina dan Indonesia.
Morfologi dan daur Hidup • Habitat cacing dewasa bagian tengah usus halus • Bentuk piriformis, warna keabu-abuan. • Permukaan ditutupi duri-duri seperti sisik • Mempunyai 3 batil isap (mulut, perut & kelamin) • Batil isap perut besar terletak 1/3 anterior. • Mempunyai batil isap genital pada tepi posterior kiri batil isap perut. • Dua testis lonjong tltk di lateral 1/5 posterior badan • Ovarium kecil , uterus berkelok-kelokdiantara dua sekum.
Telur : berwarna coklat muda, mempunyai operkulum, ukuran 26,5-30 x 15-17 µ, berisi mirasidium. • Mirasidium keluar berenang >> Hp. I (Keong air tawar/payau Pirenella, Cerithidia,Semisulcospira) >>> di dlm Hp. I berubah mjd sporokista (S) >>> R (R1-R2) >>> Serkaria >>>> Hp. II (ikan Mugil, Tilapia, Aphanius, Acanthogobius, Clarias, dll). • Di dlm Hp. II serkaria berubah menjd Metaserkaria (bentuk infektif) (otot-otot ikan) • Infeksi >>> trjd apabila memakan daging ikan mentah/yg dimasak kurang matang yg mengandung metaserkaria • Pd ikan jenis Plectoglossus >> metaserkaria tdk msk ke dlm otot, tetapi hinggap di sisik & sirip.
Patologi & klinik • Biasanya menyebabkan iritasi ringan pada usus halus. • Pada infeksi berat terjadi diare kronis berlendir disertai nyeri kolik dan rasa tidak enak pada abdomen dan nyeri tekan. • Kadang-kadang cacing menembus dinding usus, sehingga telurnya dapat masuk aliran limfe dan menyangkut di katup-katup jantung payah jantung. • Hal ini dilaporkan pada infeksi cacing Metagonimus dan Haplorchis yokogawai. • Telur cacing dewasa dpt bersarang di jaringan otak & menyebabkan kelainan • Infeksi berat tsb dpt menimbulkan mulas-mulas/kolik, diare berlendir & nyeri tekan pd perut
Diagnosis : menemukan telur dalam tinja Pengobatan : Prazikuantel atau tetraklor etilen Epidemiologi: Yang merupakan sumber infeksi : • Manusia, terutama pedagang ikan dan hewan seperti kucing, anjing bila menderita infeksi. • Ikan yang diproses kurang sempurna .
ECHINOSTOMATIDAE • Echinostoma ilocanum • E. malayanum • E. revolutum • E. lindoense (di Palu). • E. recurvatum • Penyakit : ekinostomiasis • Hospes : Manusia, tikus, anjing, burung, ikan dan lain-lain. • Penyebaran Geografis : Filipina, Cina, Indonesia dan India.
Morfologi dan Daur Hidup • Habitat : usus halus (cacing dewasa) • Ciri-ciri khas : • Duri-duri leher (collar sines) 37-51 buah letaknya dua baris berupa tapal kuda melingkari bagian belakang dan samping batil isap mulut. • Bentuk lonjong dg ukuran 2,5 mm – 15 mm x 0,4 – 3,5 mm.Warna agak merah ke abu-abuan. • Testis agak bulat, berlekuk-lekuk tersusun tandem di bagian posterior. • Vitelaria sebelah lateral, 2/3 bgn hingga bgn posterior.
Telur : • 103-137 x 59-75 µ • Mempunyai operkulum • Telur (dlm tinja Manusia, burung, anjing, tikus, & ikan (3 mggu) dlm air menetas >>> mirasidium >>> berenang bebas >>> Hp.I (keong kecil: Anisus, Gyraulus, Lymnaea) >>> sporokista >>> Redia (R1, R2) >>>> serkaria >>> Hp. II (keong besar: Vivipara, Bellamya, Pila, Corbicula) >>> Metaserkaria (bentuk infektif) • Siklus lengkap dari Telur :T-M-S-R (R1-R2)-SK-MS • Infeksi terjadi apabila manusia memakan Hp. II (keong besar/sawah) yg tidak matang yg mengandung Metaserkaria
Patologi dan Gejala Klinis • Kerusakan ringan pada mukosa usustidak menimbulkan gejala • Pada infeksi berat : radang kataral pada dinding usus, atau ulserasi • Pada anak-anak diare, sakit perut, anemia dan edema.
Diagnosis : menemukan telur dalam tinja. • Pengobatan : • Tetrakloroetilen • Prazikuantel • Epidemiologi : • Keong sawah merupakan sumber infeksi apabila tidak dimasak sampai matang. • Metasercaria hidup & tumbuh >>> cacing dewasa.