370 likes | 825 Views
SISTEM BILANGAN. Pendahuluan. Sistem digital bekerja dengan menggunakan besaran digital yang disimbolkan dengan 0 untuk level rendah dan 1 untuk level tinggi Oleh karena itu, sistem digital pada dasarnya menggunakan sistem bilangan biner.
E N D
Pendahuluan • Sistem digital bekerja dengan menggunakan besaran digital yang disimbolkan dengan 0 untuk level rendah dan 1 untuk level tinggi • Oleh karena itu, sistem digital pada dasarnya menggunakan sistem bilangan biner. • Agar lebih mudah untuk analisis dan perancangan sistem digital perlu dipahami mengenai sistem bilangan.
Pendahuluan Ada beberapa sistem bilangan yang digunakan dalam sistem digital. Yang paling umum adalah sistem bilangan desimal, biner, oktal dan heksadesimal
Bilangan Desimal • Bilangan desimal merupakan sistem bilangan yang paling familier dengan kita karena berbagai kemudahannya yang kita pergunakan sehari – hari. • Desimal merupakan sistem bilangan dengan basis 10, artinya angka yang digunakan berjumlah 10, yaitu 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9
(Lanjutan) Bilangan Desimal • Setiap digit memiliki bobot kepangkatan 10n, dengan n merupakan bilangan bulat positif dan negatif • Contoh 1: Bilangan 567610 memiliki arti 567610 =5x103+6x102+7x 101+6x100 5 6 7 6 MSD LSD MSD=Most Significant Digit (digit dengan bobot terbesar) LSD=Least Significant Digit (bobot terkecil)
(Lanjutan) Bilangan Desimal • Contoh 2 0,75 = 7x10-1+5x10-2 0, 7 5 MSD LSD
Bilangan Biner • Biner merupakan sistem bilangan dengan basis 2, artinya digit yang digunakan berjumlah 2, yaitu 0 dan 1 • Sistem bilangan ini digunakan untuk rangkaian digital. • Setiap bit penyusunnya mempunyai bobot kepangkatan 2n
(Lanjutan) Bilangan Biner • Contoh 1= 111012 = 1x24+1x23+1x22+0x21+1x20 = 16+8+4+0+1 = 2910 1 1 1 0 1 MSB LSB
(Lanjutan) Bilangan Biner • 0,1012 = 1x2-1+0x2-2+1x2-3 = 0,5 + 0 + 0,125 = 0,625 10 Keterangan = 0,1 0 12 MSB LSB MSB = Most Significant Bit LSB = Least Significant Bit
(Lanjutan) Bilangan Biner • 11,1012 = 1x21+1x20+1x2-1+0x2-2+1x2-3 = 2 + 1 + 0,5 + 0 + 0,125 = 3,625 10 1 1 , 1 0 12 MSB LSB
Bilangan Oktal Sistem bilangan berbasis 8 karena mempunyai delapan buah simbol (0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7). Sistem bilangan ini sering digunakan oleh perusahaan komputer yang menggunakan kode 3 bit untuk menunjukkan instruksi atau operasi.
(Lanjutan) Bilangan Oktal • Setiap digit penyusunnya mempunyai bobot kepangkatan 8n • Contoh = 1228 =1x82+2x81+2x80 = 64+16+2 = 8210 Keterangan = 1 2 28 MSD LSD
(Lanjutan) Bilangan Oktal 0,448 = 4x8-1+4x8-2 = 4 + 4 8 64 = 8 + 1 16 16 = 9 10 16 Keterangan = 0 , 4 48 MSD LSD
Bilangan Heksadesimal Beberapa perusahaan komputer mengorganisasikan memori utama ke dalam satuan yang terdiri dari 8 bit. Masing-masing byte digunakan untuk menyimpan suatu karakter alfanumerik yang dibagi dalam dua kelompok yang masing-masing terdiri dari 4 bit. High-order nibble adalah istilah untuk 4 bit pertama, dan Low-order nibble adalah istilah untuk 4 bit kedua. Terdapat 16 kemungkinan kombinasi yang menggunakan 4 bit sehingga diperlukan sistem bilangan yang berbasis 16.
Bilangan Heksadesimal • Heksadesimal adalah sistem bilangan dengan basis 16, yaitu 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9, A, B, C, D, E, F 10 11 12 13 14 15
Bilangan Heksadesimal • Setiap digit penyusunnya mempunyai bobot kepangkatan 16n • Contoh= AE516 = 10x162+14x161+5x160 = 2560+224+5 = 278910 • Keterangan = A E 516 MSD LSD
Bilangan Heksadesimal 0,C816 = 12x16-1+8x16-2 = 12 + 8 16 256 = 24 + 1 32 32 = 2510 32 Keterangan = 0, C 816 MSD LSD
Daftar Pustaka • Elektronika Digiltal Konsep Dasar dan Aplikasinya, Sumarna, GRAHA ILMU • Sistem Digital Konsep dan Aplikasi, Freddy Kurniawan, ST. • Rangkaian Digital, Muchlas, Gava Media • Digital Principles and Applications, Leach-Malvino, McGraw-Hill • Malvino, Elektronika Komputer Digital, terj. Dali S Naga, Gunadarma • Suryadi, Agus S, Dasar Rangkaian Logika, jilid I, Gunadarma • Bartee, Thomas C, Dasar Komputer Digital, terj. The How Liong, ed. 6, Penerbit Erlangga, 1994 • Wakerle, John F, Digital Principles and Practices, Prentice Hall, 1994 • Lee, Samuel C, Rangkaian Digital dan Rancangan Logika, terj. Sutisno, Erlangga, 1991