240 likes | 747 Views
SOSIOLOGI AGAMA. PRODI PENDIDIKAN SOSIOLOGI SEMESTER VI PERTEMUAN II PENGALAMAN KEAGAMAAN OLEH: AJAT SUDRAJAT. PENGALAMAN KEAGAMAAN. PENGALAMAN KEAGAMAAN. MANUSIA dan AGAMA: Henri Bergson menyatakan : “ tidak pernah ada suatu masyarakat yang tanpa agama” (JW:h.56).
E N D
SOSIOLOGI AGAMA PRODI PENDIDIKAN SOSIOLOGI SEMESTER VI PERTEMUAN II PENGALAMAN KEAGAMAAN OLEH: AJAT SUDRAJAT
PENGALAMAN KEAGAMAAN MANUSIA dan AGAMA: Henri Bergson menyatakan: “tidakpernahadasuatumasyarakat yang tanpa agama” (JW:h.56). Raymond Firth menegaskan: “agama adalahsesuatu yang universal dalammasyarakatmanusia”(JW:h.56). RR Marretmengusulkan agar mengubahsebutanhomo sapiensdenganhomoreligiousus(JW:h.56).
PENGALAMAN KEAGAMAAN MANUSIA dan AGAMA: Rudolf Otto menyatakanbahwa agama merupakanungkapandariperasaanketuhananatausensusnuminis. Rudolf Otto jugamenyatakanbahwadalamdirimanusiaterdapatsuatupembawaan, suatukecenderungan, sebuahnisus, yaituuntukmemujadanmeresponpernyataandariTuhan (JW:h.57).
PENGALAMAN KEAGAMAAN Adanyasensusnuminismenunjukkanbahwapengalamankeagamaanterdapatdalamdirimanusia. Perasaankeagamaan yang terdapatdalamdirimanusiamerupakansegi yang bersifattetapdan universal dalamkehidupanmentalnya. PengalamankeagamaanmerupakanaspekbatiniahdarisalinghubunganantaramanusiadanpikirannyadenganTuhan Paul Tillich: “Pengalamankeagamaanberadadalampengalaman yang umum, iadapatdibedakantetapitidakdapatdipisahkan”
PENGALAMAN KEAGAMAAN Adaempatpendapatmengenaihakekatpengalamankeagamaan: Menyangkaladanyapengalamankeagamaandandikatakanhanyailusibelaka; Mengakuieksistensipengalamankeagamaan, namunmengatakanbahwapengalamankeagamaantersebuttidakdapatdipisahkan, karenasamadenganpengalaman yang bercorakumum; Mempersamakanantarabentuksejarah agama denganpengalamankeagamaan; dan Mengakuiadanyasuatupengalamankeagamaanmurni yang dapatdiidentifikasikandenganmempergunakankriteriatertentu yang dapatditerapkanterhadapungkapan yang mana pun.
PENGALAMAN KEAGAMAAN Pengalaman keagamaan adalah pertemuan individu denganrealitasmutlak, yaitu: a. sesuatu yang berada di luar jangkauan pengalaman fisiknya, b. sesuatu kekuasaan yang melindungi segala benda dan peristiwa, c. kekuasaan tertinggi yang dianggap sebagai dasar eksistensi, d. sesuatu yang sakral dan menimbulkan kekaguman yang mendalam dan daya tarik luar biasa.
PENGALAMAN KEAGAMAAN Menurut Rudolf Otto pengalaman keagamaan adalah: Pengalaman suci yang unik dan seseorang tidak pernah dapat mengerti dengan jelas deskripsinya atas apa yang telah dialaminya tersebut. Pengalaman kudus yang akan menimbulkan perasaan lemah atau tidak berdaya. Pengalaman suci yang akan menimbulkan kesadaran luar biasa yang tidak terselami dan mengatasi segala makhluk, sesuatu yang tersembunyi, yang hanya dapat dialami dalam perasaan. Pengalaman akan yang suci itu disebut sebagai mysterium tremendum et fascinasum (suatu getaran misterius dan mempesona), dan menjadi sumber dan dasar dari semua perilaku keagamaan.
PENGALAMAN KEAGAMAAN Menurut Rudof Otto, ada lima kualitas pengalaman suci: Seseorang merasa mendapat limpahan kesucian absolut yang tiada taranya, yang tidak mungkin terjangkau oleh pengalaman lahir. Seseorang diliputi dengan perasaan kagum dan takut. Seseorang melihat yang suci itu memiliki kekuasaan dan kekuatan serta energi yang luar biasa. Pengalaman misterius yang mengagumkan itu menyebabkan timbulnya kesadaran akan keluarbiasaan yang suci. Seseorang yang merasakan pengalaman itu akan mengalami pengalaman yang indah karena tarikan dari yang suci.
PENGALAMAN KEAGAMAAN Pengalaman nominous (kudus) ini merupakan inti atau jantung hati agama. Dalam hal ini seseorang tidak atau kurang memiliki sikap religius disebabkan karena yang bersangkutan tidak mengalami numinous (pengalaman keagamaan) seperti lukisan di atas.
PENGALAMAN KEAGAMAAN Menurut Edmund Rochdieu, bahwa Yang Kudus itu secara simultan memiliki sifat ambiguaty (mendua dan samar-samar), yaitu menimbulkan rasa takut dan cinta, horor dan pesona, teror dan menarik.
PENGALAMAN KEAGAMAAN E. DurkheimdanHerbert Spencer Ciri-ciriPengalamanKeagamaanadalah: Yang Kudus itu sebagai suatu kekuasaan dan kekuatan yang luar biasa. Bersifat ambiguous, dalam arti bersifat menarik dan menyebalkan, penolong tetapi juga berbahaya. Bersifat non-uilitarian, artinya tidak dapat dikendalikan untuk kepentingan praktis. Tidak empirik, tidak dapat dipelajari dengan observasi dan eksperimen. Tidak termasuk pengetahuan, di luar jangkauan logika dan nalar. Memperkuat atau mendorong para pemujanya. Menimbulkan kewajiban moral bagi para pemujanya.
PENGALAMAN KEAGAMAAN Joachim Wach: kriteria untuk mengetahuipengalaman keagamaan: Merupakanrespon terhadap apa yang dialaminya sebagai realitas tertinggi. Merupakan suatu respon paripurna dari makhluk terhadap apa yang dianggap sebagai realitas tertinggi. Merupakan pengalaman yang sangat mendalam. Melibatkan suatu kewajiban atau suatu komitmen yang mendorong manusia untuk berperilaku tertentu.
PENGALAMAN KEAGAMAAN Pengalamankeagamaansebagaitanggapanterhadaprealitasmutlakakanmengikutser-takanempathal: Adanya ‘kesadaran’ akankehadiranrealitasmutlak; Tanggapantersebutdipandangsebagaibagiandari ‘perjumpaan’ denganrealitasmutlak; Adanya ‘penghayatan’ dalamartihubungan yang dinamisantaraseseeorangdenganrealitasmutlak; dan Karakteristiksituasionaldalamkonteksnya yang khusus (misal: perbadatandanupacarakeagamaan)
PENGALAMAN KEAGAMAAN Menurut Wach, jika empat ciri di atas tidak ada, maka pengalaman itu hanyalah pengalaman semu (pseudo religion). Joachim Wach, ekspresiatauungkapanpengalamankeagamaanterlihatdalam tigabentuk: (1) Pemikiran, (2) Tindakan, dan (3) Persekutuan (komunitasatauumatberagama).