620 likes | 965 Views
EKONOMI KEPENDUDUKAN. Oleh : H A R D I A N I. KONSEP DASAR EKONOMI KEPENDUDUKAN. BAB 1.
E N D
EKONOMI KEPENDUDUKAN Oleh: H A R D I A N I
Demografi:Ilmu yang mempelajari secara statistik & matematik ttg besar, komposisi dan distribusi penduduk & perubahan-perubahannya sepanjang masa melalui lima komponen yaitu kelahiran, kematian, perkawinan, migrasi dan mobilitas sosial. • Studi Kependudukan: Ilmu yang mempelajari tentang kaitan antara variabel demografi dengan variabel non demografi. • Ekonomi Kependudukan:Ilmu yang mengaitkan antara variabel ekonomi dengan variabel demografi.
SKEMA STUDI KEPENDUDUKAN D E M O G R A F I S O S I O L O G I SOSIOLOGI KEPENDU- DUKAN E K O N O M I EKONOMI KEPENDU- DUKAN PSIKOLOGI KEPENDU- DUKAN PSIKOLOGI
Sebaran Penduduk Dunia • Dari jumlah penduduk yg ada tahun 2000 yaitu sebanyak 6,06 milyar, hampir dua pertiganya (60,62 persennya atau 3,7 milyar) berada di Benua Asia. Sisanya tersebar di Benua Afrika (794 juta atau 13,11 persen), Benua Eropa (12,00 persen atau 727 juta), Benua Amerika (13,75 persen atau 833 juta) dan Oceania (0,5 persen atau 31 juta). • Dari sebarannya berdasarkan kategori kemajuan pembangunan suatu negara, dari total penduduk dunia sebanyak 4,86 milyar (80,32 persen) berada di negara-negara sedang berkembang dan sisanya sebanyak 1,19 milyar (19,68 persen) berada di negara-negara maju.
Selama tahun 1775 sampai tahun 2000, pertambahan penduduk Indonesia persatuan waktu: Setiap tahun lahir 906.533 orang Setiap bulan lahir 75.545 orang Setiap hari lahir 2.484 orang Setiap jam lahir 103 orang Setiap Menit lahir 2 orang !!!!!!
Sebaran Penduduk Indonesia • Dari total penduduk pada tahun 2000 yaitu sebanyak 206 juta, hampir dua pertiganya (60,36 persennya atau 124,5 juta) berada di Pulau Jawa dan Bali. • Sisanya dari jumlah penduduk tersebut tersebar di Pulau Sumatera (43,3 juta atau 21,00 persen), Pulau Sulawesi (6,84 persen atau 14,1 juta), Pulau Kalimantan (5,49 persen atau 11,3 juta) dan pulau-pulau lainnya (6,31 persen atau 12,8 juta). • Tingkat kepadatan penduduk di Pulau Jawa-Bali pada tahun 2000 mencapai 920 jiwa perkm, sedangkan di pulau-pulau lainnya hanya berada pada kisaran dibawah 100 jiwa perkm2. Misalnya untuk Pulau Sumatera adalah 91, Kalimantan 20, Sulawesi 75.
Model Transisi Demografi Model transisi demografi pertama kali dikembangkan oleh Warren Thompson tahun 1929. Berdasarkan data periode 1908-1927, terdapat tiga jenis pola pertumbuhan penduduk, yaitu : • Kelompok A, negara-negara Eropa Barat, Eropa Utara dan AS yang mengalami perubahan pertumbuhan alami yang sangat tinggi ke pertumbuhan yang sangat rendah • Kelompok B, negara-negara Itali, Spanyol dan kelompok “Slavia” di Eropa Tengah yg mengalami penurunan kelahiran maupun kematian, tetapi penurunan kematian adalah sama atau lebih cepat dibandingkan kelahiran. Kondisi ini dialami oleh negara kelompok A pada 30 sampai 40 tahun sebelumnya. • Kelompok C, negara-negara lainnya yg kelahiran & kematian belum mengalami perubahan, artinya masih sangat tinggi.
Frank Noteisten (1945)memberikan penjelasan tentang ketiga pola tersebut. Untuk kelompok A, diberi nama dengan “incipient decline”, kelompok B adalah “transitional growth”, dan kelompok C adalah “high growth potential”. Saat ini istilah transisi demografi (demographic transition) diperkenalkan. • Transisi demografi ini adalah suatu proses penurunan mortalitas dan fertilitas suatu penduduk yang dari tingkat yang tinggi menuju ke tingkat yang rendah, atau dari “high growth potential” menuju “incipient decline”. Transisi tersebut diberikan dalam gambar berikut:
Tahapan Transisi Demografi Tahap I. (High Growth Potential) Ditandai dgn fertilitas & mortalitas yg tinggi. Pertumbuhan alami rendah bahkan turun (minus). Tahap II.(Transitional Growth) Ditandai dgn penurunan mortalitas lebih cepat dibandingkan fertilitas, akibatnya pertumbuhan penduduk tinggi. Tahap III. (Incipient Decline) Ditandai dgn fertilitas & mortalitas yg rendah & pertum-buhan penduduk juga rendah.
Kritik Terhadap Teori Transisi Demografi • Gambaran yang diberikan masih kasar,seperti, bahwa pertumbuhan penduduk yang tinggi tidak hanya disebabkan oleh penurunan kematian, tetapi juga naiknya fertilitas. • Waktu yang dibutuhkan masing-masing tahapan sangat bervariasi antar negara, oleh karenanya teori ini cukup lemah untuk digeneralisasi. • Setelah fertilitas dan mortalitas berada pada angka yang sangat rendah, pada tahap selanjutnya kemungkinan besar angka tersebut akan kembali naik. Dengan demikian sebenarnya tahapan transisi masih bisa dikembangkan lebih lanjut.
Perdebatan Ideologi Ada 3 Kelompok yang Berbeda • Kaum Nasionalis : Pertumbuhan penduduk akan Meningkatkan Pembangunan Ekonomi • Kelompok Marxist: Tidak ada kaitan antara pertumbuhan penduduk & pembangunan ekonomi • Kelompok Neo Malthusian: Pertumbuhan Penduduk yang Tinggi Mengakibatkan Gagalnya Pembangunan
Pengertian • Kemampuan seorang perempuan atau sekelompok perempuan secara riel untuk melahirkan • Hasil reproduksi nyata dari seorang perempuan atau sekelompok perempuan • Tindakan reproduksi yang menghasilkan kelahiran hidup.
PENGUKURAN FERTILITAS • Pengukuran Fertilitas Tahunan: mencerminkan fertilitas suatu kelompok penduduk/ beberapa kelompok penduduk untuk jangka waktu satu tahun. • Pengukuran Fertilitas Kumulatif: mencerminkan banyaknya kelahiran sekelompok/ beberapa kelompok wanita selama masa repro-duksinya.
Beberapa Pengukuran Fertilitas Tahunan • CBR (Crude Birth Rate)/Angka Kelahiran Kasar B=jumlah kelahiran dalam setahun P=jumlah penduduk pertengahan tahun k=konstanta= 1000 • GFR (General Fertility Rate)/Angka Fertilitas Umum Pf15-49 =jumlah penduduk perempuan umur 15-49 tahun
ASFR (Age Spesific Fertility Rate) Bi=jumlah kelahiran dalam kelompok umur i dalam setahun Pfi=jumlah penduduk perempuan pertengahan tahun kelompok
Beberapa Pengukuran Fertilitas Kumulatif • TFR (Total Fertility Rate)/Angka Fertilitas Total Rata-rata jumlah anak yang dilahirkan oleh seorang pertempuan sampai akhir masa reproduksi • GRR (Gross Reproduction Rate)/Angka Reproduksi Bruto ASFRfi= ASFR yang dihitung hanya untuk kelahiran anak perempuan pada kelompok umur reproduksi. • NRR (Net Reproduction Rate)/Angka Reproduksi Neto 5Lx/L0= probabilita kematian bayi dalam usia reproduksi (dari tabel kematian) .
FERTILITAS DAN PEMBANGUNAN • Pengaruh pembangunan thdp penurunan fertilitas. Exp: pendidikan, partisi-pasi angkatan kerja wanita, organisasi kese-jahteraan masyarakat, listrik masuk desa. • Pengaruh penurunan fertilitas terhadap pembangunan. Exp: partisipasi angkatan kerja wanita, pendidikan, angka tabungan, pendapatan perkapita.
Pengertian • Mortalitas: keadaanmenghilangnyasemuatanda-tandakehidupansecarapermanen yang biasanyaterjadisetiapsaatsetelahkelahiranhidup. • Morbiditas: keadaantidaksempurnajasmani, rohanidansosial.
UkuranMortalitas • CDR (Crude Death Rate)/AngkaKematianKasar. • ASDR (Age Spesific Death Rate)/AngkaKematianMenurutUmur • IMR (Infant Mortality Rate)/ AngkaKematianBayi
UkuranMorbiditas jumlahpenderitabaru • Incidence Rate = -------------------------------- 1000 populasi at risk jumlahpenderita lama danbaru • Prevalence Rate = ------------------------------------------ 1000 populasi at risk jumlahharikejadiansakit pd periodetsb • Duration of Sickness = -------------------------------------------------- jumlahkejadiansakit
Teori Transisi Epidemiologi Dalil 1. Kematianmerupakanfaktormendasardalamdinamikakependudukan Dalil 2. Selamatransisi, dlmjangkapanjangterjadiperubahanpolakematiandanpenyakit, daripenyakitinfeksikepenyakitdegeneratifdanpenyakitbuatanmanusia. Dalil 3. Transisiepidemiologibiasanyalebihmenguntungkanorangmudadaripadaorangtua, danlebihmenguntungkanwanitadarilaki-laki.
Dalil 4. Pergantianpolakesehatandanpenyakitsebelumabad 20 (dinegaramaju) karenamembaiknyastandarkehidupandankeadaangizi, daripadahubungannyadengankemajuandibidangkedokteran. Sebaliknya, transisiabadke 20 (dinegarasdgberkembang) dimulaiolehkemajuandibidangkedokteran, pelayanankesehatandan program pengendalianpenyakit. Dalil 5. Variasikhususdalampola, lajudanfaktorpenentudanakibatperubahankependudukandibedakanatas 4 model. (1) Model klasikataubarat, (2) Varian yang dipercepatdari model klasik, (3) Model tertunda, (4) Varian transisidari model tertunda.
KlasifikasiMobilitas MOBILITAS Horizontal (Geografis) Vertikal (Perubahan Status) Permanen (Migrasi) Non-permanen (Sirkuler) Transmigrasi Swakarsa Commuting Mondok
Ukuran-ukuranMobilitas • AngkaMobilitas : rasiobanyaknyapendudukygpindahdlmjangkawaktutertentudenganjumlahpenduduk • AngkaMigrasiMasuk jmlmigrasimasuk IM = --------------------------- x 1000 jmlpddktengahth • AngkaMigrasiKeluar jmlmigrasikeluar OM = --------------------------- x 1000 jmlpddktengahth
Angka Migrasi Neto migrasi masuk – migrasi keluar NM = ------------------------------------------- x 1000 jml pddk tengah th • Angka Migrasi Bruto migrasi masuk + migrasi keluar GM = --------------------------------------------- x 1000 pddk daerah asal + daerah tujuan
Teori-TeoriMigrasi • Model DorongTarik (Push-Pull Factor) DikemukakanolehEveret Lee, bahwaada 4 kelompokfaktor yang mempengaruhiorangmengambilkeputusanmigrasi • Faktorygterdapatdidaerahasal • Faktorygterdapatdidaerahtujuan • Penghalangantara • Faktorpribadi
Model Lewis-Fei-Rannis Dikembangkan oleh Sir. W. Arthur Lewis, diperluas oleh John Fei dan Gustav Ranis. Fokus utama model adalah pada proses perpindahan tenaga kerja dan pertumbuhan peluang kerja di sektor modern. Baik transfer tenaga kerja maupun pertumbuhan peluang kerja di kota dipengaruhi oleh perluasan output di sektor modern. Kecepatan perkembangannya ditentukan oleh tingkat akumulasi modal industri pada sektor modern.
Transisi Mobilitas Hipotesis mengenai transisi mobilitas ini pada awalnya dikemukakan oleh Zelinsky (1971). Menurut Zelinsky, secara temporal, sesungguhnya terdapat lima tingkatan atau fase transisi mobilitas. Pada dasarnya kelima transisi mobilitas tersebut berjalan sejajar dengan fase transisi demografi atau transisi vital. Kecuali itu, fase-fase tersebut saling berkaitan satu sama lain.
Hipotesis transisi mobilitas dimodifikasi Skeldon (1990), untuk negara2 sedang berkembang. Tujuh tahapan Skeldon: • Tahap Pertama: masyarakat pra transisi (pretransitional society) Sebagian besar mobilitas merupakan mobilitas nonpermanen. Walau begitu, mobilitas ini tidak harus merupakan mobilitas jangka pendek. Dapat pula terjadi mobilitas permanen dalam bentuk kolonisasi ataupun pembukaan daerah pertanian baru. • Tahap Kedua: masyarakat transisi awal (early transitional society). Terjadi percepatan mobilitas nonpermanen ke daerah perkotaan, perkebunan, pertambangan. Mobilitas semacam ini diperlukan untuk mendukung pembangunan pedesaan. Penghasilan penduduk yg mobil ini membantu meningkatkan pendapatan di pedesaan. Jaringan transportasi yang luas, murah, efisien, dan cepat merupakan syarat utama terjadinya peningkatan mobilitas nonpermanen, baik sirkulasi maupun ulang alik. Juga terlihat adanya mobilitas penduduk dari satu daerah perkotaan ke daerah perkotaan yang lain, dengan kota besar sebagai tujuan utama migrasi dari kota kecil dan menengah. Terjadi peningkatan pesat dalam mobilitas ke daerah-daerah baru. Pada tahap ini migrasi masih didominasi oleh penduduk laki-laki.
Tahap Kelima: masyarakat mulai maju (early advanced society). Angka urbanisasi telah melampaui 50 persen dan mobilitas dari pedesaan ke perkotaan menurun. Mulai terjadi sub-urbanisasi dan dekonsentrasi penduduk. Mobilitas nonpermanen, terutama ulang-alik, meningkat lagi. Ulang alik didominasi oleh laki-laki. • Tahap Keenam: masyarakat maju lanjut (late advanced society). Terus terjadinya dekonsentrasi penduduk perkotaan. Penduduk perkotaan makin menyebar ke daerah perkotaan yg lebih kecil. Juga dapat terjadi peningkatan arus masuk pekerja asing, terutama migran dari negara yang masih berada pada tahap keempat. Ulang alik terjadi dengan pesat. Semua arus mobilitas ini dilakukan baik oleh laki-laki maupun perempuan, tanpa perbedaan yang mencolok. • Tahap ketujuh: masyarakat maju super (super advanced society). Pada tahap ini diwarnai oleh adanya teknologi tinggi, termasuk teknologi informasi. Pada saat ini amat mungkin bahwa mobilitas permanen semakin berkurang dan mobilitas nonpermanen, terutama berujud mobilitas ulang-alik, meningkat. Sistim transportasi diganti dengan sistim komunikasi. Orang tidak perlu lagi berpindah tempat untuk dapat saling berkomunikasi.
Thesis Brain Drain & Konsep Remitans • Tesis Brain Drain: migrasi keluar angkatan kerja potensial berusia muda & berpendidikan dari pedesaan ke kota, cenderung membawa dampak negatif daerah yang ditinggalkan. Karenanya, migrasi diduga dapat mengganggu dan memperlambat proses pembangunan wilayah. • Di daerah tujuan (kota), mobilitas pekerja mempersulit penataan kota, kelebihan angkatan kerja, pengangguran, pekerja miskin di sektor informal, kemiskinan dan kampung kumuh di kota. • Namun, dampak dari tesis brain drain ini tidak sepenuhnya berlaku di negara2 sedang berkembang. Mobilitas pekerja merupakan salah satu strategi rumah tangga pedesaan. Dengan mengalokasikan SDM yg ada, rumah tangga pedesaan memanfaatkan kesempatan yg ada di luar desa. Hasil kerja di luar desa, dikirimkan dan dimanfaatkan di desa. Kiriman (remittances) migran pekerja berdampak positif bagi rumah tangga dan ekonomi pedesaan.
Pengertian • Kualitas penduduk terbagi dlm kualitas fisik dan kualitas non-fisik. Kualitas fisik, minimal dapat dipakai tiga indikator yaitu ukuran antropometrik (tinggi, berat badan dan lainnya), kesehatan serta kesegaran jasmani. Kualitas non-fisik dapat berupa kecerdasan, kesehatan mental, pendidikan, religiusitas dan lainnya dari ciri non-fisik. • Pengukurannya dapat dibedakan atas indikator individu dan kelompok. Indikator individu menunjukkan kualitas yang melekat pada masing-masing individu. Kualitas kelompok adalah menunjukkan kualitas rata-rata sekumpulan manusia yg menjadi penduduk suatu kawasan. • Penyajian kualitas yang banyak digunakan adalah ukuran kelompok, karena lebih mudah dlm evaluasi dan intervensi kebijakan. Kelemahannya, kurang tepat jika ketimpangan antar individu dlm kelompok tersebut relatif besar.
Pendapatan Perkapita • Pada tahun 1950-an, paradigma pembangunan mengacu pada pertumbuhan ekonomi. Ukuran keberhasilan pembangunan adalah pembentukan modal dan produksi. Indikator yg umum digunakan untuk mengukur kualitas penduduk adalah pendapatan perkapita. • Penggunaan pendapatan perkapita mempunyai banyak kelemahan. Diantaranya: (1) tidak tercakupnya produksi subsisten yang tidak dipasarkan, (2) terabaikannya aspek distribusi pendapatan, (3) kualitas penduduk dan tingkat kesejahteraan masyarakat suatu hal yang subjektif yang tidak dapat diukur semata-mata melalui pendekatan pendapatan perkapita.
PQLI atau IMH • Tahun 1970-an, timbul pandangan bahwa kesenjangan merupakan masalah penting yg harus segera diatasi. Paradigma pembangunan terpusat pada usaha pemenuhan kebutuhan pokok hidup manusia. • Untuk mengukur sejauh mana hasil pembangunan mampu memenuhi kebutuhan dasar manusia dari segi peningkatan kualitas fisik kehidupan, digunakan beberapa tolok ukur. • Morris dan Grant (1976) mengajukan PQLI (Physical Quality of Live Index) atau IMH (Indeks Mutu Hidup). Indeks tersebut mencakup tiga parameter pokok yaitu : angka kematian bayi (IMR), angka harapan hidup pada umur 1 tahun, dan tingkat melek huruf penduduk usia 15 tahun atau lebih.
Kelemahan PQLI: tidak dapat digunakan sebagai indikator kesejahteraan total (yang didalamnya harus mengandung pengukuran tentang rasa aman, keadilan, hak-hak asasi dan hal-hal lainnya yang tidak memiliki eksistensi material). • Di Indonesia, Sayogyo menambah variabel fertilitas (Total Fertility Rate = TFR) sebagai variabel keempat. Ia memberi nama dengan istilah IMH-plus (Indeks Mutu Hidup-plus). • Hananto Sigit juga mengukur Indeks Mutu Hidup dengan menggunakan tiga variabel seperti yang diajukan Moris-Grant. Ia memberi nama dengan istilah : Indeks Kualitas Hidup Manusia Indonesia (IKHMI). Hananto Sigit juga mencoba menambahkan variabel pendapatan (PDRB) sebagai variabel keempat untuk indikator ini yang kemudian diberi nama IKHMI plus atau IKHMIY.
HDI atau IPM • Akhir tahun 1980-an, muncul paradigma yang menyatakan bahwa pembangunan adalah dari, oleh dan untuk manusia. Karenanyaprogram pembangunan harus diarahkan pada pembangunan manusia itu sendiri. • UNDP merumuskan pembangunan manusia sebagai suatu proses perluasan spektrum pilihan manusia, meningkatkan kesempatan mereka untuk memperoleh pendidikan, pelayanan kesehatan, penghasilan dan pekerjaan. • Tahun 1990 diperkenalkan suatu indikator yang diberi nama Human Development Index (HDI) atau Indeks Pembang-unan Manusia (IPM), sebagai indikator komposit atas tiga kiteria yaitu kesehatan (diukur dari harapan hidup saat dilahirkan, pengetahuan (diukur dari angka melek huruf & rata-rata lama bersekolah, dan pendapatan (diukur dari paritas daya beli)
Pengertian Secara sederhana pembangunan berwawasan kependudukan mengandung dua makna sekaligus, yaitu : • Pembangunan yang disesuaikan dengan potensi dan kondisi penduduk yang ada. Penduduk harus dijadikan titik sentral dalam proses pembangunan. Penduduk harus dijadikan subjek dan objek dalam pembangunan. Pembangunan adalah oleh penduduk dan untuk penduduk. • Pembangunan sumberdaya manusia. Pembangunan lebih menekankan pada peningkatan kualitas sumber daya manusia dibandingkan dengan pembangunan infrastruktur semata-mata.