170 likes | 711 Views
PENGANTAR HUKUM ISLAM. M. Sularno Prodi Hukum Islam Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia. VI. MAHKUM ALAIH DAN MAHKUM FIH.
E N D
PENGANTAR HUKUM ISLAM M. Sularno Prodi Hukum Islam FakultasIlmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia
VI MAHKUM ALAIH DAN MAHKUM FIH
A. MUKADIMAH * Salah satukarakteristikhukum Islam adalahinsaniyah /manu-siawi, shgaturanhk Islam mustiselarasdgnfitrahmanusia,memperhatikankeberadaanmanusia, sertamempertimbang-aspekkebaikanmanusia. * Hk Islam memilikikonsepbhwmanusiaadalahobyektuntut- an hukum, shgpemberlakuanhk Islam harusmenyesuaikandgnkemampuandankecakapanmanusia. Demikian pula hk Islam hrsmemperhatikanaspekperbuatanmanusiayg men-jadiobyekhksyara’, shgmemerlukansyarattertentu.
B. MAHKUM ALAIH * Arti mahkum alaih adalah :orang mukallaf (aqil-balig) yang menjadi obyek tuntutan syara’. * Ketentuan hk Islam yg diberlakukan bagi mukallaf seharusnya disesuaikan dgn kemampuan dan kecakapan manusia. Sehub dgn itu perjalanan hidup manusia dibagi dalam 4 fase: 1. Fase Janin : Pada fase ini kemampuan kemanusiaan sese- orang belum sempurna. Dari segi hubungan badan dgn ibu nya, seolah ia menjadi bagian dari ibunya. Dari segi adanya ruh padanya, ia bisa dianggap manusia yg berdiri sendiri. 2. Fase Anak-anak: Dimulai sejak lahir sd usia 7 tahun, ke- mampuan daya tanggap belum sempurna. 3. Fase Mumayyiz: Anak mulai dpt membedakan hal yg ber- manfaat dan yang berbahaya. Dimulai sejak usia 7 th sd menjelang balig. Kemampuan akal kian sempurna. Anak perlu dibiasakan beribadah, karena ibadahnya tlh dianggap syah.
4. Fase Balig : Bagi pria, ditandai dgn mimpi basah, bagi wanita ditandai dgn menstruasi/ haid. Jika tanda tidak ampak karena gangguan fisik, ditetapkan melalui usia, yakni 12 th / 15 th bagi pria, dan 9 th / 15 th bagi wanita. * Seseorang dibebani ketentuan hukum syara’ (mukallaf) apabila memenuhi syarat: 1. Mampu memahami dalil taklif, baik yang besumber dari Qur- an, Sunnah, ataupun orang lain. QS. Ibrahim : 4 :Dan Kami tidak mengutus seorang rasul kecuali melalui perantaraan lisan kaumnya untuk menjelaskan pd mrk. 2. Perkembangan akalnya tlh sempurna untuk memahami dalil taklif. Orang yg sempurna daya tanggapnya adalah yg telah balig dan tidak sakit yg mengganggu daya tanggap. Sabda Rasul :Diangkat (tdk berlaku) ketent hukum dari tiga hal : bagi orang tidur hingga terbangun, bagi anak-anak hingga bermimpi (balig), dan bagi orang gila hingga siuman.
3. Dapat menanggung beban taklif. Kemampuan menanggung kewajiban ada dua : a. Ahliyatul wujub b. Ahliyatul ada’ * Hal yg dpt mengurangi / menghalangi ahliyatul ada’ / awaridul- ahliyah : 1. ‘Arid samawi : sep: Gila, lemah syaraf 2. ‘Arid kasbi, Sep: mabuk karena minum. * Gangguan ahliyah terbagi : 1. Gugur ahliyatul ada’ : gila, tidur. 2. Kurang ahliyatul ada’ : lemah pikiran, anak blm mumayyiz 3. Tidak hilang/ kurang ahliyah, hanya merubah sebagian hukum untuk kemaslahatan, sep: safah / kurang akal. Nomor 1 dan 2: tidak dibenarkan memelihara harta Nomor 3 : Ahliyatul ada’ penuh, tapi tdk boleh kendalikan hartanya untuk menjaga haknya.
C. MAHKUM FIH * Arti Mahkum Fih : Perbuatan orang mukallaf yg menjadi ob- yek hk syaa’, misal: menunaikan haji, menulis hutang, mem- bunuh, dll. * Agar perbuatan mukallaf dpt menjadi obyek hk syara’, ada syarat : 1. Hukum tlh diketahui dgn jelas oleh mukallaf, shg dpt me- laksanakan sesuai syara’. Banyak aturan Qur’an yg baru dijadikan kewajiban setelah dijelaskan oleh Rasul tentang caranya. 2. Mukallaf mengetahui bhw kewajiban yg dibebankan benar- benar dari Allah / Rasulullah. 3. Betul-betul dpt dilaksanakan oleh mukallaf. Allah SWT mus takhil memberi beban yg tdk dpt dilaksanakan. * Mahkum fih merupakan hasil perbuatan manusia mkallaf ber- sangkutan dgn hukum syara’. - Masalah menunaikan janji bagi mukallaf adalah mahkum – fih, karena bertalian dgn ijab, maka hukumnya wajib.
QS. Al- Ma’idah : 1:Wahai orang ygberiman, tepatilah janjimu. - Menyangkut masalah tidak dilaksanakan thd manusia adalah mahkum fih, dan berhubungan dgn ketentuan Allah di dalam Qur’an : Janganlah kamu membunuh jiwa … - Menyangkut perbuatan manusia, mengenai mengerjakan puasa atau tdk puasa pada bulan Ramadan bagi yg sakit atau musafr adalah mahkum fih, yg bertalian dgn masalah ibadah. QS.AlBaqarah: 185Maka barang siapa diantaramu yg sakit ataudlm safar, mk boleh menunda puasanya pada hari lain..