170 likes | 477 Views
Berita Politik dan Perubahan Tanggapan Kognitif Pemilih Pemula di Kota Bandung Tentang Fungsi-fungsi Sistem Politik Oleh: Karim Suryadi Syaifullah Prayoga Bestari. Latar Belakang Penelitian. Pemilih pemula selalu menjadi isu yang seksi ketika pemilihan umum tiba.
E N D
Berita Politik dan Perubahan Tanggapan Kognitif Pemilih Pemula di Kota Bandung Tentang Fungsi-fungsi Sistem Politik Oleh: Karim Suryadi Syaifullah Prayoga Bestari
Latar Belakang Penelitian • Pemilih pemula selalu menjadi isu yang seksi ketika pemilihan umum tiba. • perilaku memilih kelompok pemilih pemula disebut-sebut sebagai bakal menjadi penentu kemenangan salah satu kandidat.
tidak ada fakta empirik yang mampu menjelaskan bagaimana preferensi pemilih pemula, dan faktor-faktor apa yang membentuknya. • belum terjelaskan secara faktual, apakah terpaan berita politik di media massa berkontribusi terhadap pembentukan kesadaran mereka untuk memilih. • dalam kehidupan politik pada umumnya, pemilih pemula yang berasal dari kelompok siswa SMA dinisbatkan sebagai elemen generasi muda yang penting.
Perumusan Masalah Bagaimana peranan terpaan berita politik yang disajikan surat kabar Pikiran Rakyat dalam membentuk tanggapan kognitif siswa SMA tentang fungsi-fungsi sistem politik.
Identifikasi Masalah • Seberapa erat korelasi terpaan berita politik yang disajikan Pikiran Rakyat dengan tanggapan kognitif Siswa SMA di Kota Bandung tentang fungsi input sistem politik ? • Seberapa erat korelasi terpaan berita politik yang disajikan Pikiran Rakyat dengan tanggapan kognitif Siswa SMA di Kota Bandung tentang fungsi konversi sistem politik ? • Seberapa erat korelasi terpaan berita politik yang disajikan Pikiran Rakyat dengan tanggapan kognitif Siswa SMA di Kota Bandung tentang fungsi output sistem politik ? • Seberapa erat korelasi terpaan berita politik yang disajikan Pikiran Rakyat dengan tanggapan kognitif Siswa SMA di Kota Bandung tentang fungsi kapabilitas sistem politik ?
Kajian Teori • Merril (1971)mengungkapkan kecenderungan umum dimana media massa tunduk pada sistem pers, sedangkan sistem pers sendiri tunduk pada sistem politik dimana sistem pers tersebut dikembangkan. • Sherman dan Kolker (1987) menegaskan adanya indikasi pengaruh kognisi warga negara terhadap tingkat partisipasi politik dan reaksi-reaksinya tentang mekanisme sistem politik khususnya dan pembangunan politik pada umumnya.
Easton (1965) melukiskan atribut-atribut sistem politik yang sekurang-kurangnya mengindikasikan tiga hal, yakni (1) interaksi antara lingkungan dan sistem politik, termasuk batas-batas (boundaries) dan tekanan lingkungan, (2) proses transaksi input – sistem (proses politik) – output, dan (3) umpan balik.
Dalam proses pengorganisasian media, dua faktor sangat menentukanyaitu pertama, faktor stimulus, berupa faktor-faktor yang berasal dari sifat objek stimulus eksternal. Faktor stimulus lainnya adalah frekuensi, intensitas, gerakan dan perubahan, serta jumlah objek. • Faktor kedua yang menentukan pengorganisasian kognisi adalah faktor personal. Dimaksudkan dengan faktor personal adalah faktor-faktor yang berasal dari karakteristik tanggapan individual.
Keterlibatan faktor kognitif dalam komunikasi dijelaskan Ross (1974, dalam Rakhmat, 1986: 4) yang menganggap komunikasi sebagai proses transaksional yang meliputi pemisahan dan pemilihan bersama lambang kognitif, sedemikian rupa sehingga membantu orang lain untuk mengeluarkan dari pengalamannya sendiri arti atau respon yang sama dengan yang dimaksud oleh sumber
Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam peneltian ini adalah korelasional, yang mampu mengidentifikasi keeratan hubungan di antara variabel-variabel (Rakhmat, 1985).
Variabel bebas dalam penelitin ini adalah terpaan berita politik yang disajikan Pikiran Rakyat dalam kurun 27 Maret sampai 9 April 2008. Mengacu kepada Rosengren (Jalaluddin Rakhmat, 1989), variabel terpaan berita politik media massa dioperasionalisasikan sebagai jumlah jam yang dihabiskan khalayak untuk menyimak isi berita yang disajikan radio, televisi, dan surat kabar.
Variabel tak bebas dalam penelitian ini adalah tanggapan kognitif siswa SMA tentang fungsi-fungsi sistem politik Indonesia, yang mencakup kemampuan untuk memberikan deskripsi, ekplanasi, dan preskripsi (Danziger, 1990), tentang fungsi input, proses konversi, fungsi output, dan kapabilitas sistem politik Indonesia, sebagai implikasi model sistem politik yang disederhanakan (Easton, 1965).
HasilPenelitian Hasilpenelitianmenunjukkanbahwaterdapatkorelasiantaraterpaanberitapolitik yang disajikanPikiran Rakyat dengantanggapankognitifsiswa SMA di Kota Bandung tentangfungsi input sistempolitik. Berdasarkanuji statistic diperolehkoefisienkorelasi (r = 0,678530) yang menurutaturan Guilford hubungannyatergolongkuat.
Hasilpenelitianmenunjukkanterdapatkorelasiantaraterpaanberitapolitik yang disajikanPikiran Rakyat dengantanggapankognitifsiswa SMA di Kota Bandung tentangfungsiKonversiSistemPolitik. Berdasarkanujistatistikbesarnyakoefiesienkorelasisebesar (r = 0,768342), yang menurutaturan Guilford tergolongkuat.
Data hasilpenelitiandipertegaslagidenganhasilwawancara yang menunjukkanlebihdari 80% respondenmengakuisajianberitapolitik PR menjelangpemilihanGubernurJawa Barat sangatpentingdalammenggaliinformasiseputarpemilihangubernurtersebut, seperti (a) partaipolitikpengusungcalon; (b) visidanmisiparacalon; (c) program kegiatan yang ditawarkanolehpasangancalon.
Hasilperhitunganstatistikmenunjukkanterdapatkorelasipositifantaraterpaanberitapolitik yang disajikanPikiran Rakyat danperubahantanggapankognitifsiswa SMA tentangfungsi-fungsisistempolitik (fungsi input, fungsiproses, fungsikonversi, fungsikapabilitas).
Kognisisiswa SMA tentangkapabilitassistempolitikjauhlebihtinggidibandingkandengankognisitentangfungsisistempolitik. Hal initerjadikarenamaterikapabilitassistempolitiklebihmenonjoldanlebihseringditemuiolehsiswa SMA, terutamadi media massa Koran PR maupun media massalainnyaseperti TV, Radio, Majalah, Tabloid, dansebagainya.