120 likes | 505 Views
SOSIALISASI PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 89 TAHUN 2012. tentang Tata Cara Pencairan Dana APBD Kota Surabaya secara Elektronik (e-Payment). Dasar Hukum:. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara ,
E N D
SOSIALISASIPERATURAN WALIKOTA SURABAYANOMOR 89 TAHUN 2012 tentang Tata Cara Pencairan Dana APBD Kota Surabaya secara Elektronik (e-Payment)
Dasar Hukum: • Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, • Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, • Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, • Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik, • Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah kedua kali dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011.
BaganAlir “e-Payment” Bendahara (SPP) PPK-SKPD PA / KPA (ttd e-SPM) PPTK e-Loket BUD Rekening Bank : Bendahara Pengeluaran / Pihak Ketiga Kuasa BUD Bank Jatim BUD (ttd e-SP2D) Peneliti e-SPM Catatan : DokumenelektronikBenar DokumenelektronikSalah
Proses Penerbitan SPM secara Elektronik: Pasal 3 Ayat (2): Jenis-jenis SPP terdiri dari; • SPP-UP, • SPP-GU, • SPP-TU, dan • SPP-LS. Ayat (3): Kelengkapan SPP-GU yaitu; • Bukti-bukti belanja, • Surat Setoran Pajak (SSP), dan • Faktur Pajak Dokumen tersebut di atas disiapkan oleh Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK)
Ayat (5): Kelengkapan SPP-LS yaitu; • Bukti-bukti belanja, dan • Faktur Pajak Dokumen tersebut di atas disiapkan oleh Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK). Ayat (6): Pejabat (selaku OTORISATOR) yang menandatangani bukti-bukti belanja, yaitu; • KPA selain pada Sekretariat Daerah, • Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), • ULP/Pejabat Pengadaan, dan • Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan (PPHP) Bertanggung-jawab atas kebenaran MATERIAL dan akibat yang timbul dari penggunaan bukti-bukti dimaksud.
Ayat (7): Bendahara Pengeluaran SKPD (selaku COMPTABLE) sebagai wajib pungut PPh dan pajak lainnya, bertanggung-jawab atas kebenaran perhitungan pemungutan/pemotongan pajak yang tercantum pada SSP. Ayat (9): Pejabat Penatausahaan Keuangan-SKPD (selaku ORDONANTEUR) yang memverifikasi dokumen SPP beserta lampirannya bertanggung-jawab atas kebenaran FORMAL dari dokumen yang diujinya. Ayat (13): Dalam hal dokumen SPP dinyatakan lengkap dan sah oleh Pejabat Penatausahaan Keuangan-SKPD, PPSPM menandatangani SPM secara manual dan elektronik (e-SPM) .
Proses Penerbitan SP2D secara Elektronik: Pasal 4 Ayat (2): Penelitian dokumen elektronik e-SPM oleh Kuasa BUD, meliputi; • SPM, • Surat Pernyataan Tanggung-jawab Belanja, • Lembar Penelitian Kelengkapan Dokumen SPP, dan • Surat Setoran Pajak (SSP), untuk pencairan SPM-LS. Ayat (6): Dalam hal jumlah tagihan tidak melebihi ketersediaan dana yang tercantum dalam DPA/DPPA-SKPD dan/atau perhitungan pemungutan/pemotongan pajak untuk pencairan SPM-LS telah sesuai, PPSP2D menandatangani SP2D secara elektronik (e-SP2D) .
Prosedur Penggunaan PIN PPSPM dan PIN PPSP2D: Pasal 5 Ayat (1): PPK-SKPD membuat SPM dalam bentuk cetak(hard copy) SPM dan elektronik e-SPM. Ayat (2): SPM dalam bentuk cetak(hard copy) ditandatangani secara manual oleh PPSPM. Ayat (3): e-SPM dalam bentuk elektronik ditandatangani secara elektronik oleh PPSPM dengan menggunakan PIN PPSPM. Ayat (4): e-SPM yang diterima oleh e-Loket BUD merupakan bentuk pernyataan mengenai kebenaran atas penerbitan dan penandatanganan SPM oleh PPSPM pada SKPD.
Pasal 6 Ayat (1): PIN PPSPM bersifat rahasia, dengan menerapkan kombinasi lebih dari 2 (dua) faktor autentikasi. Ayat (2): PPSPM dapat melakukan penonaktifan atas PIN PPSPM untuk mencegah penyalahgunaan PIN PPSPM oleh pihak yang tidak berwenang. Ayat (3): PPSPM bertanggung jawab baik secara pribadi maupun jabatan atas penggunaan PIN PPSPM. Pasal 12 Ketentuan mengenai prosedur penggunaan PIN PPSPM berlaku secara mutatis mutandis untuk prosedur penggunaan PIN PPSP2D.