E N D
10 Agustus 2011 M, 10 Ramadhan 1432 H. Suatu senja di bagian timur suatu pulau di wilayah sebuah negara (yang seharusnya) kaya raya.. Seorang mahasiswi kurus, berkacamata, yang terlihat lapar serta mengenaskan tampak bernafsu menghabiskan segelas air mineral di salah satu kursi di salah satu gerbong salah satu kereta api milik perusahaan negara yang akan mengantarnya ke ibukota provinsi tempatnya mencari ilmu. Suara adzan maghrib telah mengizinkannya kembali merasakan segarnya air putih tawar melewati saluran-saluran ajaib pemberian Tuhan yang menyambungkan mulutnya dengan lambungnya yang lapar. Lalu dilanjutkannya dengan mengunyah beberapa butir buah yang tumbuh di tanah negaranya yang subur itu. Keluarganya pasti sedang berbuka bersama di rumahnya, dia ingin pulang, tapi dia harus pergi. Si mahasiswi terlihat bosan, seharusnya kereta yang dinaikinya sudah hampir sampai di stasiun tujuan. Tapi ular besi raksasa tersebut masih saja diam di stasiun pemberangkatan, sejak lebih dari satu jam yang lalu. Beberapa orang berseragam di sana memberi tahu mahasiswi dan penumpang lainnya, kereta akan terlambat satu jam. Tapi ternyata lebih, tentu saja. Si mahasiswi tersenyum, katanya.. Hanya di negaraku kereta bisa lama terlambat berangkat lebih dari lama total perjalanan. Hebat. Si mahasiswi berdiri dari duduknya, memaksakan tubuhnya yang lelah untuk mengangkat dua tas lumayan berat keluar gerbong. Menuju musholla yang ada, menunaikan kewajibannya karena tahu jam karet kereta akan membuatnya kehilangan waktu beribadah ketika sampai tujuannya. Setelah urusannya selesai, si mahasiswi bergegas kembali dengan masih menyimpan harapan bahwa mungkin saj