270 likes | 776 Views
Pola Pikir Wartawan Profesional. Kebijaksanaan Redaksional Oleh Usman Yatim. Pola Pikir Wartawan. Wartawan maupun media harus dapat berfikir dan bersikap normatif/konvensif, selalu mengacu pada peraturan-perundang-undangan. Kebijakan yang diambil harus dapat dibakukan.
E N D
PolaPikirWartawanProfesional Kebijaksanaan Redaksional Oleh Usman Yatim
Pola Pikir Wartawan Wartawan maupun media harus dapat berfikir dan bersikap normatif/konvensif, selalu mengacu pada peraturan-perundang-undangan. Kebijakan yang diambil harus dapat dibakukan. Menyalurkan aspirasi secara proporsional, dan mendukung perubahan yang dilakukan secara konstitusional.
Mengedepankan Kejujuran • Wartawan dalam melakukan peliputan/investigasi/wawancara/mendapatkan keterangan resmi, dan ketika menulis, harus didasarkan dengan tidak berniat buruk, jujur pada diri/profesi dan redaksinya. • Wartawan tidak boleh menggelapkan peristiwa/fakta/data dan tidak melebihkan/mereduksi. • Semua aktifitas wartawan dilakukan secara terbuka. • Wartawan melakukan pekerjaan secara bertanggungjawab kepada masyarakat, bangsa dan negara atau dalam kendali sensor/tekanan
By Line • Sikap pribadi/pendapat wartawan tidak dapat mengotori fakta/data peristiwa. Bilamana wartawan berpendapat, ia dapat menulis by line — sebab editorial merupakan opini board of paper. • Wartawan dapat menyampaikan pendapatnya melalui artikel/kolom/opini yang ditulis by line (menyebutkan nama penulis) dan konsekuensi/implikasi menjadi tanggungjawab pribadinya
Profesionalisme • Wartawan melakoni pekerjaan sebagai kendaraan untuk mencapai tujuan yang berhubungan langsung dengan pekerjaannya. • Pekerjaan wartawan dilakoni bukan sebagai ritual/protokoler atau sekedar drama (bukan sebenarnya) dan upacara/bermanis-lipservis yang penuh kebohongan. • Pekerjaan yang dilakoni untuk mencapai tujuan lain berarti sama dengan memanipulasi/melacurkan pekerjaan untuk tujuan tertutup/tersembunyi/terselubung.
Siap Menerima Konsekuensi • Wartawan harus bersedia/menyiapkan diri untuk menerima konsekuensi/implikasi dari pekerjaannya. • Konsekuensi didapat berkat melakoni pekerjaan karena berdedikasi pada apa yang jadi tujuan pekerjaan. • Wartawan selalu memelihara kejujuran pada diri sendiri, orang lain danTuhan
Ketrampilan Jurnalistik • Pofesionalisme wartawan dibangun melalui proses pembelajaran yang meningkatkan pengetahuan dan ketrampilannya. • Wartawan harus menguasai jurnalistik dan semua standar berkaitan pekerjaan kewartawanan. • Wartawan harus mengerti prinsip dasar 5 W + 1 H (what, who, where, when, why, dan how)
5 W + 1 H • What — diajukan sampai 17 kali, adalah esensi/subtansi peristiwa. • Who, pelaku/korban/saksi mata dan pejabat/petugas dari instansi berkaitan secara kompetensi formal dan atau siapa yang berbicara atau mengatakan. • When - menyangkut aktualitas. • Where - tempat kejadian — bisa juga konteks peristiwa. • Why - latar belakang/penyebab peristiwa. • How - lika-liku/jalan cerita peristiwa.
Nilai Berita • Harus disadari bahwa nilai berita menentukan perlakuan/proporsi sesuai kebijakan redaksi/segmentasi, dan bentuk-bentuk penulisan (strightnews, depthnews, features, journey reports, profile, special interview, editorial, photo, grafik/grafis, dan seterusnya). • Peliputan/penulisan harus sampai ke tingkat menguasai peristiwa dan mengerti jalan cerita/duduk perkara peristiwa.
Ketrampilan profesi • Wartawan harus menguasai teknik meliput (melalui menghadiri jumpa pers/meminta keterangan, pergi ke tempat kejadian peristiwa (TKP), menginvestigasi, mewawancara sumber dan narasumber. • Wartawan harus dapat mengumpulkan/mengolah data, membahas semua fakta/data/dokumen/keterangan yang dikumpulkan) dan menguasai teknik menulis (berbagai bentuk penulisan/pelaporan tadi).
Bentuk Penyajian Berita/informasi • Strightnews, memenuhi sturuktur berita piramida terbalik — dan ada yang disebut teras/lead berita. • Feature, memberi peluang mengungkap/memaparkan aspek/dimensi kemanusiaan dan pelaku/korban peristiwa. • Dephtnews, membuka peluang menyusun laporan dengan menampilkan konteks/alur/kait-mengait peristiwa/lika-liku peristiwa. • Profile, membuka pula peluang pelaporan yang memberikan gambaran peristiwa lebih utuh. • Special interview, membuka peluang satu sumber/narasumber menyampaikan pandangannya secara luas dan utuh. • Editorial, pandangan board of news authority.
Independensi Wartawan • Wartawan harus selalu bersikap independen, obyektif, bothside, fairness, cool, tak berniat, dan jujur dalam meliput/mengumpulkan/mengolah/mencermati kecenderungan dan jujur dalam menulis fakta/data/dokumen/keterangan dikumpul/diolahnya. • Independen, wartawan tidak memiliki motif/memihak — walaupun tidak terelakkan berita/tulisannya diduga/ditunding “berpihak” (dimensi obyektivitas subyektif).
Obyektif, Bothside, Fairness • Obyektif, mengacu fakta lapangan/keterangan pelaku-korban-saksi mata dan dari dari pejabat/petugas instansi berkaitan — kemungkinan pelaku/korban/saksi mata/pejabat tidak berkata jujur/benar sebagai tantangan. • Bothside, selalu berusaha mengunjuk fakta/informasi/data/keterangan semua pihak berkaitan dengan peristiwa. • Fairness, selalu berusaha memproporsikan secara benar — bila ada pihak belum dihubungi dikatakan apa adanya.
Kejernihan berfikir • Kejernihan berfikir seorang wartawan dihasilkan dari gabungan sikap independen/obyektif/bothside/fairness. • Kejernihan berfikir terwujud karena wartawan tidak berniat buruk, bersikap jujur, punya harga diri tinggi, memiliki integritas/personalitas sebagai wartawan.
Mengacu pada Peraturan • Wartawan harus normatif dan selalu mengacu pada peraturan-perundangan. • Wartawan selalu mengacu pada — lebih sekedar menghormati — nilai/norma/konvensi. • Dia meliput/menulis dengan selalu mengacu pada bab-pasal peraturan-perundangan/kebijakan formal yang dibakukan — kendati wartawan tidak sependapat dengan norma/peraturan-perundangan berkaitan.
Mengedepankan Fakta • Apabila wartawan berpikiran/bermaksud/berkeinginan mengubah realitas, harus menjadikannya fakta. Misalnya, wartawan meminta pendapat pakar di bidangnya atau tokoh masyarakat diketahui punya basis dukungan masyarakat atau mungkin hasil penelitian atau aspirasi terbuka. • Sama sekali tiap wartawan tidak dapat memasukkan pendapat pribadi dalam berita.
Pemahaman Mendalam Wartawan • Memandang jurnalistik/kewartawanan sebagai cara berpikir/jalan pikiran. • Melakukan peliputan dan pengumpulan informasi/data/dokumen perkembangan, dan keterangan — sejauh mungkin sampai detil • Memahami/memandang/bersikap: seorang wartawan harus selalu sampai pada tingkat mengerti duduk perkara/menguasai jalan cerita peristiwa.
Kompetensi • Tiap berita/tulisan wartawan selalu mengacu fakta/data/keterangan sesuai kompetensi. • Kompetensi, setidaknya, kompetensi formal (pejabat/petugas berwenang), politis (parlemen/pengurus partai), akademis/metodologis (pakar sesuai bidangnya). • Profesional (profesional/otoritas teknis), dan fungsional (tokoh/individu panutan/pimpinan Ormas). • Wartawan tidak secara sembarang nara sumber untuk dapat bicara/dikutip.
Kebenaran Wartawan • Kebenaran wartawan berbeda dengan kebenaran ilmuwan yang menekankan pandangan/pendapat berdasarkan kompetensi akademis/metodologis/keilmuannya — walaupun ilmuwan melakukan penelitian. • Kebenaran wartawan berbeda dengan kebenaran kecendekiaan yang mengedepankan kecerdasan emosional. • Kebenaran wartawan juga berbeda dengan kebenaran tokoh masyarakat yang lebih menekankan aspirasi.
Obyektifitas dan Pencerdasan • Berita/tulisan wartawan adalah kebenaran faktual/obyektif menurut norma/konvensi/peraturan-perundangan yang berlaku/keterangan — walau mungkin harus/akan diubah! • Wartawan menyalurkan aspirasi berdasarkan fakta aspirasi dan memproporsikannya, dan wartawan mewawancarai/mengutip pandangan/pendapat pakar atau profesional di bidangnya untuk pencerdasan.
Posisi Kebenaran • Tanggungjawab kebenaran pada narasumber/sumber berita. • Kebenaran berita jadi tanggungjawab pada institusi media • Manajemen media dapat menindak mulai dari pimpinan redaksi sampai jajaran/wartawan.
Tugas Holistik Wartawan • Tugas holistik wartawan/media adalah dalam menginformasikan — memenuhi hak rakyat mengetahui, mentranspormasi/mencerdaskan dengan mengakses semua. • Sumber/narasumber/dokumen, menyalurkan aspirasi berdasar secara profesional, dan melakukan sosial kontrol dengan mutlak mengacu bab-pasal norma/konvensi/peraturan-perundangan/kebijakan/keterangan berdasar kompetensi!
Pertaruhan Profesi • Wartawan/media harus jujur/bertanggungjawab — menerima konsekuensi/implikasi baik-buruk dari pemberitaan/tulisan. Wartawan/media tidak berniat buruk/harus konstruktif melakukan sosial kontrol beserta solusi. Ada wartawan menulis by line (menyebut nama sendiri, bukan jabatan) — mempertaruhkan profesionalitas/moralitas/integritas/personalitas/dighnity — sekedar menghindarkan tekanan terhadap medianya. Untuk salah berita, maka medianya dapat dihadapkan ke depan hukum — sebaiknya melalui mekanisme pers. Bila by line, penulisnya yang diajukan.
Wartawan dan Lembaga • Wartawan/media tidak memandang siapa pribadi di balik jabatan pemerintahan, tapi, lembaganya! • Wartawan/media mendukung keberadaan lembaga pemerintahan — siapa pun berada di balik jabatan itu. • Politisi memang dapat me-impeach kepala daerah, tapi, wartawan hanya mengumpulkan informasi/fakta/data/dokumen/keterangan selengkapnya dan media memberitakannya.
Kepentingan Wartawan • Wartawan/media memberitakan dan atau memuat tulisan yang mengeritik — sejauh mengacu pada bab-pasal peraturan perundangan/kebijakan baku, belum tentu diterima dan dapat dituding “wartawan/media punya kepentingan”.