310 likes | 623 Views
Bagian 1 – Sebelum UTS materi ini dapat diunduh di www.ebpaa.yolasite.com. Etika Bisnis dan Profesi. Prinsip umum dari “ Etika Bisnis dan Profesi ” adalah bahwa aktivitas bisnis dan Profesi tidak boleh merugikan siapapun , melainkan harus menguntungkan semua fihak .
E N D
Bagian 1 – Sebelum UTS materi ini dapat diunduh diwww.ebpaa.yolasite.com
Etika Bisnis dan Profesi Prinsip umumdari “EtikaBisnis dan Profesi” adalahbahwaaktivitasbisnisdan Profesi tidakbolehmerugikansiapapun, melainkan harus menguntungkansemuafihak. Melalui penerapan “Etika Bisnis dan Profesi” secara tepat, keberhasilan serta keberlangsungan bisnis dan profesi akan lebih bisa terjamin.
Etika Bisnis dan Profesi EtikaberasaldaridarikataYunani ‘Ethos’ (jamak – taetha), berartiadatistiadat. Etikaberkaitandengankebiasaanhidup yang baik, baikpadadiriseseorangmaupunpadasuatumasyarakat. Etikaberkaitandengannilai-nilai, tatacarahidupygbaik, aturanhidupygbaikdansegalakebiasaanygdianutdandiwariskandarisatuorangkeorang yang lain ataudarisatugenerasikegenerasiyg lain.
Etika Bisnis dan Profesi Etikadapatdirumuskansebagairefleksikritisdanrasionalmengenai: Nilaidannormatentang perilaku hidup yang baik. Nilaidannorma moral yang umumditerima EtikatidaksamadenganEtiket. Etikethanyamenyangkutperilakulahiriah yang menyangkutsopansantunatautatakrama.
Etika Bisnis dan Profesi Etika dapat juga dimaknai sebagai standar tentang “baik” dan “buruk”, yang merupakan lawan dari “benar” dan “salah.” benar belum tentu baik, salah belum tentu buruk. Landasan “baik” dan “buruk” adalah prinsip-prinsip etika/moralitas.
Etika Bisnis dan Profesi Moralitasberasaldarikata Latin Mos (jamak – Mores) berartiadatistiadatataukebiasaan. Pengertianharfiahdarietikadanmoralitas, sama-samaberartisistemnilaitentangbagaimanamanusiaharushidupbaiksebagaimanusia yang telahdiinstitusionalisasikandalamsebuahadatkebiasaan yang kemudianterwujuddalampolaperilaku yang ajekdanterulangdalamkurunwaktu yang lama sebagaimanalaiknyasebuahkebiasaan
Etika Bisnis dan Profesi Norma memberipedomantentangbagaimanakitaharushidupdanbertindaksecarabaikdantepat, sekaligusmenjadidasarbagipenilaianmengenaibaikburuknyaperilakudantindakankita. Macam Norma : Norma Khusus Norma Umum Norma Sopansantun Norma Hukum Norma Moral
Etika Bisnis dan Profesi Norma-normaKhususadalahaturan yang berlakudalambidangkegiatanataukehidupankhusus, misalnyaaturanolah raga, aturanpendidikandan lain-lain Norma-normaUmumsebaliknyalebihbersifatumumdansampaipadatingkattertentubolehdikatakanbersifat universal. Norma SopanSantun/Norma Etiketadalahnorma yang mengaturpolaperilakudansikaplahiriah dalam pergaulansehari-hari
Etika Bisnis dan Profesi Norma Hukumadalahnorma yang dituntutkeberlakuannyasecarategasolehmasyarakatkarenadianggappenting demikeselamatandankesejahteraanmanusiadalamkehidupanbermasyarakat. Norma hukuminimencerminkanharapan, keinginandankeyakinanseluruhanggotamasyarakattentangbagaimanahidupbermasyarakatyangbaikdanbagaimanamasyarakatharusdiatursecarabaik.
Prinsip-prinsip Etika Rekan Sekerja Keyakinan Agama Budaya Daerah Keluarga Profesi Individu Kesadaran Sahabat Pimpinan Hukum Masyarakat Umum Sumber Norma Etika
Prinsip-prinsip Etika Etika dan Hukum Hukum secara umum sering hanya merepresentasikan etika pada level minimum. Etika sering merepresentasikan standar yang melampaui ketentuan legal. Contoh: Job description vs policy statements Tugas teknis kasir vs sikap kasir terhadap nasabah
Prinsip-prinsip Etika Dalam kaitannya dengan hukum (legal), terdapat dua poin penting tentang etika: Sesuatu mungkin legal, tetapi tidak etis (benar). Sesuatu mungkin etis (benar), tetapi tidak legal.
Prinsip-prinsip Etika Framework dalam membuat penilaian tentang etika: Dalam membuat penilaian tentang etis tidaknya suatu perilaku atau tindakan, dapat digunakan rerangka atau framework sebagai berikut: Perilaku atau tindakan yang telah dilakukan Keberterimaan Etika/Norma Yang Berlaku Bandingkan Pertimbangan Nilai dan Persepsi Pengamat/Observer
Prinsip-prinsip Etika Gradasi Etika Z Standar Praktik Profesional X Standar Ego Y Standar Legal Z+ Standar Integritas Moral/Etika Tingkat Rendah Moral/Etika Tingkat Tinggi
Prinsip-prinsip Etika Etika, Ekonomi, dan Hukum Area 1: Lanjutkan Menguntungkan, Etis, Legal Etika 3 Hukum 1 2a 2b Area 2a: Lanjutkan – Hati-hati Menguntungkan, Legal Ekonomi Area 2b: Lanjutkan – Hati-hati Menguntungkan, Etis Area 3: Cari jalan untuk meraih untung Etis, legal, tetapi tidak menguntungkan
Teori Etika • Teori Teleologi • EgoismeEtis • Utilitarianisme • Utilitarianisme Perbuatan (Act Utilitarianism) • Utilitarianisme Aturan (Rule Utilitarianism) • Teori Deontologi • Teori Hak • Teori Keutamaan (Virtue)
Teori Etika a. EtikaTeleologi Dari kata Yunani, telos = tujuan, Mengukurbaikburuknyasuatutindakanberdasarkantujuan yang ingin dicapaidengantindakanitu, atauberdasarkanakibat yang ditimbulkanolehtindakanitu.
Teori Etika EgoismeEtis Intipandanganegoismeadalahbahwatindakandarisetiaporangpadadasarnyabertujuanuntukmengejar kepentingan pribadidanmemajukandirinyasendiri. Egoismeiniakan menjadipersoalanseriusketikaiacenderungmenjadihedonistis, jangka pendek, dan tidak memahami bahwa kebehasilan pribadi sangat ditentukan oleh dukungan dan ketepatan perlakukan terhadap orang lain.
Teori Etika Utilitarianisme berasal dari bahasa latin utilis yang berarti “bermanfaat”. Suatu perbuatan adalah baik jika membawa manfaat, tapi manfaat itu harus menyangkut bukan saja satu dua orang melainkan masyarakat sebagai keseluruhan. Kriteria untuk menentukan baik buruknya suatu perbuatan adalah “the greatest happiness of the greatest number”, kebahagiaan bagi orang banyak.
Teori Etika Utilitarianisme Perbuatan (Act Utilitarianism) Prinsip dasar etika adalah perbuatan yang memberikan manfaat bagi orang banyak, tanpa memperhatikan berbagai aturan yang berlaku. Utilitarianisme Aturan (Rule Utilitarianism) Etika yang tujuannya untuk memberi manfaat bagi orang banyak, dijalankan secara terbatas berdasarkan justifikasi aturan-aturan moral.
Teori Etika Teori Deontologi Istilah deontologi berasal dari kata Yunani ‘deon’ yang berarti kewajiban. Baik buruknya atau etis tidaknya perbuatan didasarkan pada kewajiban. Sesuatu yang diwajibkan adalah baik/etis, dan yang tidak diwajibkan mungkin tidak baik/etis.
Teori Etika Teori Hak Teori Hak adalah bagian dari teori deontologi, karena berkaitan dengan kewajiban. Untuk mendapatkan hak harus dipenuhi kewajiban. Teori Keutamaan (Virtue) Etika diukur dari sisi keutamaan, seperti keramahan, kejujuran, keadilan, kepercayaan, keuletan, loyalitas, rasa hormat dan rasa malu
Dilema Etika Dilema etika adalah situasi ketika seseorang dihadapkan pada keputusan yang saling berbenturan kepentingan, misalnya: Meninggalkan opsi keputusan yang sama-sama “benar” tidak terselesaikan. Keputusan akan menyisakan sesuatu yang “buruk” atau tidak menyenangkan.
Dilema Etika Pilihan keputusan berbenturan dengan prinsip-prinsip etika seseorang/golongan. Keputusan berbenturan dengan nilai-nilai etika komunitas atau masyarakat.
Dilema Etika Alternatif solusi dilema etika Langkah I:Analisis konsekuensi keputusan. Siapa yang dibantu? Siapa dirugikan? Apa manfaat atau kerugian dari pilihan keputusan?
Dilema Etika Langkah II:Analisis tindakan/pilihan keputusan. Bagaimana keputusan diukur berdasarkan ukuran nilai etika Anda (pengambil keputusan)? Jika terjadi perbedaan opini antar grup, bagaimana perbedaan tersebut akan diselesaikan? Langkah III:Membuat keputusan.
Dilema Etika Argumentasi Etika Memahami informasi yang tersedia untuk menyelesaikan dilema etika dan membuat kesimpulan berdasarkan informasi, sesuai dengan standar etika yang kita dimiliki. Lawrence Kohlberg mengembangkan framework (rerangka) tentang cara mengembangkan argumen etika untuk mengatasi berbagai problem dilema etika.
Dilema Etika Kohlberg menawarkan 3 level framework Preconventional Level terendah pengembangan etika moral; berhubungan dengan penghargaan dan hukuman/sanksi.
Dilema Etika Conventional Seseorang menjadi sadar terhadap etika moral yang lebih luas dari pengalaman etika moral di level keluarga. Post-conventional Pada level yang lebih tinggi,seseorang mampu mendefinisikan dan mengaktualisasikan nilai-nilai moralitas berdasarkan wawasan dan pengalamannya, tidak sekedar merefleksikan nilai-nilai moralitas golongan atau grup tertentu.