330 likes | 685 Views
INTRODUKSI AGENS HAYATI INDIGENUS UNTUK MEMPRODUKSI PUPUK ORGANIK IN SITU BERKUALITAS DALAM UPAYA PENINGKATAN HASIL TANAMAN RAMAH LINGKUNGAN. Prof. Dr. Ir. Eti Farda Husin MS. Prof. Dr. Sc. Agr. Trimurti Habazar Prof. Dr. Ir. Helmi M.Sc. Dr. Ir. Nurbailis MS.
E N D
INTRODUKSI AGENS HAYATI INDIGENUS UNTUK MEMPRODUKSI PUPUK ORGANIK IN SITU BERKUALITAS DALAM UPAYA PENINGKATAN HASIL TANAMAN RAMAH LINGKUNGAN Prof. Dr. Ir. Eti Farda Husin MS. Prof. Dr. Sc. Agr. Trimurti Habazar Prof. Dr. Ir. Helmi M.Sc. Dr. Ir. Nurbailis MS *Makalah disampaikan dalam Seminar Hasil Penelitian Strategis Nasional th. 2009 di Padang tgl. 22Desember 2009 **Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Andalas
I. PENDAHULUAN Teknologi proses produksi pertanian dalam Revolusi Hijau: • Dampak negatif • lingkungan (jeleknyasifatfisisdankimiatanah) , • kesehatan • Ketergantunganthdproduk • Kualitasproduktdkbersaing • ekonomi petani Dampak negatif Penggunaan input produksi eksternal al. pupuk sintetik
KONDISI UMUM SAAT INI :…………………………... PUPUK AN ORGANIK JERAMI DIBUANG/DI-BAKAR ....!!!!! DAMPAKNYA Berkurangnya keragaman Hayati dalam tanah Pencemaran lingkungan Kerusakan sifat fisis dan kimia tabah
Alternatif • Input produksi: • Aman • Ramah lingkungan • Pengoptimalansumberdayalokal (indigenus) • Pendapatan meningkat • Lingkungan aman • Kualitas produk meningkat • Penurunan biaya produksi
Pupuk organik alami • Introduksi dengan dekomposer • Proses: • membutuhkanwaktu 3-4 bulan • Proses: • dipercepatjadi 3-4 minggu • Berfungsi Ganda: • peningkatan kualitas tanah • Produksi ZPT • Dpt mengndalikan penyakit tanaman • Bakteri (Bacillus) • Jamur (Trichoderma, Aspergillus )
Tujuan • Memperoleh formula mikroorganisme indigenus unggul sebagai starter dekomposisi bahan organik (padat dan cair) dan uji coba kestabilannya sebagai dekomposer. • Mendapatkan jenis pupuk organik hasil dekomposisi menggunakan starter formula mikroorganisme indigenuspada beberapa jenis tanaman di lapngan (cabai, bawang merah, padi)
Metoda Tahap 1: Formulasi mikroorganisme indigenus sebagai starter dekomposisi bahan organik (padat dan cair) dan uji coba kestabilannya sebagai dekomposer.
1.1. Perbanyakan Isolat bakteri 1 koloni tunggal diinkubasi pada shaker 1x24 jam digores pada medium Nutrien Agar (NA) dan diinkubasi 2 x 24 jam 50 ml Nutrien Broth (NB) (Preculture) Jaiman II Rp1 1 ml preculture Dibandingkan kekeruhannya dengan larutan Mc Farland 108 sel /ml Air kelapa 200 ml (mainculture) diinkubasi pada shaker 3x24 jam; 200 rpm
1.2. Perbanyakan Isolat jamur 1 koloni tunggal diinkubasi pada shaker 1x24 jam diremajakan pada medium Potato Dextrose Agar (PDA) dan diinkubasi 3 x 24 jam 50 ml Potato Dextrose Broth (PDB) (Preculture) 1 ml preculture Air kelapa 200 ml (mainculture) diinkubasi pada shaker 3x24 jam; 200 rpm
1.2. Formulasi Isolat Mikroba Dekomposer + 5 % sukrosa, dicampurkan, disterilkan Tepung talk 100 g Tepung tapioka 100 g Tanah gambut 100 g Formula • ditambahkan suspensi 20 ml/kg bahan pembawa dekomposer: • jamur (10 6 konidia/ml) • Bakteri (10 8 CFU/ml) Tanah gambut Tepung talk Tepung tapioka
1.3. Dekomposisi jerami dengan Formula Isolat Mikroba Dekomposer Formula isolat mikroba dekomposer • Pengamatan • populasi mo/g • Analisis unsur hara
2. Uji coba penggunaan pupuk organik hasil dekomposisi dengan mikroorganisme indigenus untuk peningkatan pertumbuhan dan hasil beberapa jenis tanaman di rumah kaca • Dirancang dalam bentuk Faktorial dalam Rancangan acak Lengkap dengan 2 ulangan: • pupuk organik dengan formula isolat mikroorganisme (5 isolat + kontrol) • dosis pupuk organik (0, 10,20 ton/ha) • Dosis pupuk buatan (0 dan dosis rekomendasi untuk masing2 jenis tanaman)
Jenis tanaman yang diuji • cabai • Jagung • Bawang merah
Tabel 1. Kepadatan populasi isolat jamur dan bakteri yang diformulasi dengan tepung talcum setelah pengomposan (3 minggu setelah inkubasi) Hasil 1: Formulasi mikroorganisme indigenus sebagai starter dekomposisi bahan organik (padat dan cair) dan uji coba kestabilannya sebagai dekomposer.
Tabel 1. Kepadatan populasi isolat jamur dan bakteri yang diformulasi dengan tepung talcum setelah pengomposan (3 minggu setelah inkubasi)
Tabel 2. Analisis hara kompos jerami yang difermentasi dengan formula/isolat jamur dan bakteri indigenus (3 minggu setelah inkubasi)
2. Uji penggunaan pupuk organik hasil dekomposisi dengan mikroorganisme indigenus untuk peningkatan pertumbuhan tanaman 2.1. Tanaman bawang Tabel 3. Tinggi tanaman bawang setelah dipupuk dengan kompos menggunkan formula isolat jamur/bakteri terpilih (4 mst)
Gambar 3. Pertumbuhan tanaman bawang (4 minggu setelah tanam, mst) yang diaplikasi dengan kompos yang difermentasi dengan formula isolat mikroorganisme indigenus. A5B1C2. Tanaman yang diaplikasi dengan kompos yang difermentasi dengan formula Bacillus sp. 10 ton/ha tanpa pupuk anorganik. A1B2C2. Tanaman yang diaplikasi dengan kompos yang difermentasi secara alami 10 ton/ha dengan pupuk anorganik ½ rekomendasi. A4B1C1. Tanaman tanpa kompos dan tanpa pupuk anorganik.
Tabel 4. Jumlah daun bawang setelah dipupuk dengan kompos menggunkan formula isolat jamur/bakteri terpilih (4 minggu setelah tanam, mst)
2.2. Tanaman jagung Tabel 5. Tinggi tanaman jagung setelah dipupuk dengan kompos menggunkan formula isolat jamur/bakteri terpilih (4 minggu setelah tanam, mst)
A1B2C2 A2B2C2 A1B1C1 A3B1C2 A4B1C2 A1B1C1 Gambar 6. Pertumbuhan tanaman jagung (4 mst) yang diaplikasi dengan kompos yang difermentasi dengan formula isolat mikroorganisme indigenus. A1B2C2. Tanaman yang diaplikasi dengan kompos alami 10 ton/ha dan pupuk anorganik ½ rekomendasi. A2B2C2. Tanaman yang diaplikasi dengan kompos yang difermentasi dengan Trichoderma sp 10 ton/ha dengan pupuk anorganik ½ rekomendasi. A1B1C1. Tanaman tanpa kompos dan tanpa pupuk anorganik. A3B1C2. Tanaman yang diaplikasi tanpa kompos dengan pupuk anorganik ½ rekomendasi.A4B1C2. Tanaman yang diaplikasi dengan kompos yang difermentasi dengan Trichoderma sp 10 ton/ha dengan pupuk anorganik ½ rekomendasi. A1B1C1. Tanaman tanpa kompos dan tanpa pupuk anorganik.
Tabel 6. Jumlah daun jagung setelah dipupuk dengan kompos menggunkan formula isolat jamur/bakteri terpilih (4 minggu setelah tanam, mst)
2.3. Cabai Tabel 7. Tinggi tanaman cabai setelah dipupuk dengan kompos menggunkan formula isolat jamur/bakteri terpilih (4 minggu setelah tanam, mst)
A2B1C2 A4B2C2 A5B1C2 A3B2C1 Gambar 7. Pertumbuhan tanaman cabai (4 mst) yang diaplikasi dengan kompos yang difermentasi dengan formula isolat mikroorganisme indigenus. A2B1C2. Tanaman yang diaplikasi tanpa kompos dan pupuk anorganik ½ rekomendasi. A4B2C2. Tanaman yang diaplikasi dengan kompos yang difermentasi dengan formula Aspergillus dari sayuran dengan pupuk anorganik ½ rekomendasi. A5B1C2. Tanaman yang diaplikasi dengan pupuk anorganik ½ rekomendasi. A3B2C1. Tanaman yang diaplikasi dengan kompos yang difermentasi dengan formula Aspergillus sp. dari jerami 10 ton/ha tanpa pupuk anorganik.
Tabel 8. Jumlah daun cabai setelah dipupuk dengan kompos menggunkan formula isolat jamur/bakteri terpilih (4 minggu setelah tanam, mst)
Kesimpulan • Bahan pembawa terbaik untuk formulasi mikroorganisme dalam pengomposan adalah tepung tapioka. • Semakin tinggi dosis kompos yang diberikan terlihat tidak cendrung meningkatkan tinggi tanaman bawang, malahan pada dosis 20 ton/ha terjadi penurunan. Pertumbuhan tanaman bawang yang terbaik adalah yang diberi kompos yang difermentasi dengan formula Bacillus sp. dengan takaran 10 ton/ha tanpa pupuk anorganik. • Pertumbuhan tanaman jagung yang terbaik adalah yang diaplikasi dengan kompos alami dengan takaran 10 ton/ha (140 cm), yang diaplikasi dengan pupuk anorganik ½ rekomendasi tanpa kompos (138,5 cm) dan yang diaplikasi dengan kompos yang difermentasi dengan formula isolat Aspergillus sp tanpa pupuk anorganik (137,5 cm). • Pertumbuhan cabai yang terbaik adalah yang diaplikasi dengan pupuk anorganik ½ rekomendasi tanpa kompos (44,0 cm). Kondisi yang hampir sama terlihat pada tanaman yang diaplikasi dengan kompos yang difermentasi secara alami dan pupuk anorganik ½ rekomendasi tanpa kompos (39,5 cm).