540 likes | 2.09k Views
TEKNOLOGI PENGOLAHAN BAHAN PAKAN KONSENTRAT TEPUNG IKAN. Eko Widodo. ILMU DAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN BAHAN PAKAN FAPET - UB 2010. PeNDAHULUAN. Tepung ikan adalah produk berkadar air rendah yang diperoleh dari penggilingan ikan , baik ikan segar maupun limbah ikan.
E N D
TEKNOLOGI PENGOLAHANBAHAN PAKAN KONSENTRAT TEPUNG IKAN Eko Widodo ILMU DAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN BAHAN PAKAN FAPET - UB 2010
PeNDAHULUAN • Tepung ikan adalah produk berkadar air rendah yang diperoleh daripenggilingan ikan, baik ikan segar maupun limbah ikan. • Tepung ikan mengandung protein, mineral dan vitamin B. Protein ikan terdiri dari asam amino yang tidak terdapat pada tumbuhan. • Tepung ikan merupakan elemen terpenting dari makanan ternak yang dibutuhkan untuk merangsang pertumbuhan daging. Tepung ikan juga disebut sebagai unidentified growth factor (UGF) yang sulit digantikan oleh bahan lain, khususnya untuk pakan ternak IPTEK Pengolahan Bahan Pakan
NILAI GIZI • Air 6-100 % • Lemak 5-12 % • Protein 60-75 % • Abu 10-20 % • Selain itu karena dibuat dari kepala dan duri ikan maka tepung ikan juga mengandung : Ca fosfat , Seng , Yodium , Besi , Timah , Mangan , Kobalt , Vitamin B 2 dan B 3 IPTEK Pengolahan Bahan Pakan
Bahan Baku Tepung Ikan • Limbah ikan dari industri pengalengan ikan • Ikan kurus: ikan-ikan kecil misalnya teri ( Solepherus sp ) • Ikan gemuk: ikan petek ( Leioguanathus sp ) IPTEK Pengolahan Bahan Pakan
PERALATAN • Penggiling ikan. Alat ini digunakan untuk menggiling ikan basah dan buburkering ikan. 2) Alat pengering. Alat ini digunakan untuk mengeringkan ikan sehingga kadarair mencapai 8%. 3) Alat press. Alat ini digunakan untuk mempres ikan kering sehinga sebagianlemaknya keluar. IPTEK Pengolahan Bahan Pakan
CARA PEMBUATAN 1) Penggilingan Ikan Basah a.Pengilingan Ikan Basah Pengilingan ikan basah dilakukan terhadap ikan yang berukuran sedang digiling dan besar. Ikan-ikan yang berukuran kecil (ter) tidak harus, dan proses ini tidak harus dilakukan. b. Ikan berukuran sedang dan besar, perlu dibuang jeroannya, dan dicuci.Sedangkan untuk ikan yang berukuran kecil, pembuangan jeroan dan pencucian tidak perlu dilakukan. c. Ikan digiling dengan penggiling ulir sehingga diperoleh bubur mentah ikan IPTEK Pengolahan Bahan Pakan
2) Pengukusan. Bubur ikan atau ikan kecil dikukus dengan uap panas selama 1 jam sehinggabubur atau ikan kecil menjadi matang secara sempurna. Ketikaikandipanaskan, sebagianbesar air danminyakakanhilang. 3) Pengeringan Buburmatangikandikeringkandenganalatpengeringsampaikadar air sekitar 8%. Hasilpengeringandisebut cake keringikan. Cake keringikanmempunyaikadarlemaktinggi (diatas 30%). 4) Pemerasan Minyak Cake kering ikan diperas dengan alat pres sehingga sebagian dari minyakkeluar. IPTEK Pengolahan Bahan Pakan
5) Penggilingan Cake Cake yang telah dipres digiling dengan mesin penggiling sehingga diperolehtepung ikan yang cukup halus (lolos ayakan 40-60 mesh). 6) Pengemasan Tepung ikan dikemas di dalam karung plastik atau di dalam wadah yang kedap uap air. Sebelum pengemasan, kadar air tepung harus di bawah 8%. Bisa juga disimpan di dalam silo. IPTEK Pengolahan Bahan Pakan
PROSES PEMBUATAN BUNGKIL PRESSING (Pengepresan Mekanis) terjadi sangat kuat, sehingga suhu tinggi, terjadi pemecahan sel-sel lemak, pencairan minyak, kerusakan protein lebih besar, kandungan lemak tinggi (5-10%) Ada 2 cara pengepresan : Hydraulic Pressing Biji digiling, dipanaskan, dibungkus kain,lalu ditempatkan pada tempat pengepresan Screw Pressing Biji ditekan oleh screw yang berjalan melaluipipa dengan lubang yang mengecil kearah pengeluaran akhir. SOLVENT (Ekstraksi dengan pelarut kimia) Hasil lebih sempurna dari pengepresan, kadar lemak dlm bungkil 2% 3. Pengepresan (mekanis) dilanjutkan dengan ekstraksi kimia. kadar lemak 1%
Gudang penyimpanan Persiapan pengo- lahan bungkil Ekstraksi mekanis Ekstraksi kimiawi Bungkil Minyak kasar Gudang penyimpanan Tangki penyimpanan Gambar. Diagram Pembuatan Bungkil
UPAYA MENINGKATKAN NILAI NUTRISI 1. Perlakuan Kimiawi : • Formaldehid (HCHO) : melindungi protein terdapat degradasi di dalam rumen, tetapidapat dipecah oleh keasaman dao abomasum dan dihidrolisis oleh enzim di usus. Aldehid dapat bereaksi dengan protein pada kondisi pH netral. reaksi terjadi antara aldehid dengan gugus amino terminal dan gugus amida primer dari asparagin dan glutamin, gugus E-amino lisin dan gugus δ- guanidil dari arginin. Untuk mencegah proteksi protein yang berlebihan penggunaan formaldehid yang optimal 2%. Beberapa hasil penelitian : • De Peter et al. (1985) bahwa penurunan kelarutan protein dalam larutan bufer selama 24 jam 3,90%, dalam air 73,50%. • Hume (1974) proporsi protein yang dapat melewati rumen pada bungkil kedelai 61% (formaldehid), 37% (tanpa perlakuan) • Widyobroto et al. (1994), bungkil kedelai diberi perlakuan formaldehid 0,60% degradasi BO 58%, tanpa perlakuan 63%
OH O OH OH OH HO • Tanin mempunyai Banyak gugus OH fenolat, oleh karena itu disebut polifenol. Mempunyai kemampuan mengendapkan protein, karena mengandung sejumlah gugus fungsional yang membentuk senyawa komplek protein-taninyang kuat melalui ikatan hidrogen yang dipengaruhi pH dan sulit dipecah karena ikatan kovalen (oksidasi parsial gugus fenolik) Tanin dikelompokkan menjadi 2 : • Tanin terkondensasi (flavolans) Merupakan polimer (BM 100 - > 20000) catechin (senyawa fenol flavoid). Tidak dapat dihidrolisa oleh asam atau enzim. Stabil pada pH dibawah netral (<7,0) dan mememah pada pH >8,0 Catechin
OH OH HO O O O OH OH OH OH C HO OH OH OH HO HO HO Asam Galat • Tanin Terhodrolisa (Hidrolisable Tanin) Ada 2 : gallotannin & ellagitanin Senyawa poliester dari asam galat dan senyawa fenolik lain derivat dari asam galat. Stabil pada pH 3-4, mmelah pada pH >5,0 Condensed Tanin
Kecernaan protein dapat ditingkatkan dengan penambahan senyawa pengikat protein PEG (Polyethylene Glycol). Karena adanya gugus polar pada molekulnya maka tanin larut pada pelarut polar yaitu air dan tidak larut pada pelarut non-polar seperti kloroform, tetapi sedikit larut pada pelarut intermedier yaitu asetat. Hasil penelitian : Drieger dan Hatfeild (1972), bungkil kedelai yang diberi 10% asam tanat dapat menurunkan degradasi secara in-vitro 90% dari kontrol dan secara in-vivo pada domba dapat meningkatkan sfisiensi pakan dan retensi N. • Perlakuan Pemanasan Dapat menurunkan kelarutan dan degradasi. Dapat menginaktifkan asam siklopropenoat (asam sterkulat dan malvalat) dan gosipol. Terjadi perubahan kimiawi karena terjadi reaksi dengan senyawa lain atau dengan senyawa di dalam molekulnya sendiri. Menurut Van Soest (1994) dalam proses pemanasan terjadi reaksi Maillard, yaitu • Kondensasi gugus amino dengan karbonil dan dehidroredukton dari karbohidrat
Pendahuluan • Ketergantungan bahan pakan dari LN • Jagung, Bungkil kedelai, Tepung ikan => bahan utama formula pakan unggas • Kompetisi internasional : food – feed –fuel • Perlu strategi subsitusi dengan bahan pakan lokal (produksi DN) • Bahan pakan lokal : => jumlah, mutu, kontinyu, harga ?
Bahan pakan lokal • Sebagai negara tropik, jumlah dan jenis vegetasi spesifik negara tropis melimpah • Tanaman legum pohon dan vegetasi tropikal lainnya, menghasilkan daun-daunan yang dapat dipergunakan sebagai bahan pakan. • Protein leaf meal / tepung daun : sebagai bahan pakan lokal potensial • Potensi : jumlah produksi, sebaran wilayah, nilai nutrisi, kemudahan proses produksi dan koleksi => singkong, lamtoro, rami,…
Daun rami • Nilai nutrisi tinggi : PK 18 – 25% • Limbah pengolahan serat rami 90%
Daun lamtoro • Nilai nutrisi tinggi : PK 18 – 22% • Terdapat anti nutrisi (mimosin) • Penggunaan dalam ransum + 5%
Daun Singkong • Nilai nutrisi : PK 18 – 30% • Penggunaan 5 – 10% • Perlu suplementasi asam amino
Formula pakan unggas • Sumber energi (jagung, bekatul, pollard, minyak…) => 55 – 65% • Sumber protein (SBM, CGM, FM,…) => 30 – 40% • Mineral (BM, Calcite, NaCl,…) • Vitamin dan Additive Penggunaan tepung daun : 5 – 15%
Tabel 2. Komposisi asam amino TDS (mg/g BK ; Wyllie & Chamanga, 1979)
Tabel 3. Penggunaan TDS (daun dan tangkai daun) dalam pakan broiler
Tabel 3. Penggunaan TDS (daun dan tangkai daun) dalam pakan broiler
Upaya pengembangan • Tepung daun, potensial sebagai bahan pakan unggas (egg yolk coloring agent) • Kendala : khemis, teknis, ekonomis • Perlu penumbuhan usaha baru produksi tepung daun dengan dukungan pemerintah (modal, pembinaan) Bagaimana menumbuhkan usaha baru ?
Penutup • Penggunaan tepung daun dalam ransum unggas 5 – 15%, dapat menggantikan sumber protein maksimal 30% • Perlu diimbangi dengan suplemen (asam-asam amino)