250 likes | 408 Views
PENGEMBANGAN PENYAJIAN. Salah satu cara untuk mencapai potensi yang maksimal bukan hanya berdasarkan pendidikan Melainkan mengebangkan kemampuan dalam studi mandiri dan berkelanjutan Serta menyerap berbagai Ilmu yg teoritis & praktis. PENGEMBANGAN PENYAJIAN. Orang dapat dengan
E N D
PENGEMBANGAN PENYAJIAN Salah satu cara untuk mencapai potensi yang maksimal bukan hanya berdasarkan pendidikan Melainkan mengebangkan kemampuan dalam studi mandiri dan berkelanjutan Serta menyerap berbagai Ilmu yg teoritis & praktis.
PENGEMBANGAN PENYAJIAN Orang dapat dengan mudah mempelajari mata kuliah Homiletika atau ekspositoris, tetapi ia tidak menjadi pengkotbah efektif jika pasif dan tidak mengembangkan kemampuan atau ketrampilan berkotbah.
PENGEMBANGAN PENYAJIAN Bagian yang harus dilatih dan dikembangkan dalam komunikasi kotbah adalah : Dimensi, Cakrawala, Pusat/ Center, Antusias, Empati, Humor, dan Gaya ( Style ). Hal ini yg harus dikembangkan secara pribadi.
I. DIMENSI. Dimensi adalah sudut atau cara pandang pengkotbah terhadap Teks Firman Tuhan atau pokok Utama Kotbah. Ia memiliki cara pandang yang berbeda dengan pengkotbah lain. Contoh : Ayat yg dibaca…
I. DIMENSI. Seorang pendengar mengomentari kotbah dan berkata : “ Ayat ini sudah sering saya baca dan dengar dalam kotbah dimimbar gereja, tetapi pengkotbah ini menjelaskan dg cara dan sudut yang berbeda “
I. DIMENSI. Usahakanlah melihat Teks atau pokok utama kotbah dari berbagai dimensi untuk memperkaya penemuan makna teks. Pilih sudut pandang yang jarang dilihat oleh orang lain, shg pendengar ikut melihat teks itu dengan cara berbeda.
II. CAKRAWALA. Arti yg terkandung dalam kata Cakrawala adalah uraian luas bagai cakrawala yang membentang dari ujung sana ke ujung yang lain, sehingga setiap mata dapat memandangnya dengan jelas.
II. CAKRAWALA. Apapun pilihan teks yang diambil, lihatlah setiap orang dengan latar belakang pendidikan, iman, kesetiaan, persoalan yang berbeda dalam memahami teks. Inilah titik tolak seorang pengkotbah menguraikan.
III. CENTER / PUSAT. Dalam sebuah komunikasi atau kotbah selalu ada pusat / pokok. Pengkotbah yang membosankan selalu membicarakan diri sendiri kesaksian, ilustrasi acuannya selalu tertuju pada diri sendiri ( Hal yg tidak baik ).
III. CENTER / PUSAT. Pusat Kotbah : • Allah dan Firman-Nya. • Yesus Kristus. • Roh Kudus. • Kebenaran FirmanNya. • Pribadi dlm Alkitab. • Kuasa & Mujizat-Nya. • Kasih & Pengorban. • Pengajaran Kristus.
III. CENTER / PUSAT. Kotbah yang berpusat pada Karya Allah akan menolong pendengarnya untuk makin mencintai Tuhan dan bersimpuh dengan hormat kepada Dia, karena mengetahui karya dan KasihNya bagi Kita semua.
III. CENTER / PUSAT. Teruslah menyelidiki Alkitab secara rinci, Tahap demi tahap, Konsisten, dengan kesetiaan dan kerendahan hati maka Anda akan memperoleh kebenaran secara mendalam dan komprehensif.
IV. ANTUSIAS. Kata Antusias / bergairah berasal dari bahsa Yunani ‘ en theos ‘ artinya “ dalam Tuhan “. Orang yang berada dalam Tuhan dan Tuhan berada didalamnya akan menghasilkan kehidupan yang penuh dg dinamika, gairah, semangat hidup.
IV. ANTUSIAS. Hidupnya selalu antusias dalam Tuhan untuk berkotbah, pengkotbah yang loyo, tidak bergairah, murung, tidak bersemangat, pesimis, tidak optimis, putus asa saat menyampaikan kotbahnya.
IV. ANTUSIAS. Semangat jemaat akan terbakar untuk mendengar dan menerapkan kotbah yang antusias. Pengkotbah yang efektif harus memiliki sikap senantiasa bergairah, hasil hubungan dengan Tuhan.
V. EMPATI. Orator dizaman romawi berpendapat bahwa pendengar akan mendengarkan dengan penuh perhatian berita ( Logos ) pembicara jika pendengar melihat etika ( Ethos ) dan merasakan Pathos ( Empati ) pembicara.
V. EMPATI. Etika dan empati menjadi bukti kongkret dimata jemaat bahwa pembicara tidak hanya pandai berbicara dan tidak bisa menerapkan dalam kehidupan nyata. Yesus memiliki empati yg dapat dirasakan oleh orang.
VI. HUMOR. Para pendengar firman memiliki kesamaan saat mendengar sesuatu yang lucu. Orang tua / muda, kaya, miskin, intelek atau awam, kota atau desa semua menyukai humor. Kesamaannya adalah tertawa saat ada yg lucu.
VI. HUMOR. Pengkotbah yang disukai banyak orang mampu menguraikan kebenaran firman Tuhan dengan jelas, mudah dipahami, dan menarik. Pengkotbah harus ingat dirinya bukan pelawak tetapi pemberita Injil.
VI. HUMOR. Kemampuan menemukan dan menyajikan humor harus terus dikembangkan untuk mendukung penyampaian kotbah. Humor dapat ditemukan dari pengalaman, dongeng, imajinasi atau peristiwa.
VI. HUMOR. Tingkat keberhasilan pemakaian humor ditentukan oleh “ cara penyajiannya “ bukan sumbernya. Seorang pengkotbah yang baik akan menempatkan humor pada saat, subjek dan pendengar yang tepat.
VII. STYLE. Nasehat orang bijak kepada pengkotbah adalah “ Be yourself “. Kecenderungan seorang pengkotbah adalah meniru gaya dari pengkotbah Idolanya. Mereka berjuang untuk meniru idolanya.
VII. STYLE. Mereka menjiplak persis volume, tekanan, gaya dan intonasi suaranya. Memfoto copy gaya dan mimik muka, ekspresi ketika mengkisahkan suatu cerita bahkan gaya berpakaian, sepatu, rambut dan kacamata.
VII. STYLE. Tidak bijaksana meniru spt itu, menjadi imitasi pengkotbah lain adalah tindakan gegabah, krn setiap anak Tuhan memiliki kepribadian, Karunia, latar belakang. Jadilah dirimu sendiri dg karakter & karunia Tuhan.