140 likes | 627 Views
LIMBAH CAIR INDUSTRI KAKAO SEBAGAI BAHAN PEMBUAT NATA. Nama : Tubagus Banurusman Bisva NIM :41612010039. Data Jurnal. Judul : LIMBAH CAIR INDUSTRI KAKAO SEBAGAI BAHAN PEMBUAT NATA Nama Penulis:YUNIANTA
E N D
LIMBAH CAIR INDUSTRI KAKAO SEBAGAI BAHAN PEMBUATNATA Nama :TubagusBanurusmanBisva NIM :41612010039
Data Jurnal • Judul :LIMBAH CAIR INDUSTRI KAKAO SEBAGAI BAHAN PEMBUATNATA • NamaPenulis:YUNIANTA • Sumber/Link Jurnal:http://ejournal.umm.ac.id/index.php/industri/article/view/537
Abstrak • Penelitianiniditujukanuntukmemanfaatkanlimbahcairdariindustrikakaosebagaibahanpembuatannata. • Penelitiandibagidalamduatahapyaitutahappenjernihanlimbahcairindustrikakaodenganarangaktifpadatingkatpengenceranberbedasertastuditentangpengaruhkonsentrasisumberkarbon (gula) dankonsentrasisumber nitrogen yang ditambahkanterhadappembentukanpelikelnata. Konsentrasiarangaktifdanperlakuanpengenceranberpengaruhterhadap parameter yang terkaitdengankejernihanlimbah. Perlakuanterbaikdiperolehdariperlakuankonsentrasiarangaktif 5% denganpengenceran medium 1:3. Penelitianditahapkeduadenganperlakuanpengaruhkonsentrasisumber karbon (gula sukrosa) dan sumber nitrogen menunjukan perlakuan terbaik diperoleh dari kombinasi perlakuan konsentrasi sukrosa 4% dan konsentrasi (NH 4)2 SO 0,4%. Perlakuanterbaikinimemilikinilaikarakteristikproduknatameliputirendemen: 83,87%; kadar air: 95,23%; seratkasar: 4,22%; kecerahan (L*): 42,87; tekstur: 0,01 mm/g.dtdanketebalan: 2,42 cm.
Pendahuluan • Proses fermentasi pulp adalah merupakan proses yang utama dalam industri pengolahan biji kakao dan menentukan kualitas produk akhir. • cairanpulp inimempunyai pH 3,4-7,0 danmenurut Effendi (1995) cairanpulp segarmengandung gula 12-15%, 5-7% pektin, 0,8-1,5% asam tidak menguap dan 0,1-0,5% protein. Cairan pulp dengan kandungan gula 12-15% berpotensi digunakansebagaibahandasaruntukproduksinata,. • Perlakuanpendahuluanadalahpenjernihandengancarapengencerandanpenyerapansenyawapenyebabwarnagelapdenganmenggunakanadsorban. Penjernihancairanpulp limbahindustrikakaodenganarangaktif, selainakanmampumenghilangkanzatwarnajugadapatmenyerapsenyawa-senyawa nitrogen. Adapunpengenceranakanberakibatberkurangnyakonsentrasisenyawawarna, guladansenyawanutrisisumber nitrogen yang sangatdibutuhkanuntukpertumbuhanbakteriAcetobacterxylinum.
Metode • Penelitiantahap I dilakukandenganmetodeRancanganAcakKelompok (RAK) dengandua (2) faktor yang masing-masingfaktorterdiridaritiga (3) tingkat. Faktor 1 adalahkonsentrasiarangaktif yang terdiridari 3 tingkatkonsentrasiyaitu1%, 3% dan 5%. Faktor 2 adalah pengenceran yang terdiridaripengencerancairanpulp: air 3:1, 1:1 dan 1:3. • Penelitiantahap II dilakukandenganmetode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor yang masing-masingfaktorterdiridari 3 tingkat: Faktor 1: konsentrasi sukrosa 2,0%, 4,0%, 6,0%, sedangkan Faktor 2 adalah konsentrasi amoniumsulfat 0,2%, 0,3%, 0,4%. Semuaperlakuandiulangsebanyak 3 kali.
HasildanPembahasan • Kekeruhanpadalimbahcairindustrikakaodipengaruhiolehsenyawa-senyawaalbuminoid, pektin, tannin, garam-garam mineral dan partikelpartikel pengotorsepertitanah, abudanlainnya yang tersuspensidalamlimbahcairkakao. Analisisragammenunjukkanadanyapengaruhnyata (a =0,05) dari interaksi kedua perlakuan konsentrasi yangaktifdanpengenceranterhadapkekeruhan. • Rerata kekeruhan semakin menurun dengan semakin meningkatnya konsentrasi arang aktif danpengenceran. • konsentrasiarangaktif 1% danpengenceran 3:1 memberikankekeruhantertinggiyaitu 42,446 ppm Si, sedangkanperlakuankonsentrasiarangaktif 5% danpengenceran 1:3 memberikankekeruhanterendahyaitu 33,308 ppmSiO 2
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuankonsentrasiarangaktifdanpengenceranmemberikan pengaruh yang sangat nyata (a = 0,01) terhadapkadar tannin, sedangkaninteraksikeduaperlakuantidakberpengaruhnyata. • Korelasiantarakekeruhandankecerahan (L*), menunjukkanbahwasemakintinggikekeruhan maka kecerahannya semakin menurun dansebaliknya. Adapunkorelasikecerahandengankadar tannin menunjukkanbahwasemakintinggikadar tannin maka akan meningkatkan warna gelapdanberartisemakinrendahtingkatkecerahancairanlimbah. • Kadar gula total cenderungtetapdanhasilanalisisragammenunjukkanbahwatidakadapengaruh nyata dari perlakuan konsentrasi arang aktif.
limbahcaircoklat hasil penjernihan di tahap pertama yang mempunyaikadargulareduksi 11,476% digunakansebagai bahan baku dalam proses fermentasi dengan menggunakan A xylinum untuk mendapatkan produk nata. • Perlakuankonsentrasisukrosa 2%, 4% dan 6% berpengaruhsangatnyata (a = 0,01) padaketebalannata yang dihasilkanberturut-turut 1,71cm, 2,23cm b dan 1,92cm . Data ketebalannatatertinggidiperolehpadakonsentrasisukrosa 4%. Dalamprosesfermentasi tersebut, pertumbuhan bakteri A xylinum optimum memerlukan kadar gula reduksi kira-kira 19,48% denganasumsi 4% sukrosasetaradengan 8% gula reduksi ditambah dengan kadar gula reduksi awalfermentasi 11,48%. • Ketebalan dan kadar serat kasar terkait erat dengan rendemen nata. Kecenderungan kadar seratdanketebalansebagaiakibatdariperlakuankonsentrasi sukrosa dan konsentrasi sumber nitrogen juga ditemukan pada rendemen nata.
Simpulan • Limbah industri kakao dalam bentuk cairan pulp dapatdimanfaatkansebagaibahandasarpembuatannata de cacao. Diperlukanpengencerandanpenjernihandenganmenggunakanarangaktifsebelum digunakan sebagai media fermentasi nata. Terdapatinteraksinyata (a = 0,05) antarperlakuankonsentrasiarangaktifdanpengenceranpadatingkat kekeruhan dan warna kuning (b*) cairan limbah. Perlakuan terbaik diperoleh dari perlakuan konsentrasiarangaktif 5% denganpengenceran medium 1:3. Perlakuankonsentrasisukrosadan (NH 4)2 SO memengaruhisecaranyataterhadapketebalan, rendemen, kadar serat, kadar air dan tekstur nata, namun interaksi dari kedua perlakuan tidakberpengaruhnyataterhadapparameterparametertersebut. • Perlakuanterbaikdiperolehdarikombinasiperlakuankonsentrasisukrosa 4% dankonsentrasi (NH 4)2 SO4 0,4%.
DaftarPustka • Agyeman, K.O.G and Oldham, J.H., 1986. Utilization of Cacao By-product as an Alternatif Source of Energy Biomass. 10: 311–318. • Belitz, H.D. and Grosch, W., 1987. • Food Chemistry. Springer Verlag. Berlin Hendelberg. • Effendi, S., 1995. Utilization of Cacao Sweatings for Nata Production Using AcetobacterXylinum. Menara Perkebunan. 63(1): 23–26. • Lapuz, M.N., Bullardo, F.G. and Palo, M.A., 1967. The Nata Organism Cultural Requirment Characteristic and Identify. The Philipine Journal of Science. Vol. 9 (2). • Weber, J.T., 1977. Physicochemical Process for Water Quality Control. John Willey and Sons. New York. • Winarno, F.G., 1997. Kimia Pangan. GramediaPustakaUtama. Jakarta. • Zeleny, M., 1992. Multiple Kriteria Decision Making. McGraw-Hill. New York.