440 likes | 1.15k Views
UNDANG – UNDANG NO. 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN. Disampaikan oleh : Direktur Jenderal Pemberdayaan Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan Pada Pertemuan Sosialisasi Undang – Undang No. 13 Tahun 2011 Hotel Lumire Jakarta - Tanggal 5 Juli 2012.
E N D
UNDANG – UNDANG NO. 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN Disampaikan oleh : DirekturJenderalPemberdayaanSosial dan Penanggulangan Kemiskinan PadaPertemuanSosialisasiUndang – Undang No. 13 Tahun 2011 Hotel Lumire Jakarta -Tanggal 5 Juli 2012
RUU tentangPenanganan Fakir MiskinmerupakaninisiatifDPR RI • PresidenmenugaskanMenteriSosial, MenteriKeuangan, MenteriPerencanaan Pembangunan Nasional/KepalaBappenas, MenteriDalamNegeri, sertaMenteriHukumdan HAM untukmewakiliPresidendalampembahasanRUU tersebut. 2
Pengesahan RUU tentang Penanganan Fakir Miskin tanggal 11 Agustus 2011 dalam Sidang Paripurna DPR RI • DiundangkanolehPresidenpadatanggal 18 Agustus 2011 dalamLembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 83. 3
ISI DAN SISTEMATIKA Undang – Undang Penanganan Fakir Miskin Terdiri dari IX BAB dan 45 Pasal dengan Sistematika : • BAB I : KETENTUAN UMUM • BAB II : HAK DAN TANGGUNG JAWAB • BAB III : PENANGANAN FAKIR MISKIN • BAB IV : TUGAS DAN WEWENANG • BAB V : SUMBER DAYA • BAB VI : KOORDINASI DAN PENGAWASAN • BAB VII : PERAN SERTA MASYARAKAT • BAB VIII : KETENTUAN PIDANA • BAB IX : KETENTUAN PENUTUP 4
Latar Belakang AspekFilosofis • SesuaidenganPembukaanUndang-UndangDasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,negaramempunyaitanggungjawabuntukmemajukankesejahteraanumumdanmencerdaskankehidupanbangsa; • SesuaidenganketentuanUndang-UndangDasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,negarabertanggungjawabuntukmemelihara fakir miskingunamemenuhikebutuhandasar yang layakbagikemanusiaan; 5
AspekSosiologis • Untukmelaksanakantanggungjawabnegara, diperlukankebijakanpembangunannasional yang berpihakpada fakir miskinsecaraterencana, terarah, danberkelanjutan; 6
AspekYuridis • Pengaturanmengenaipemenuhankebutuhandasarbagi fakir miskinmasihtersebardalamberbagaiperaturanperundang-undangan, sehinggadiperlukanpengaturanpenanganan fakir miskin yang terintegrasidanterkoordinasi; • UntukituperlumembentukUndang-UndangtentangPenanganan Fakir Miskin. 7
Ketentuan Umum FAKIR MISKIN • Pengertian Orang yang samasekalitidakmempunyaisumbermatapencaharian Fakir Miskin [ Pasal 1 angka 1 ] dan/atau Mempunyaisumber matapencaharian Tidakmempunyaikemampuanmemenuhikebutuhan yang layakbagidirinyadan/ataukeluarganya Tetapi 8
PENANGANAN FAKIR MISKIN UPAYA (Pasal 1 angka 2) PEMERINTAH P E M D A MASYAR AKAT TERARAH dan/ atau TERPADU BERKELANJUTAN dan yang dilakukan Dalam bentuk Kebijakan, Program dan Kegiatan Pemberdayaan, Pendampingan serta Fasilitasi untuk memenuhi kebutuhan dasar setiap warga negara 9
BENTUK PENANGANAN FM ; Pengembangan Potensi diri Bantuan Sandang dan Pangan Pelayanan Perumahan Pelayanan Kesehatan Pelayanan Pendidikan Akses kesempatan bekerja dan berusaha Bantuan Hukum Pelayanan Sosial • PENANGANAN FM MELALUI : Pemberdayaan Kelembagaan Masyarakat Peningkatan Kapasitas FM • Kemampuan dasar • Kemampuan berusaha Linjamsos – rasa aman Kemitraan dan Kerjasama Koordinasi antar K/L dan Pemda 10
KebutuhanDasar [ Pasal 1 angka 3 ] • Kebutuhan pangan, sandang, perumahan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, dan/atau pelayanan sosial. 11
(BAB II Pasal 3) • Hak Fakir Miskin KecukupanPangan + Sandang + Perumahan PekerjaandanKesempatanBerusaha PelayananKesehatan KondisiKesejahteraan yang berkesinambungan Pendidikan LingkunganHidupSehat PerlindunganSosial Derajatkehidupan yang Layak PelayananSosial • Tanggungjawab FM (Pasal 4) MenjagaDiri Kepedulian & KetahananSosial UntukMandiridanPartisipasi Berusaha/ Bekerja 12
Pendataan Fakir Miskin [ Pasal 8 ] • Menteri menetapkan kriteria fakir miskin sebagai dasar untuk melaksanakan penanganan fakir miskin. ( ayat (1) ) • Kriteria menjadi dasar bagi lembaga yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kegiatan statistik untuk melakukan pendataan.(ayat (3) ) • Menteri melakukan verifikasi dan validasi terhadap hasil pendataan yang dilakukan oleh lembaga yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kegiatan statistik.( ayat (4) ) • Verifikasi dan validasi dilakukan secara berkala sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun sekali. ( ayat (5) ) 13
Pendataan Fakir Miskin [ Pasal 8 ] • Verifikasidan validasidilaksanakanolehpotensi dan sumberkesejahteraansosial yang ada di kecamatan, kelurahanataudesa. ( ayat (7) ) • Hasilverifikasidanvalidasidilaporkankepadabupati/walikota. ( ayat (8) ) • Bupati/walikotamenyampaikanhasilverifikasidanvalidasikepadagubernuruntukditeruskankepadaMenteri. ( ayat (9) ) 14
[ Pasal 9 ] • Seorang fakir miskin yang belum terdata dapat secara aktif mendaftarkan diri kepada lurah ataukepala desa atau nama lain yang sejenis di tempat tinggalnya. • Kepala keluarga yang telah terdaftar sebagai fakir miskin wajib melaporkan setiap perubahan data anggota keluarganya kepada lurah ataukepala desa atau nama lain yang sejenis di tempat tinggalnya. • Lurah atau kepala desa atau nama lain yang sejenis wajib menyampaikan pendaftaran atau perubahan kepada bupati/walikota melalui camat. • Bupati/walikota menyampaikan pendaftaran atau perubahan data kepada gubernur untuk diteruskan kepada Menteri. • Dalam hal diperlukan, bupati/walikota dapat melakukan verifikasi dan validasi terhadap pendaftaran dan perubahan. 15
[ Pasal 10 ] • Data yang telah diverifikasi dan validasi harus berbasis teknologi informasi dan dijadikan sebagai data terpadu. • Data terpadu dipergunakan oleh kementerian/lembaga terkait dalam penanganan fakir miskin dan dapat diakses oleh seluruh masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. • Kementerian/lembaga yang menggunakan data terpadu untuk menangani fakir miskin melaporkan hasil pelaksanaannya kepada Menteri. • Anggota masyarakat yang tercantum dalam data terpadu sebagai fakir miskin diberikan kartu identitas. • Ketentuan lebih lanjut mengenai teknologi informasi dan penerbitan kartu identitas diatur dengan Peraturan Menteri. 16
Penetapan [ Pasal 11 ] • Data fakir miskin yang telah diverifikasi dan divalidasi ditetapkan oleh Menteri. • Penetapan merupakan dasar bagi Pemerintah dan pemerintah daerah untuk memberikan bantuan dan/atau pemberdayaan. • Setiap orang dilarang memalsukan data fakir miskin baik yang sudah diverifikasi dan divalidasi maupun yang telah ditetapkan oleh Menteri. 17
Tanggung Jawab dalam Pelaksanaan Bentuk Penanganan Fakir Miskin • PengembanganPotensiDiri [ Pasal 12 ] • Pemerintah danpemerintahdaerahbertanggungjawabmengembangkanpotensidiribagiperseorangan, keluarga, kelompok, dan/ataumasyarakat. • Pengembanganpotensidiridilaksanakanmelaluibimbingan mental, spiritual, danketerampilan. • Bantuan Pangan dan Sandang • Pemerintah dan pemerintahdaerahbertanggungjawabmenyediakanbantuan pangan dan sandang yang layak. [ Pasal 13 ] 18
PenyediaanPelayananPerumahan • Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab menyediakan pelayanan perumahan. [ Pasal 14 ] • Penyediaan Pelayanan Kesehatan [ Pasal 15 ] • Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab menyelenggarakan penyediaan pelayanan kesehatan, baik dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif. • Pembiayaan penyelenggaraan pelayanan kesehatan dilaksanakan melalui sistem jaminan sosial nasional. 19
Penyediaan Pelayanan Pendidikan • Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab memberi bantuan biaya pendidikan atau beasiswa. [Pasal 16] • Penyediaan Akses Kesempatan Kerja dan Berusaha • Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab menyediakan akses kesempatan kerja dan berusaha yang dilakukan melalui upaya : [ Pasal 17 ] a. penyediaaninformasilapangankerja; b.pemberian fasilitas pelatihan dan keterampilan; c. peningkatanaksesterhadappengembanganusahamikro; dan/atau d. penyediaan fasilitas bantuan permodalan. 20
Pelayanan Sosial [ Pasal 18 ] • Pemerintahdanpemerintahdaerahbertanggungjawabmenyelenggarakanpelayanansosial. • Pelayanansosialmeliputi: • meningkatkan fungsi sosial, aksesibilitas terhadap pelayanan sosial dasar, dan kualitas hidup; • meningkatkankemampuandankepedulianmasyarakatdalampelayanankesejahteraansosialsecaramelembagadanberkelanjutan; • meningkatkanketahanansosialmasyarakatdalammencegahdanmenanganimasalahkemiskinan; dan • meningkatkan kualitas manajemen pelayanan kesejahteraan sosial. 21
Pelaksanaan Penanganan Fakir Miskin[ Pasal 19 ] • Penanganan fakir miskin diselenggarakan oleh Menteri secara terencana, terarah, terukur dan terpadu. • Penanganan fakir miskin yang diselenggarakan oleh Menteri dalam rangka pemenuhan kebutuhan akan pengembangan potensi diri, sandang, pangan, perumahan, dan pelayanan sosial. • Pemenuhan kebutuhan diselenggarakan oleh kementerian/lembaga terkait sesuai dengan tugas dan fungsinya dalam koordinasi Menteri. 22
Pelaksanaan Penanganan Fakir Miskin Melalui Pendekatan Wilayah Perdesaan • Penanganan fakir miskin melalui pendekatan wilayah diselenggarakan dengan memperhatikan kearifan lokal, yang meliputi wilayah : [ Pasal 20, 25 ] Perkotaan PesisirPulau-Pulau Kecil Tertinggal/ Terpencil Perbatasanantar Negara Ketentuan lebih lanjut pelaksanaan upaya program Fakir Miskin sebagaimana Pasal 20-25 diataur dengan PP 23
Tugas dan Wewenang • PEMERINTAH • PEM PROV • PEMKAB/PEMKOT Pemerintah [ Pasal 28 ] • Dalam pelaksanaan penanganan fakir miskin, Pemerintah bertugas: a. memberdayakan pemangku kepentingan dalam penanganan fakirmiskin; b. memfasilitasi dan mengoordinasikan pelaksanaan kebijakan dan strategi penanganan fakir miskin; c. mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan kebijakan dan strategi dalam penanganan fakir miskin; d. mengevaluasi kebijakan dan strategi penyelenggaraan penanganan fakir miskin; e. menyusun dan menyediakan basis data fakir miskin; dan f. mengalokasikan dana yang memadai dan mencukupi dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara untuk penyelenggaraan penangananfakir miskin. 24
Pemerintah Daerah Provinsi • Dalam pelaksanaan penanganan fakir miskin, pemerintah daerah provinsi bertugas: [ Pasal 30 ayat (1) ] a. memberdayakan pemangku kepentingan dalam penanganan fakirmiskinlintaskabupaten/kota; b. memfasilitasi, mengoordinasi, serta menyosialisasikan pelaksanaan kebijakan dan strategi penanganan fakir miskinlintaskabupaten/kota; c. mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan kebijakan, strategi,dan program dalam penanganan fakir miskin lintaskabupaten/kota; d. mengevaluasi pelaksanaan kebijakan, strategi, dan program penyelenggaraan penanganan fakir miskinlintaskabupaten/kota;dan e. mengalokasikan dana yang memadai dan mencukupi dalamanggaran pendapatan dan belanja daerah untuk penyelenggaraanpenanganan fakir miskin. 25
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota • Dalam penyelenggaraan penanganan fakir miskin, pemerintah daerah kabupaten/kota bertugas: [ Pasal 31 ayat (1) ] a. memfasilitasi, mengoordinasikan, dan menyosialisasikanpelaksanaan kebijakan, strategi, dan program penyelenggaraan penanganan kemiskinan, dengan memperhatikan kebijakan provinsidan kebijakan nasional; b. melaksanakan pemberdayaan pemangku kepentingan dalampenanganan fakir miskin pada tingkatkabupaten/kota; c. melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap kebijakan, strategi, serta program dalam penanganan fakir miskin pada tingkatkabupaten/kota; d. mengevaluasi kebijakan, strategi, dan program pada tingkatkabupaten/kota; e. menyediakan sarana dan prasarana bagi penanganan fakir miskin; f. mengalokasikan dana yang cukup dan memadai dalam anggaranpendapatan dan belanja daerah untuk menyelenggarakanpenanganan fakir miskin. 26
Sumber Daya • Sumber daya penyelenggaraan penanganan fakir miskin meliputi: [Pasal32 ] a. sumberdayamanusia; b. saranadanprasarana; c. sumberpendanaan; dan d. sumberdayaalam. 27
Sumber DayaManusia • Sumberdayamanusiapenyelenggaraanpenanganan fakir miskindilakukanolehtenagapenanganan fakir miskin yang terdiriatas :[ Pasal 33 ] a. tenagakesejahteraansosial; b. pekerjasosialprofesional; c. relawansosial; d. penyuluhsosial; dan e. tenagapendamping. 28
SaranadanPrasarana • Sarana dan prasaranapenyelenggaraanpenangananfakirmiskinmeliputi: [ Pasal 35 ayat (1) ] a. pantisosial; b. pusatrehabilitasisosial; c. pusatpendidikandanpelatihan; d. pusatkesejahteraansosial; e. rumahsinggah; dan f. rumahperlindungansosial. 29
Sumber Pendanaan • Sumber pendanaan dalam penanganan fakir miskin, meliputi: [ Pasal 36 ayat (1) ] a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; b. Anggaranpendapatandanbelanjadaerah; c. Dana yang disisihkan dari perusahaan perseroan; d. Dana hibah baik dari dalam maupun luar negeri; dan e. Sumber dana lain yang sah dan tidak mengikat. Dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-Undangan Merupakan sumbangan masyarakat bagi kepentingan Program Fakir Miskin Ketentuan lebih lanjut diatur dalam PP 30
Koordinasi dan Pengawasan • Koordinasi [ Pasal 39 ] • Menteri mengoordinasikan pelaksanaan penanganan fakir miskin pada tingkat nasional. • Gubernur mengoordinasikan pelaksanaan penanganan fakir miskinpada tingkat provinsi. • Bupati/walikota mengoordinasikan pelaksanaan penanganan fakir miskin pada tingkat kabupaten/kota. 31
Pengawasan [ Pasal 40 ] 1). Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan penanganan fakir miskin. 2). Pengawasan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 32
Peran Serta Masyarakat [ Pasal 41 ] • Masyarakat berperan serta dalam penyelenggaraan dan pengawasan penanganan fakir miskin. • Peran serta dilakukan oleh : a. Badan usaha; b. Organisasi Kemasyarakatan; c. perseorangan d. keluarga; e. kelompok; f. organisasi sosial; g. yayasan; h. lembaga swadaya masyarakat; i. organisasi profesi; dan/atau j. pelaku usaha. • Pelaku usaha berperan serta dalam menyediakan dana pengembangan masyarakat sebagai pewujudan dari tanggung jawab sosial terhadap penanganan fakir miskin. • Peran sertamasyarakat dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 33
Ketentuan Pidana [ Pasal 42 ] • Setiap orang yang memalsukan data verifikasi dan validasi dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau denda paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah). • Setiap orang yang menyalahgunakan dana penanganan fakir miskin dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratusjuta rupiah). • Korporasi yang menyalahgunakan dana penanganan fakir miskin dipidana dengan denda paling banyak Rp750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah). 34
Ketentuan Penutup [ Pasal 44 ] • Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, semua peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai penanganan fakir miskin dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini. • Peraturan pelaksanaan Undang-Undang ini harus telah ditetapkan paling lambat 1 (satu) tahun sejak Undang-Undang ini diundangkan. 35
Pengaturan yang akan diatur lebih lanjut Undang-UndangNomor 13 Tahun 2011 tentangPenanganan Fakir Miskinmengamanatkanpengaturanlebihlanjut: • PeraturanMenteriSosialtentangTeknologiInformasidanPenerbitanKartuIdentitas. [ Pasal10 ayat (6) ] • PeraturanPemerintahtentangPelaksanaanPenanganan Fakir MiskinPerdesaan, Perkotaan, PesisirdanPulau-Pulau Kecil, Tertinggal, Terpencil, danPerbatasanAntarnegara.[ Pasal 26 ] • PeraturanPemerintahtentang Tata Cara PengumpulandanPenggunaanSumbanganMasyarakat. [ Pasal37 ayat (2) ] 36
TERIMAKASIH 37