400 likes | 822 Views
IMPLEMENTASI REVITALISASI PERTANIAN: Strategi Penciptaan Kesempatan Kerja dan Pengentasan Kemiskinan di Pedesaan. Disampaikan dalam acara: Seminar Nasional dalam Rangk Dies Natalis FEM IPB ke-6 Bogor, 12 Mei 2007. Oleh: Dr.Ir. Achmad Suryana Kepala Badan Litbang Pertanian. DATA DAN FAKTA.
E N D
IMPLEMENTASIREVITALISASI PERTANIAN:Strategi Penciptaan Kesempatan Kerja dan Pengentasan Kemiskinan di Pedesaan Disampaikan dalam acara: Seminar Nasional dalam Rangk Dies Natalis FEM IPB ke-6 Bogor, 12 Mei 2007 Oleh: Dr.Ir. Achmad Suryana Kepala Badan Litbang Pertanian
Produktivitas tenaga kerja sektor pertanian masih 33 % dari produktivitas total dan 22% dari produktivitas tenaga kerja sektor non pertanian
Distribusi dan Tingkat Pendapatan Petani, 2004 < US$ 1 miskin (WB)
Persentase Pendapatan Rumah Tangga Menurut Jenis Kegiatan, 2004 5
Distribusi Penduduk Miskin di Sektor Pertanian (%) Sekitar 55% dari penduduk miskin bekerja di pertanian
Agenda Pembangunan Nasional • Strategi tiga jalur (triple track strategy): pro-growth, pro-employment dan pro-poor . • Pembangunan pertanian harus mampu menciptakan kesempatan kerja dan mengentaskan kemiskinan
Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (RPPK) • Presiden RI telah mencanangkan Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (RPPK) pada tanggal 11 Juni 2005 yang lalu di Jatiluhur, Jawa Barat. • Revitalisasi Pertaniankesadaran untuk menempatkan kembali arti penting sektor pertanian secara proporsional dan kontekstual.
RPPK (lanjutan) Terjadi salah persepsi: • Kerancuan pemahaman berbagai kalangan terhadap Revitalisasi Pertanian itu sendiri. • Revitalisasi Pertanian lebih dipahami dalam prespektif jangka pendek, dan lebih dilihat sebagai suatu proyek atau kegiatan instan yang diharapkan dapat merubah kehidupan petani dalam waktu singkat.
RPPK (lanjutan) • Kegiatan Pertanian sulit dilakukan berbagai penyesuaian dalam jangka pendek. • Pembangunan Pertanian bukan tugas Deptan saja, tetapi lintas sektor, pemerintah pusat dan daerah, pihak swasta dan masyarakat petani. • Revitalisasi Pertanian persoalan pembangunan pertanian jangka menengah dan jangka panjang. Perlu sistem perencanaan yang baik dan konsistensi perhatian serta dukungan kita bersama.
RPPK (lanjutan) Agenda pokok Revitalisasi Pertanian • Membalik tren penurunan dan mengakselerasi peningkatan produksi dan nilai tambah usaha pertanian. • Faktor kunciPeningkatan dan perluasan kapasitas produksi melalui renovasi, penumbuhan dan restrukturisasi sistem agribisnis dan penunjangnya (kelembagaan dan infrastruktur). • Peningkatan dan perluasan kapasitas produksi, diwujudkan antara lain melalui investasi bisnis maupun investasi infrastruktur.
HAMBATAN IMPLEMENTASI REVITALISASI PERTANIAN • Absennya organisasi ekonomi petani yang kokoh sebagai salah satu ciri pertanian modern. • Petani cenderung berusaha sendiri-sendiri, sangat tergantung kepada bantuan pemerintah dan pelaku usaha lainnya.Pertanian individual seperti ini tentu saja menjadi tidak efisien.
HAMBATAN IMPLEMENTASI ....... (lanjutan) • Usahatani skala kecil (0,2 ha) tidak mampu memberikan pendapatan yang dapat mengentaskan dari kemiskinan Perlu perluasan pendekatan usahatani/on-farm ke agribisnis. • Produktivitas (pendapatan/input) sektor pertanian jauh lebih rendah dibandingkan di sektor industri Pertanian primer menjadi kurang menarik bagi generasi muda.
HAMBATAN IMPLEMENTASI ....... (lanjutan) • Akses terhadap sumber pembiayaan terbatas. • Bunga Bank yang relatif mahal dan persyaratan perbankan yang sulit dipenuhi petaniPetani harus tergantung kepada pemilik modal swasta yang menyediakan bunga atau bagi hasil yang kurang menguntungkan petani. • Di era otonomi daerah, perhatian pemerintah daerah terhadap pertanian secara umum dapat dikatakan semakin menurun. • Banyak daerah mempunyai program pembangunan yang terkadang tidak selalu sejalan dengan tujuan pembangunan pertanian • Banyak infrastruktur pertanian dan pedesaan yang belum terbangun dan yang telah ada menjadi rusak
HAMBATAN IMPLEMENTASI ....... (lanjutan) • Petani selalu dalam posisi sebagai “price taker” dalam pasar pertanian • Tingginya fluktuasi harga antar musim • Bagian yang diterima petani tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan • Transmisi harga tidak lancar dan asimetris • Belum terbentuknya suatu sistem perencanaan pembangunan pertanian yang berjenjang dengan baik, dari tingkat desa sampai tingkat pusat.
HAMBATAN IMPLEMENTASI ....... (lanjutan) • Masalahan mendasar yang perlu mendapat penanganan segera adalah: (1) terbatasnya dan menurunnya kualitas infrastruktur pertanian, (2) lemahnya kelembagaan/organisasi ekonomi petani, (3) lemahnaya dan lambatnya proses diseminasi dan adopsi informasi dan iptek pertanian, (4)minimnya dukungan dan akses terhadap sumber pembiayaan, informasi iptek, pasar dan sarana produksi, (5)lemahnya posisi petani dalam mengakses pasar dan manfaat pemasaran.
Strategi Pembangunan Pertanian yang Berawal dari Desa 1. Pembangunan Infrastruktur • Penguatan Kelembagaan Petani • Penyuluhan • Pembiayaan Pertanian • Pemasaran Hasil Pertanian PANCA YASA
Program Deptan 2004-2009 Terkait Revitalisasi Rertanian • Operasionalisasi revitalisasi pertanian dalam lingkup Departemen Pertanian tertuang dalam program pembangunan pertanian periode 2005-2009 yaitu: (1) Program Peningkatan KetahananPangan, (2) Program Pengembangan Agribisnis; dan (3) Program Peningkatan Kesejahteraan Petani.
Program Peningkatan Ketahanan Pangan Sasaran yang ingin dicapai: • Tersediaan pangan tingkat nasional, regional dan rumah tangga yang cukup, aman dan halal, • Meningkatnya keragaman produksi dan konsumsi pangan masyarakat, dan • Meningkatnya kemampuan masyarakat dalam mengatasi masalah kerawanan pangan
Program Pengembangan Agribisnis Sasaran yang ingin dicapai: • Peningkatan nilai tambah melalui pengolahan dan perbaikan kualitas; dan • Mendorong kegiatan usaha pertanian secara terpadu mencakup beberapa komoditas (sistem integrasi tanaman-ternak atau sistem integrasi tanaman-ternak-ikan)
Program Peningkatan Kesejahteraan Petani. Sasaran yang ingin dicapai: • Meningkatnya kapasitas dan posisi tawar petani, • Semakin kokohnya kelembagaan petani, • Meningkatnya akses petani terhadap sumberdaya produktif; dan • Meningkatnya pendapatan petani.
OPERASIONALISASI REVITALISASI PERTANIAN Penetapan sasaran swasembada pangan dan langkah-langkah konkrit pencapaiannya: • Padi/Beras : berkelanjutan sejak 2004 • Jagung : 2007 • Kedele : 2015 • Gula : 2009 • Daging Sapi : 2010
Operasionalisasi RPPK (lanjutan) Pengembangan Agribisnis Komoditas (Lanjutan) • Penetapan promosi ekspor atau substitusi impor bagi komoditas (al.) • Perkebunan : Kelapa Sawit, Kakao, Karet, Kelapa, Lada • Hortikultura : Pisang, Jeruk, Bawang Merah, Mangga, Anggrek • Peternakan : Unggas, Sapi, Kambing/Domba
PROGRAM TAHUN 2007 • Tahun 2007 ini, ada 28 kegiatan prioritas pembangunan pertanian diantaranya sebagai implementasi Panca Yasa: • Penyediaan dan perbaikan infrastruktur pertanian; • Pengembangan Fasilitas Pelayanan Terpadu Agribisnis; • Pengembangan Pusat Pembibitan Sapi; • Pembentukan dan pengaktifan kelompok tani dan gabungan kelompok tani (Gapoktan); • Revitalisasi UPJA dan Kelompok UPJA (KUPJA) • Penguatan Kelembagaan Perbenihan/ Perbibitan;
Program Tahun 2007 (lanjutan) • Peningkatan Kapasitas SDM Petani & Revitalisasi Penyuluhan; • Pengembangan Kegiatan Magang SL Pertanian; • Pengembangan Kegiatan Pelatihan Pertanian; • Penjaminan Kredit Pertanian; • Subsidi Bunga Modal Investasi; • Penguatan Kelembagaan Ekonomi Petani melalui PMUK & LM3 • Pengembangan Agroindustri pedesaan; • Pengembangan Kegiatan Pemasaran Komoditas Pertanian; • Stabilisasi Harga Komoditas Pangan Primer melalui DPM-LUEP; • Pengembangan dan Diseminasi Inovasi Mendukung Pembangunan Pertanian.
PRIMA TANI (Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian)
PRIMA TANI: konsep baru percepatan diseminasi inovasi pertanian melalui pengembangan lab. agribisnis sebagai percontohan instrumen rintisan untuk mendapatkan model pembangunan pertanian pedesaan yang komprehensif berbasis inovasi pertanian instrumen realisasi RPPK yang dilaksanakan secara partisipatif oleh semua stakeholder pembangunan pertanian
STRATEGI • Menerapkan teknologi inovatif tepat-guna untuk menjadi pengungkit optimasi pemanfaatan sumberdaya pembangunan spesifik lokasi (research for development) • Membangun model percontohan agribisnis berbasis teknologi dengan mengintegrasikan sistem inovasi dan sistem agribisnis. • Mendorong proses difusi dan replikasi model percontohan teknologi melalui ekspose dan demonstrasi lapang, diseminasi informasi, advokasi serta fasilitasi. • Basis pengembangan dilaksanakan berdasarkan wilayah agroekosistem dan kondisi sosial ekonomi setempat.
TUJUAN • Mempercepat waktu, meningkatkan kadar dan memperluas prevalensi adopsi inovasi teknologi yang dihasilkan Badan Litbang, dan untuk memperoleh umpan balik mengenai karakteristik teknologi tepat-guna spesifik pengguna dan lokasi • Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani, serta melestarikan lingkungan.
PENDEKATAN • pendekatan agribisnis • pendekatan agroekosistem • pendekatan wilayah • pendekatan kelembagaan • pemberdayaan masyarakat. • Pembangunan berawal dari desa/potensi sumberdaya setempat • Pengembangan Laboratorium Agribisnis. • Penugasan Pemandu Teknologi.
IMPLEMENTASI: Tahapan Kegiatan • Mengenali potensi sumberdaya lokal • Mengkaji pemanfaatan potensi sumberdaya saat ini oleh masyarakat • Memahami permasalahan dan hambatan dalam pemanfaatan sumberdaya secara optimal • Mengidentifikasi kebutuhan teknologi yang sesuai spesifik lokasi • Menerapkan teknologi tersebut dengan pendekatan partisipatif dan pemberdayaan masyarakat
KELUARAN dan MANFAAT MANFAAT KELUARAN • meningkatnya : • muatan inovasi baru dalam sistem dan usaha agribisnis • efisiensi sistem produksi, perdagangan, dan konsumsi; dan • akuntabilitas Deptan dalam pembangunan pertanian • terbentuknya : • Agribisnis Industrial Pedesaan (AIP); dan • Sistem Usahatani Intensifikasi dan Diversifikasi (SUID)
IMPLEMENTASI Tahun 2005 : di 14 propinsi, meliputi 21 kabupaten (Sumut, Sumbar, Sumsel, Lampung, Jabar, Jateng, Jatim, Bali, NTB, NTT, Sulteng, Sulsel, Kalbar dan Kalsel) Tahun 2006: di 25 propinsi, 32 kabupaten (tambahan NAD, Riau, Jambi, Bengkulu, Banten, DI Yogyakarta, Kalteng, Kaltim, Sultra, Sulut dan DKI Jakarta) Tahun 2007: di 33 propinsi, meliputi 200 kabupaten.
PENUTUP • Sektor pertanian merupakan sektor strategis dalam penciptaan kesempatan kerja, peningkatan pendapatan dan pengentasan kemiskinan di pedesaan. • Sektor pertanian penghasil pangan bagi kebutuhan pangan yang beragam, bergizi seimbang dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional. Penempatan pertanian menjadi sektor strategis dalam konteks pembangunan ekonomi nasional yang berkelanjutan guna mengatasi permasalahan bangsa masih sangat relevan.