510 likes | 773 Views
Masalah Pemanasan Dunia. Gambaran Umum. Sifat CO 2. CO 2 (gas asem arang) adalah gas yang dihasilkan dari organik yang terbakar. Warna jernih, tidak berbau. Manusia menghirup oksigen (O 2 ) dan mengeluar CO 2 dalam kehidupan sehari-hari.
E N D
Masalah Pemanasan Dunia Gambaran Umum
Sifat CO2 CO2 (gas asem arang) adalah gas yang dihasilkan dari organik yang terbakar. Warna jernih, tidak berbau. Manusia menghirup oksigen (O2) dan mengeluar CO2 dalam kehidupan sehari-hari. Konsentasi CO2 dalam udara pernah tetap 280 ppm (atau 0.028%) s/d tahun 1800, tetapi setelah “revolusi industri”, mulai meningat cepat.
Sifat CO2 Konsentasi CO2 dalam udara adalah hasil keseimbangan antara emisi (pengeluaran) dan absorpsi (pengisapan). Faktor absorpsi adalah:(1) Kegiatan zat hijau yang terdapat dalam tumbu-tumbuhan, mengunakan energi matahari dan CO2 menghasilkan O2 dan bahan organik (makanan, lumput, kayu dsb.).(2) Karang dalam laut membuat batu karang (CaCO3) dari CO2 dan kalsium (semacam logam) dari air laut. Faktor emisi adalah:(1) Seluruh binatang dan manusia.(2) Industri dan mobil yang bakar batu bara, minyak, kayu dsb. (3) Kebakaran(4) Proses kemia produksi kapur
Peredaran Zat Arang Minyak tanah dan batu bara adalah hasil absorpsi pada zaman dulu, oleh tumbu-tumbuhan. Sejak 1800, ini mulai digali dan digunakan untuk industri. Kayu/pohon dari hutan juga digunakan sehingga jumlah hutan di seluruh dunia semakin berkurang. Sebelumnya, pengunaan bahan organik teratur atau masih sekala kecil, sehingga CO2 atau C (zat arang) beredar secara berlanjut. CO2 dalam udara tetap Proses Permukiman Berlanjut Kebakaran, terlalu tua Gunung Desa HUTAN RUMAH
Peredaran Zat Arang Peredaran Zat Arang ini tidak jauh berbeda dari hidup manusia yang makan beras. CO2 dalam udara tetap Proses Hidup Manusia Berlanjut PADI Sawah Rumah MANUSIA O2Beras
Dunia manusia secara berlanjut Sejak tahun 70an, sudah diperingatkan bahwa sumberdaya alam, terutama minyak tanah akan habis pada masa depan dan pembangunan ekonomi dunia akan terancam. Tetapi sebelum sumber habis, dampak negativ oleh bahan kemia yang terbuang pada lingkungan, sudah berkembang lebih cepat. Terutama pemanasan dunia melalui dampak rumah kaca oleh karena bertambahnya CO2 sudah mulai terlihat, secara makin jelas.
Dampak Rumah Kaca Suhu panas dunia adalah hasil keseimbangan antara panas yang datang dari mata hari dan panas yang terlepas ke ruang angkasa. Jika CO2 bertambah dalam udara, maka tingkat panas yang terlepas berkurang, sehinga suhu bumi lebih panas.
Pemanasan dunia Pemanasan dunia mulai terukur sejak 1910. Sejak tahun 1960 s/d 2000, rata-rata sekitar 0.2-0.3 derajat naik.
Prakiraan pemanasan berlanjut Menurut simulasi 3d iklim seluruh dunia, jika emisi CO2 terus bertambah, maka pemanasan dunia akan makin cepat, terutama di daerah-daerah katub dan daratan. Kecepatan kenaikan panas derajat/tahun, jika CO2 dua kali padat
Dampak pemanasan dunia Akibat pemanasan dunia, es di daerah katub dan atas gunung mulai cair. Air laut juga menambah kubik. Sehingga, permukaan air laut mulai naik. Dalam jangka waktu 1900-2000, sekitar 10-20cm terukur. Tetapi dalam prakiraan, 2000-2100 kemungkinan sampai sebesar 90cm akan naik. Selain kenaika permukaan air laut, perobahan iklim (jumlah hujan, jalur angin besar dsb.) akan terjadi juga. Oleh karena itu, - tanah rendah tepi pantai/sungai akan hilang- banjir semakin serign dan tinggi- air garam masuk tanah/sawah- makin rawar/vulnerable terhadap bencana alam (tsunami dsb.)
Pendekatan secara umum ADAPTASI: sesuaikan dengan kondisi setempat yang berobah Relokasi, Reklamasi, Prasarana pantai, Bangunan bertingkat….. Masyarakat berpenghasilan rendah tinggal di tepi pantai. MITIGASI: mengurangi emisi Energi, Industri, Hutan, Transportasi, Permukiman…. Di negara berkembang, emisi masih sedikit, tapi akan cepat naik. Studi dampak kenaikan permukaan air laut (2000-2002) Studi bentuk perumahan perkotaan rendan emisi CO2 (2004-2006)
Studi Mitigasi (2004-2006) Kekhawatiran:1) Mobil cepat bertambah, bakar banyak gasoline2) Pemakaian AC cepat bertambah, perlu banyak listerik3) Batas umur rumah pendek (serign bongkar pasang) Harapan:1) Banyak hijau di perkotaan (jalan, halaman, taman)2) Tradisi rumah dan perabot pakai kayu (simpanan C) Kegiatan: 1) Ukuran emisi dari perumahan perkotaan yang sudah ada 2) Perencanaan alternative oleh professional, dengan kondisi baru 3) Diskusi dan pemilihan dengan non-professional Kerjasama: NILIM Jepang: Analysis citra satellite dan persiapan data makro PUSKIM Indonesia: Survai lapangan dan perencanaan alternativ
Hasil Analysis Citra Satellite Daerah Studi: Cirebon:-Dekat pantai, kena dampak SLR-Tanah rata-Suhu: panas, seperti rata-rata kota tropisBandung:-Jauh dari pantai, bebas dampak SLR-Tanah tinggi dan miring-Suhu dingin
Kondisi di Cirebon Dekat lautTanah rataSuhu panas 25-31℃ Citra satellite QuickBird
直下視画像 対象地域 Analysis bentuk tanah Citra Satellite ALOS-PRISM
標高(m) 500 400 300 200 100 0 05.0 10.0km Kontur dari analysis Citra Satellite 段彩図 Pusat kota Lokasi RW8/9
05.0 10.0km Bentuk tanah 3D (DEM) 陰影図
05.0 10.0km Citra Satellite asli (ALOS-PRISM) 直下視画像
標高(m) 500 400 300 200 100 0 05.0 10.0km Warna + Bentuk tanah 段彩図・陰影図 合成
05.0 10.0km Citra + Bentuk tanah 陰影図・直下視画像 合成
Condisi di Bandung Jauh dari pantaiTanam miringSuhu dingin 19-29℃
Analysis daera sekitar Bandung 直下視画像 対象地域(広域)
02.5 5.0km Kontur dari analysis Citra Satellite 標高(m) 1200 1000 800 700 段彩図 600
02.5 5.0km Bentuk tanah 3D (DEM) 陰影図
02.5 5.0km Citra satellite asli (ALOS-PRISM) 直下視画像
02.5 5.0km Warna + Bentuk tanah 標高(m) 1200 1000 800 700 段彩図・陰影図 合成 600
02.5 5.0km Citra + Bentuk tanah 陰影図・直下視画像 合成
Analisis daerah kota Bandung 1.使用データ 2006年8月7日撮影 ALOS/PRISMデータ 前方視 直下視 後方視 対象地域
2. Tata Cara ■標定解析:バンドル・ブロック調整 ■DEM抽出:自動ステレオマッチング (1)データインポート (2)基準点及びタイポイント設置 基準点座標の取得 ・X,Y座標 → 直下視の画像座標から取得 ・Z座標 → SRTMデータ(Shuttle Radar Topography Mission)の標高値から取得 (3)バンドル・ブロック調整 (4)自動ステレオマッチング ・DEMデータの間隔:10m
00.51.0km 3. Hasil 断面① 標高(m) 断面① 840 820 PRISM抽出結果 800 780 760 直下視画像 既存地図(1/25,000地形図)
4. Pembahasan ・Bentuk/tinggi tanah bisa diukur melalui analysis citra satellite ALOS-PRISM ・Tinggal masalah:①Bentuk kali kecil tidak terlihat②Adanya titik khas・Dalam tata cara analysis, berbagai parameter (ukuran jendela pembandingan), atau proses filtering bisa diperbaiki.
Emisi CO2 terkait permukiman 1. Pemakaian energi/bahan bakar dalam rumah (kegiatan domestik) 2. Transportasi 3. Bahan bangunan 4. Absorbsi CO2 oleh hijau
Listerik/bahan bakar domestik Di Jepang, sebagian besar dari pemakaian bahan bakar untuk memanaskan ruangan pada musim dingin. Juga musim panas, pemakaian listerik untuk AC mengakibatkan “heat island” (pulau panas) dalam kota-kota besar. Fungsi AC adalah melepaskan kepanasan dalam ruangan ke lingkungan luar. Pendekanan pokok adalah:-Pemakaian bahan dinding, jendela, pintu, dsb. yang mengurangi lugi pemanasan (isolasi panas).-Pengunaan solar bateri, untuk mengurangi pengunaan listerik pada hari siang (peak cut).-Tata ruang kota dengan ruang terbuka hijau yang memadai, mengurangi pantulan panas cahaya mata hari, untuk matikan pulau panas (hijau di pinggir jalan, halam terbuka, dan atas atap/dinding).
Alat rumah hemat energi Lampu hemat listerik sudah banyak terjual di Indonesia, meskipun harga awal lebih mahal. Baru-baru ini, harga listerik kegiatan domestik turun, hampir sama dengan gas kota (LNG), sudah lebih murah dari pada LPG. Di Indonesia, listerik masih mahal. Tetapi akan lebih efisien. Pasangan AC untuk ruangan dengan isolasi panas rendah, maka perlu banyak listerik. Mungkin perlu adanya: (1) Bentuk rumah pakai AC dengan isolasi panas cukup baik.(2) Bentuk rumah yang cukup nyaman, tanpa AC.
Transportasi • Pemakaian mobil (motorization) adalah kondisi dasar tata ruang kota. • Kota Padat (Compact City)Berdasarkan lalu lintas jalan kaki, dan kendaraan umum (bis, kereta dsb.). Di Indonesia, kereta makin berkurang, diganti oleh mobil. Tetapi, angkutan kota (bis kecil) melayani kendaraan. Sistem ini bisa dikembangkan. • Kota Luas (Suburban City) Teknologi untuk mengurangi emisi dengan bahan bakar alkohol sudah mulai di Brazil. Mobil hemat energi, mobil listerik dsb. sedang dikembangkan, tetapi masih mahal. • Di Jepang, sesudah perkembangan jumlah penduduk di kota daerah turun dan stabil, maka kota padat mulai terrasa lebih ramai dan efisien.
Bahan Bangunan Emisi CO2 dan bahan bangunan bersifat tidak langsung di lokasi permukiman. Tetapi pemilihan bahan untuk setiap rumah tetap terkait jumlah emisi CO2 dalam satu daerah / negara. Oleh karena itu, di Jepang konsep LCE (life cycle emission) dikembangkan. Dalam rangka ini, setiap jenis bahan bangunan dimonotir emisi sejak tahap produksi, transportasi, emasangan, sampai pembongkaran dan pembuangan terakhir. Semua jenis bahan bangunan terukur dan didaftar dalam satu database. Dalam kegiatan perencanaan, pemilihan jenis bahan rendahnya LCE diusul. Selain itu, bahan organik mengandung C (zat arang). Jadi, meskipun akhirnya mungkin terbakar, tetapi selama ada di permukiman, bisa terhitung sebagai simpanan C (hutan kedua).
Bahan Bangunan Dua arah Struktur Permanen: Jika batas umur sangat panjang, maka LCE/tahun sedikit, dan bersifat prasarana sosial Rumah Peredararan: Jika sistem peredaran C diciptakan, maka LCE/tahun sedikit. Jika jumlah pengumpulan C bertambah (hutan + kota), maka CO2 dalam udara akan berkurang.
Hijau Jumlah absorbsi CO2 oleh setiap pohon yang tumbuh di atas tanah, sulit diukur dengan peralatan. Tetapi, kegiatan zat hijau atas pohon seimbangn dengan luas canopy yang terlihat dari atas. Jumlah absorbsi pada umum sekitar 2.9 ton-C / ha canopy. Luas canopy bisa diukur melalui analysis citra satellite yang berwarna.
(1-1) Green coverage ratio 1 -Absorption of CO2 by urban greenery: 2.9 ton-C / ha tree cap / year -Measuring tree cap area from satellite image Tree canopy Vegetation Land Surface Grass, crop, bush etc. Non-vegetation
(1-1) Green coverage ratio 2 Target are : Bandung City, Sarijadi district (c.a.5ha)
(1-1) Green coverage ratio 3 Satellite image: IKONOS (010717)
(1-1) Green coverage ratio 4 Teacher data
(1-1) Green coverage ratio 5 Teacher data
(1-1) Green coverage ratio 6 Selecting vegetation area NDVI = ( Band4 – Band3 ) / ( Band4 + Band3 ) y = 255 * ( NDVI-Min) / ( Max-Min ) (integer value) Min = Avr - 2 σ0 = - 0.118, Max = Avr + 3 σ0 = -0.562 E(k) = ω0(k) log{σ0(k) /ω0(k)}+ω1(k) log{σ1(k) /ω1(k)} choose k that minimize E(k), where ω0=Σki=1pi , ω1=Σ255i=k+1pi μ0=Σki=1i pi /ω0 , μ1=Σ255i=k+1i pi /ωi σ02(k)=Σki=1 (i-μ0)2pi,σ12(k)=Σ255i=k+1 (i-μ1)2pi result: k (threshold) = 93
(1-1) Green coverage ratio 7 Selecting vegetation: result image
(1-1) Green coverage ratio 8 Classification of vegitation area Lk(x) = {(2π) n/2 ( |Σk| )1/2}-1 exp{(-1/2)(x-μk) tΣk-1(x-μk)} (1) To judge a dot as “class k” where Lk(x) is maximum (2) To classify as “tree top” if k is 1 (bright canopy)) or 2 (dark canopy)
(1-1) Green coverage ratio 9 Classification of vegitation area : result image
Total number of dots in the target area. Total number of dots classified as “canopy” in the area Green Coverage Ratio 52,028 5,771 11.1% (1-1) Green coverage ratio 10 Classification of vegitation area : result image Resolution = 1m, therefore, 1 dot = 1 sq-m