440 likes | 1.76k Views
PROPOSAL. SURVEI BIODIVERSITAS PADA HUTAN DI AREAL PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PT SAMPOERNA AGRO OGAN KOMERING ILIR, SUMATERA SELATAN. PENDAHULUAN. Latar belakang.
E N D
PROPOSAL SURVEI BIODIVERSITAS PADA HUTAN DI AREAL PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PT SAMPOERNA AGRO OGAN KOMERING ILIR, SUMATERA SELATAN
PENDAHULUAN Latar belakang • Adanya isolasi kepulauan Indonesia yang begitu panjang, yang terbentang lebih dari 4.800 kilometer telah menciptakan kisaran spesies yang sangat beragam. • Indonesia masih menempati urutan kelima negara terkaya di dunia dalam hal keanekaragaman tumbuhan, mamalia, dan reptilia (Whitten 2000; Suprijatna, 2008).
PENDAHULUAN Latar belakang • Secara zoogeografik, pulau Sumatra memiliki 18 region yang secara ekologis membedakan karakteristik konservasi spesiesnya • Sumatera memiliki 17 genus tumbuhan endemik dan memiliki spesies yang unik seperti Raflesia arnoldi, dan Amorphophallus titanium. • Jenis-jenis tumbuhan yang mendominasi daerah tersebut ialah kelompok Dipterocarpaceae, seperti Shorea, Dipterocarpus, dan Dryobalanops. • Daerah selatan Sumatera umumnya bertipe hutan tropis dataran rendah (Whitten dkk. 2000).
PENDAHULUAN Latar belakang • spesies burungmemiliki 580 spesies, 465 spesies menetap, dan 21 spesies endemik. Burung-burung migrasi juga sering singgah di area breeding. • Beberapa fauna dilindungi yang ada di Sumatra Selatan adalah gajah (Elephas maximus), kucing emas (Felis teminicki), harimau (Pantera tigris), kambing hutan (Capricornus sumatrensis), dan tapir (Tapirus indicus). • Salah satu kawasan yang merupakan habitat satwa liar di Sumatera adalah Suaka Margasatwa Padang Sugihan di Banyuasin dan Ogan Komering Ilir seluas 82.104 hektar. • Saat ini, hutan di daerah Sumatra Selatan telah mangalami banyak konversi. Beberapa hutan mengalami alih fungsi menjadi hutan industri atau perkebunan kopi maupun kelapa sawit. • Pembukaan hutan untuk perkebunan sawit umumnya akan berdampak terhadap kondisi biota pada suatu ekosistem.
PENDAHULUAN Latar belakang • PT Sampoerna Agro yang berlokasi di Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan mempunyai total area kelapa sawit sebesar 60,150 hektare. • 39,927 ha kebun plasma • 20,223 ha dikembangkan perusahaan. • 90%dari perkebunan yang ada sudah dalam kondisi matang siap untuk dipanen.
PENDAHULUAN Latar belakang • Perusahaan ini menyatakan bahwa mereka berniat untuk menjalankan seluruh lini usaha perusahaan dengan tetap memperhatikan kondisi lingkungan. • Salah satu cara menjaga sebuah hutan bisa dimanfaatkan dengan tetap lestari adalah menggunakan High Conservation Value Forest (HCVF). • Sebuah perusahaan, perlu tetap memperhatikan banyak faktor dalam membuka sebuah hutan dan mengkonversinya menjadi perkebunan. Faktor-faktor tersebut berupa : • keanekaragaman hayati, • pemanfaatan lingkungan oleh masyarakat sekitar (terutama masyarakat asli), • situs ekologi yang bersifat unik (seperti pegunungan karst), • dan sebagainya.
PENDAHULUAN Latar belakang • HCVF ini penting, karena merupakan semacam standarisasi pengolahan hutan lestari. • Sebuah perkebunan yang sudah disertifikasi, akan memiliki kemudahan dalam mengakses pasar untuk menjual produknya. • Secara umum, bila sebuah perusahaan melakukan assesment HCVF, perusahaan tersebut tidak hanya memberikan kontribusi pada masyarakat sekitarnya dengan meningkatkan pendapatan masyarakat, tetapi juga lewat hutan yang lestari. • Di sisi lain, perusahaan juga mendapat keuntungan dengan banyaknya perusahaan lain yang mau menerima produk yang dihasilkan mereka.
PENDAHULUAN Latar belakang • Dalam komponen HCVF, salah satu faktor adalah biodiversitas. Kondisi biodiversitas suatu daerah merupakan indikator yang bisa dipergunakan untuk menentukan kualitas suatu lingkungan. • Kegiatan monitoring biodiversitas mamalia, burung, avertebrata tanah, perairan, herpetofauna (reptil dan amfibi), dan vegetasi di area sekitar kebun kelapa sawit PT. Sampoerna Agro, Ogan Komering Ilir, Sumatra Selatan. • Hasil dari kegiatan ini dapat membantu segala pihak dalam menciptakan langkah-langkah strategi konservasi dalam upaya pelestarian serta membantu pemerintah daerah dan perusahaan dalam menentukan kebijakan pembangunan dan pengembangan yang lestari tanpa mengganggu habitat kehidupan biota di wilayah ekosistem tersebut.
Tujuan Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengetahui keberadaan dan penyebaran spesies-spesies dan kondisi abiotik dari suatu wilayah hutan disekitar area kelapa sawit oleh PT Sampoerna Agro, sehingga dapat diketahui dampak dari pembukaan hutan kelapa sawit terhadap keberadaan dan sebaran biota di daerah sekitar lokasi.
Manfaat Untuk memonitoring keberadaan keanekaragaman hayati yang terdapat di lokasi, sehingga diiharapkan dapat meminimalisir dampak negatif yang diakibatkan oleh pembukaan kebun kelapa sawit terhadap keanekaragaman hayati di lokasi tersebut. Hal tersebut dapat diketahui dari inventarisasi keberadaan satwa dan komposisi vegetasi komunitas tumbuhan. Hasil dari monitoring tersebut diharapkan dapat dimanfaatkan untuk menyelesaikan masalah yang terkait dengan gangguan terhadap keanekaragaman hayati di lokasi tersebut.
Lokasi dan waktu survei Kegiatan survei akan dilakukan di daerah area yang menjadi kawasan konservasi di kebun kelapa sawit PT. Sampoerna Agro, Ogan Komering Ilir, Sumatra Selatan.
Metode ikan • Metode yang digunakan adalah metode sampling, yaitu mengambil ikansebagai contoh untuk melihat keaneka ragaman jenis ikan. • Teknik pengambilan sampel ikan dengan menggunakan alat tangkap antara lain Bubu, Tampirai, JaringdanJalayang di pasang di beberapa tempat dimana titik pengamatan atau disekitar lingkungan pengamatan dilakukan dalam survei ini. • Pada masing-masing lokasi survei alat dipasang selama 4 hari. Alat tangkap yang sudah dipasang diperiksa pagi dan sore hari untuk melihat apakah ada ikan yang tertangkap, • Ikan yang tertangkap diidentifikasi untuk mengetahui jenis atau spesiesnya dengan menggunakan buku identifikasi ikan yang disusun Weber & Beaufort (1916); Smith (1945); Inger & Chin Phui Kong (1962); dan Kottelat dkk. (1993).
Faktor fisik air • Faktor fisikokimia air seperti • Suhu • pH • oksigen terlarut (DO) • salinitas, konduktivitas • kecerahan, lebar sungai • kecepatan arus, kedalaman sungai • tipe dasaran • ketinggian lokasi pengambilan sampel (altitude) • Pengambilan sampel langsung diukur di setiap stasiun.
Metode herpetofauna • Pertama, perolehan data berdasarkan hasil pengamatan dari sepanjang transek yang telah dibuat, dimana pada masing-masing lokasi sekitar empat km. Pengamatan dilakukan pada pagi dan malam hari, pengamatan pagi hari dari pukul 6.00 wib sampai selesai, malam hari pukul 18. 30 wib - sampai selesai. • Kedua, data diperoleh dengan sistem pencarian secara acak disekitar lokasi survei, seperti wilayah disekeliling badan air diam dan mengalir. • Ketiga,data hasil tangkapan penduduk (jaring/renggek, bubu dan tempirai), informasi dari penduduk sekitar lokasi survey dan diyakini kebenarannya.
Preservasi • Pengawetan spesimen (preservasi) dilakukan apabila spesies yang dijumpai belum teridentifikasi atau masih diragukan nama ilmiahnya. • Prosedur pengawetan, dilakukan dengan cara menyuntik dengan alkohol 70 % pada bagian tengkuk amfibi maupun reptil, penomoran koleksi, kemudian direndam dalam formalin 10 % selama ± 24 jam, atau lebih lama.
Metode primata • Metodologi yang digunakan dalam pengamatan ini adalah penelusuran jalur (Line Transect) dan pengamatan secara acak (random) pada daerah sekitarnya atau berjalan mengikuti jalur yang sudah ada. • Pada setiap lokasi dibuat 3 - 4 jalur transek yang masing-masing sepanjang ± 1.000 meter.
Metode burung • Pengamatan dilakukan pada pagi hari antara pukul 06.00 – 10.00 dan sore harinya antara pukul 14.00 – 18.00. menggunakan metode titik hitung (point count). • Data burung didapatkan dengan cara membagi lokasi taman menjadi titik-titik pengamatan dengan radius pengamatan ± 10 m dan jarak antar titik sejauh 30 m. Panjang jalur pengamatan menyesuaikan dengan panjang jalur yang ada di tiap-tiap taman dengan waktu pengamatan di tiap titik selama 20 menit. • Untuk mengetahui keanekaragaman jenis burung, pengumpulan data menggunakan metode 20 jenis burung (MacKinnon dalam Rombang 2000) dimana dalam pelaksanaannya data dikumpulkan dari semua lokasi yang di survei termasuk lokasi transek dan desa-desa yang dilewati.
Analisis vegetasi • Pengamatan vegetasi dilakukan pada jalur transek yang telah dibuat dengan cara membuat plot berukuran 20 x 20 meter. • Jarak antara plot adalah 100 meter. Tiap lokasi dengan panjang jalur transek 4 kilometer diamati 40 plot atau dengan luas total pengamatan 18 ha. • Pengumpulan data yang diambil dalam pengamatan ini adalah jenis pohon yang mempunyai ukuran diameter di atas 10 cm .
Metode avertebrata tanah • Pengambilan serangga tanah seperti dilakukan Sulistyaningtyas (1995) dengan menggunakan metode kwadran berukuran 1 x 1 meter. • Jumlah petak sampel minimum 3 kali pengambilan, atau disesuaikan dengan kondisi lingkungan atau habitat yang ada. • Pengambilan dilakukan secara acak. Kedalaman tiap kuadran akan disesuaikan dengan kondisi habitat. Setiap kuadran diambil pula tipe tanah atau serasah.
Analisis data • Kerapatan relatif (Kr.) yaitu dinyatakan dengan angka yang merupakan hasil bagi kerapatan suatu jenis dengan total kerapatan semua jenis dalam suatu petak percobaan dikalikan seratus persen. • Dominansi reratif (Dr) yaitu dominansi suatu jenis di bagi dominansi total semua jenis dikalikan seratus persen.. • Frekwensi relatif (Fr) yaitu nilai frekuensi suatu jenis dibagi nilai frekuensi semua jenis dikalikan seratus persen • INP: Kr + Dr + Fr
Personil tim pelaksana kegiatan terdiri dari Mahasiswa Program Pascasarjana Biologi Konservasi, Departemen Biologi, Universitas Indonesia • Ketua pelaksana kegiatan dan bagian survei burung – Acep Abdullah • Sekretaris dan bagian survei vegetasi komunitas tumbuhan – Windri Handayani • Bendahara dan bagian survei perairan (ikan) dan burung – Ni Made Rai • Humas - Rahayu Siti Harjanthi • Bagian survei herpetofauna (Reptil dan amfibi) dan avertebrata tanah - Nugroho Ponco Sumanto • Bagian survei primata – Fitriah Basalamah • Bagian survei perairan – Agus Isnaini • Bagian survei vegetasi komunitas tumbuhan – Purity Sabila A. • Bagian survei avertebrata tanah dan perairan – Maulana Isnarto
Daftar Pustaka • Arumasari, R. 1989. Komunitas burung pada berbagai habitat di kampus UI Depok. Skripsi Jurusan Biologi FMIPA UI, Jakarta: viii + 89 hlm. • Berra, T.M. 2001. Freshwater fish distribution. Academic Press, San Diego: xxxviii + 602 hlm. • Cox, G. W. 1996. Laboratory manual of general ecology. 7th ed. Wm. C.Brown Company Publisher, Dubuque: x + 278 hlm. • Corn, P.S. 1994. Straight-line drift fence and pitfall trap. Dalam: Heyer, W.R., M.A. Donnelly, R.W. McDiarmid, L.C. Hayek, & M.S. Foster (eds.). 1994. Measuring and monitoring biological diversity: Standard methods for Amphibians. Smithsonian Institution Press, Washington: 109--117. • Fitri, A., M.D. Kusrini, A. Priyono. 2003. Keanekaragaman jenis Amfibi (Ordo Anura) di Kebun Raya Bogor. Dalam: Kusrini, M.D., A. Mardiastuti, T. Harvey (eds.). 2003. Prosiding seminar hasil penelitian: Konservasi Amfibi dan Reptil di Indonesia. IRATA, Bogor: 13—25. • Hadiaty, R.K. 2000. Beberapa catatan tentang aspek pertumbuhan, makan, dan reproduksi ikan nilem paitan (Osteochilus jeruk Hadiaty & Siebert, 1998). Berita Biologi 5(2): 151--156. • Haryono. 2006. Mengenal tambra (Tor tambroides), ikan raja dari Pegunungan Muller, Kalimantan Tengah. Fauna Indonesia 6(1): 27--30. • Inger, R.F. & Chin Phui Kong. 1962. The freshwater fishes of North Borneo. Fieldiana. Zool 45: 1--268. • Jaeger, R.G. 1994. Transeck sampling. Dalam: Heyer, W.R., M.A. Donnelly, R.W. McDiarmid, L.C. Hayek, & M.S. Foster (eds.). 1994. Measuring and monitoring biological diversity: Standard methods for Amphibians. Smithsonian Institution Press, Washington: 103—107. • Jaeger, R.G. & R.F. Inger. 1994. Quadrat sampling. Dalam: Heyer, W.R., M.A. Donnelly, R.W. McDiarmid, L.C. Hayek, & M.S. Foster (eds.). 1994. Measuring and monitoring biological diversity: Standard methods for Amphibians. Smithsonian Institution Press, Washington: 97—102. • Karr, J.R. 1991. Biological Integrity: A long-neglected aspect of water resource management. Ecological Application 1(1): 66--84. • Kompas. 2005. 1,8 Juta Ha Hutan Produksi di Sumsel Gundul. http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0512/12/daerah/2280171.htm. 12 Desember 2005. 1 hlm. • Kompas. 2006. Habitat 400 Ekor Gajah Terancam HTI. http://64.203.71.11/kompas-cetak/0604/25/sumbagsel/2607589.htm. 25 April 2006. 1 hlm. • Mistar. 2003. Panduan lapangan Amfibi di kawasan ekosistem Leuser. The Gibbon Foundation & PILI-NGO Movement, Bogor: viii + 111 hlm. • Supriatna, J. 2008. Melestarikan alam Indonesia. Yayasan Obor Indonesia, • Jakarta: xx+482 hlm. • Susanto, D. 2006. Struktur komunitas amfibi di kampus universitas indonesia, depok, jawa barat. Skripsi Departemen Biologi FMIPA UI, Depok: x + 68 hlm. • Sulistyaningtyas, S.E. 1995. Komposisi fauna tanah pada beberapa lahan suksesi setelah perladangan di Apau Ping, Hulu Sungai Bahau. PHPA & WWF: 34 hlm. • Waite, S. 2000. Statistical ecology in practice: a guide to analysing environmental and ecological field data. Pearson Education Limited, Edinburgh Gate: xx + 414 hlm. • Whitten, T., S.J. Damanik, J. Anwar & N. Hisyam. 2000. The Ecology of Sumatera. Periplus Editions (HK) Ltd., Singapore: xxxiii + 478 hlm.
Acep Abdullah lulus S1 Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Indonesia tahun 2001. Pada tahun 1996 pernah menjadi surveyor AMDAL di Pantai Indah Kapuk untuk bidang burung. Pernah pula menjadi siurveyor Koridor Burung Jakarta (1997). Tahun 1997-2001 menjadi asisten ekologi, taksonomi hewan dan tumbuhan, serta genetika. Pernah pula menjadi account executive di BII (2004-2005)dan tenaga freelance design grafis (2005-2008). Saat ini selain mengambil kuliah di Program Pascasarjana Biologi Konservasi, sambil menjadi guru Biologi honorer kelas Internasional SMA 8, Bukit Duri, Jakarta dan Pengajar lepas Biologi pada Bimbingan belajar Quantum.
Windri Handayani lulus S1 dari Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Indonesia tahun 2006. Skripsinya berjudul “Induksi kalus tangkai daun Centella asiatica L.urban pada modifikasi medium MS (1962) dengan kadar sukrosa yang bervariasi”. Pada tahun 2003 hingga 2009 menjadi asisten, di antaranya struktur tumbuhan, fisiologi tumbuhan, dan kultur in vitro tumbuhan. Tahun 2006-2009 ini menjadi asisten penelitipada laboratorium kultur jaringan KHANSA ORCHIDS, Depok. Selain itu juga pernah menjadi freelance editor (2006) dan penulis buku bermain sains untuk anak-anak pada Penerbit Ganeca Exact (2008). Saat ini selain kuliah di Program Pascasarjana Biologi Konservasi, juga menjadi asisten penelitian pada beberapa penelitian di Universitas Indonesia, di antaranya ialah penelitian Belimbing –kerjasama DRPM UI dengan pemkot Depok- dan asisten penelitian Tim Kecil Bidang Unggulan Nanoscience and Technology: Biosintesis Nanopartikel dari tumbuhan.
Ni Made Rai lulus S1 dari Departemen Biologi, FMIPA, Universitas Indonesia tahun 2007. Penelitiannya mengenai “Health Assessment of Kluet River, South of Aceh based on Fish Community Characteristics”. Pernah menjadi mentor pada beberapa acara birdwatching yang diadakan oleh MetLife dan BidLife Indonesia (2005). Kerja praktik di Museum Zology, Bogor (2005). Mengikuti kegiata ekspolrasi burung perairan di Madura dan Jepara (Burung Indonesia). Selain itu, juga pernah terlibat dalam aktivitas Eksplorasi Ikan Air Tawar di Daerah Barat Sumatera (2006). Pernah pula menjadi asisten praktikum keanekaragaman hewan, taksonomi vertebrata, dan ekologi. Pada tahu 2008, pernah menlakukan survey fauna untuk penilaian lingkungan PT. INCO Tbk. di Sorowako, Sulawesi Selatan.
Rahayu Siti Harjanthi lulus S1 dari Jurusan Antropologi Universitas Indonesia pada tahun 2007. Skripsinya berjudul “Menjadi Barista Starbucks di Indonesia: Sebuah Autoetnografi” merupakan hasil penelitiannya selama bekerja menjadi barista Starbucks dimana ia berhasil memperoleh gelar “Coffee Master”. Pada tahun 2006 mulai bekerja untuk Rainforest Alliance SmartWood Program sebagai Chain-of-Custody (CoC) Assistant di Asia Pacific Regional Office. Tanggung jawabnya adalah sebagai task manager sertifikasi CoC dari skema sertifikasi pengelolaan hutan berkelanjutan Forest Stewardship Council untuk klien-klien SmartWood di seluruh Asia Pasifik, terutama Indonesia, Malaysia dan Singapura. Selama bekerja di sana Rahayu telah terlibat dalam 30 assessment/audit CoC dan juga pernah terlibat dalam tim sosial untuk FSC Controlled Wood forest assessment. Saat ini, sembari menyelesaikan program pascasarjana di Jurusan Biologi Konservasi Universitas Indonesia, Rahayu bekerja di Indonesia Liaison Office dari the Roundtable on Sustainable Palm Oil, sebuah asosiasi untuk pengelolaan kelapa sawit berkelanjutan.
Nugroho Ponco Sumanto lulus S1 dari Departemen Biologi, FMIPA, Universitas Indonesia tahun 2007. Dengan penelitian “Resource area partitioning of ant in Acacia trees at Hutan Kota UI, Depok”. Tahun 2003 pernah melakukan AMDAL di Derah Pemukiman Pantai Indah Kapuk. Pernah pula menjadi asisten taksonomi vertebrata (2003-2005) dan ekologi (2003-saat ini). Anggota dari Kelompok Studi Hidupan Liar COMATA-UI dan Bionic Comic and Graphic Design Workshop. Pberpengalaman dalam melakukan survei herpetofauna di daerah Sulawesi (2007) dan Papua (2008).
Fitriah Basalamah lulus S1 dari Fakultas Biologi, Universitas Nasional, Jakarta tahun 2006, dengan penelitian berjudul “Seed dispersal by Hylobates agilis albibarbis at Orangutan Station Research, Tuanan- Central Kalimantan”. Berpengalaman melakukan survei primata di beberapa daerah di Indonesia, tahun 2006 di Stasiun Penelitian Ketambe, Naggroea aceh Darussalam; tahun 2007 di kuningan dan di Bodogol, Jawa Barat; tahun 2008 di Hutab Sarulla, Tapanuli Utara, Sumatera Utara. Selain itu, juga pernah menjadi asisten lapangan untuk primata di Taman Nasional Gunung Halimun, Jawa Barat. Kegiatan lainnya antara lain aktif dalam konferensi, simposium dan workshop mengenai primata.
Agus Isnaini lulus S1 dari Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya, Palembang. Penelitian dan karya ilmiah yang pernah dihasilkan ialah “Analisis Limbah Cair Kelapa Sawit di PT Tania Selatan (SUM-SEL)” (2007) dan “Bioremediasi Limbah Sludge Minyak Bumi Menggunakan Bakteri Indigenous Hidrokarbonoklastik Skala Laboratorium“. Tahun 2003-2006 pernah menjadi Assisten dosen laboratorium ( Mikrobiologi, Taksonomi, Ekologi Dasar ), Universitas Sriwijaya, Palembang. Selain itu pada tahun 2004, juga pernah mejadi surveyor kuliah lapangan di pulau Tegal, Lampung. Melakukan Ekspedisi Taksonomi hewan dan tumbuhan di Mentok (Bangka), di pulau Pisang Gadang (SUMBAR), di Gunung Dempo (SUMSEL), di Sungai Manis (Bengkulu) (2003-2007), serta Anggota Tim peneliti pengolahan limbah sludge dengan metode bioremediasi di PT Pertamina EP, Jambi (2007—2008).
Purity Sabila A. mendapatkan gelar S1 di Departemen Biologi, Universitas Airlangga pada tahun 2008. Hasil penelitiannya berjudul “Profil Protein Membran Spermatozoa Kelinci (Oryctolagus cuniculus)” kemudian dijadikan bahan untuk menyelesaikan skripsinya. Pada tahun 2003, pernah mengikuti pelatihan pendidikan lingkungan hidup dan peduli alam yang diadakan oleh MAB Indonesia-LIPI. Selama menjadi mahasiswa di Universitas Airlangga, Purity pernah menjadi asisten dosen mata kuliah taksonomi tumbuhan, dan mengikuti praktek kerja lapangan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan Kebun Raya Bogor meneliti berbagai macam anggrek yang dikultur. Saat ini, Purity sedang menyelesaikan studi Pascasarjana di Departemen Biologi mengambil jurusan Biologi Konservasi.
Maulana Isnarto lulus S1 dari Departmenen Bioogi, MIPA UNIB tahun 2006. Tahun 2005 hingga 2006 menjadi Asistan lab. untuk AMDAL di Departemen Biologi, FMIPA, Universitas Bengkulu. Untuk Berpengalaman sebagai Marine Biodiversity group sebagai bagian teknis diDaerah Utara Australia (2006). Pernah mengikuti Australia Indonesia Youth Exchange Program (AIYEP)(2006-2007). Saat ini bekerja sebagai penyiar berita di PRO3 RRI, Radio Berita Nasional di Jakarta.