280 likes | 1.09k Views
TEORI PERILAKU KONSUMEN. Ada 2 alasan untuk mempelajari perilaku konsumen yaitu: 1. Alasan konsumen untuk membeli lebih banyak barang atau jasa pada harga yang lebih rendah dan menguranginya pada saat harga tinggi.
E N D
TEORI PERILAKU KONSUMEN • Ada 2 alasan untuk mempelajari perilakukonsumen yaitu: 1. Alasan konsumen untuk membeli lebih banyak barang atau jasa pada harga yang lebih rendah dan menguranginya pada saat harga tinggi. 2. Bagaimana seorang konsumen menentukan jumlah dannkomposisi dari barang yang akan dibeli dari pendapatan yang diperolehnya.
Pendekatan Teori Perilaku Konsumen • Pendekatan nilai guna (utility) Kardinal Yaitu kepuasan konsumsi yang dapat diukur atau dihitung dengan menggunakan angka, uang atau satuan bilangan lainnya. Ada beberapa asumsi teori nilai guna kardinal yaitu: • Nilai guna dapat diukur. • Konsumen bersifat rasional sehingga perilakunya dapat dipahami secara logis. • Konsumen bertujuan untuk memaksimumkan utilitasnya.
TUX • Teori nilai guna dapat dibedakan menjadi 2 yaitu: • Nilaigunatotalyaitujumlahseluruhkepuasanyangdiperolehdarimengkonsumsi sejumlah barang. C 90 D 83 B 78 A 80 TUX X 5 2 8 11 0 Kurva nilai guna total bermula dari titik 0, yang menunjukkan tidak ada konsumsi barang x, selanjutnya akan naik seiring dengan bertambahnya jumlah konsumsi, dan pada akhirnya akan turun apabila konsumsi melebihi 8.
Kurva nilai guna marginal MUX MUY MUZ PX PY PZ 30 = = MU = Margianal Utility P = Harga barang x,y,z = Macam barang konsumsi 8 0 1 Kurva nilai guna marginal turun dari kiri atas ke kanan bawah. Yang mencerminkan hukum nilai guna yang semakin menurun. Kurva nilai guna marginal yang semakin menurun. Kurva nilai guna marginal memotong sumbu datar sesudah jumlah 8. Yang menunjukkan nilai guna adalah negatif
2. Pendekatan Ordinal. Yaitu besarnya nilai guna bagi seorang konsumentidak perlu diketahui. Jadi pendekatan nilai guna adalah tingkat kepuasan seseorang dapat mengkonsumsi barang atau jasa tidak dapat diukur dengan uang atau angka tetapi dapat dikatakan lebih tinggi atau lebih rendah (ke1, ke2, ke3, dan seterusnya) Asumsi yang digunakan : • Konsumen akan selalu memilih kombinasi barang yang akan dikonsumsi yang akan mendatangkan kepuasan maksimum. • Konsumen dianggap mempunyai informasi yang sempurna atas uang yang tersedia baginya serta informasi tentang harga pasar. • Konsumen perlu mem`punyai preferensi yang disusun atas besarnya nilai guna, walaupun besarnya nilai guna itu secara absolute tidak perlu diketahui.
Y • Kurva indefferent merupakan kurva yang menunjukkan kombinasi konsumsi dua macam barang dari seorang konsumen yang memberikan tingkat kepuasan yang sama. A Y1 B Y2 C IC Y3 X X1 X2 X3 0
Beberapa ciri kurva indefferent: Y IC A Y1 - ΔY ΔX ΔY B Y2 ΔX X X2 0 X1 Kurva indeferent mempunyai kemiringan negatif (dari kiri atas ke kanan bawah).
Y C Y3 B Y2 IC 3 A Y1 IC 2 IC 1 X X1 X2 X3 0 Kurva indeferent yang lebih tinggi kedudukannya menunjukkan tingkat kepuasan yang semakin tinggi.
Y IC 2 IC 1 A B C 0 X Kurva indeferent tidak pernah berpotongan dengan kurva indefferent lainnya.
Y 4 3 2 IC 1 X 1 2 3 7 8 4 5 6 Kurva indefferent cembung ke titik asal.( titik 0 )
Y Garis Anggaran Konsumen B/Py Merupakan suatu keadaan dimana konsumen mencapai kepuasan maksimum dengan menghabiskan anggaran tertentu untuk mengkonsumsi suatu barang atau jasa. X B/Py 0 Kemiringan garis anggran tersebut adalah sebesar B / PX PX B / PY PY B = PX.X+PY.Y = B PX Y X PY PY - =
Kurva Keseimbangan Konsumen Y IC 2 IC 1 B/Py Untuk mengetahui bagaimana konsumen mengalokasikan pendapatannya diantara dua produk dengan harga barang tertentu sehingga utilitas maksimum A Y1 C Y2 B Y3 X X1 X2 X3 B/PX 0
Pengaruh pendapatan dan pengaruh subtitusi Y B1/Py Kurva pendapatan konsumen Y1 B IC2 Y A IC1 X B1/PX X X1 B/PX 0 Kurva pendapatan konsumen menunjukkan perubahan pendapatan sementara harga barang tetap
(B) Pendapatan Kurva Engel B1 B X X1 X 0 Kurva engel menunjukkan kuantitas dari salah satu barang dan pendapatan.
Pengaruh Pendapatan dan Subtitusi B2/Py1 B1/Py1 Y3 C B Y2 IC2 A Y1 IC1 X X1 X3 0 X2 B1 PX2 B1 PX1 B2 PX2