300 likes | 623 Views
Peran Lembaga Dalam Pengembangan Arkeologi di Masyarakat. Berkembangnya arkeologi dan lembaga yang menanganinya di Indonesia sebenarnya dimulai lebih dari 200 tahun lalu. Peminat sejarah, seni, dan bahasa mengawali kajian maupun dokumentasi kepurbakalaan yang mereka lihat di Jawa.
E N D
Berkembangnya arkeologi dan lembaga yang menanganinya di Indonesia sebenarnya dimulai lebih dari 200 tahun lalu. Peminat sejarah, seni, dan bahasa mengawali kajian maupun dokumentasi kepurbakalaan yang mereka lihat di Jawa.
Pada Awalnya…. Pada tahun 1778 didirikan Bataviaach Genootschap van Kunsten en Wetenschappen di Batavia (Jakarta) untuk menampung minat penelitian tentang kebudayaan dan ilmu pengetahuan di Hindia-Belanda
Sir Thomas Stamford Raffles (1781-1826) Gubernur Jenderal Inggris Peminat Sejarah dan Arkeologi
Ilustrasi Candi Borobudur dan Brambanan dalam buku A History of Java karangan Sir Thomas Stamford Raffles
Franz Wilhelm Junghuhn (1809-1864) Dokter, Penjelajah, Naturalis, dan Peminat Arkeologi Membuat gambar litografi tentang Jawa tahun 1850an - 1960an
Candi Kalasan, Bogem Candi Parikesit, Dieng Pendokumentasian kepurbakalaan di Jawa 1864-1865
Kasjan Chepas 1844-1912: Juru Foto Indonesia Pertama Tahun 1890-1891 ia mengabadikan relief cerita Karmawibhangga yang (hingga sekarang) tersembunyi di kaki candi Boobudur
Tahun 1931 Pemerintah Hindia-Belanda mendirkan dua komisi yang menjai cukal-bakal Lembaga Purbakala (Oudheidekindige Dienst) Jan Laurens Andries Brandes, ahli filologi Kepala Commissie in Nederlandsch-Indie voor Oudheidkundige Onderzoek op Java en Madoera Johan Hendrik Caspar Kern, ahli lingustik Kepala Commissie van Bijstand voor het Oudheidkundige Onderzoek op Java en Madoera.
Para pendiri dan pengembang Lembaga Purbakala (Oudheidekindige Dienst – Dinas Purbakala) Ketua Pertama (1913-1915) Nicolaas Johannes Krom: arkeologi dan filsafat Ketua Kedua (1916-1936) F.D.K. Bosch: ahli sejarah dan arkeologi Ketua Kelima (1947-1953) August Johan Bernet Kempers ahli arkeologi Ketua Ketiga (1936-1942) Willem Frederik Stutterheim ahli sejarah dan arkeologi Ketua Keenam (1953-1964) Raden Soekmono ahli arkeologi Ketua Keempat (1942-1945) Raden Mas Ngabehi Poerbatjaraka ahli sastra Jawa Kuna
Hasil-hasil pelestarian dan penelitian menginspirasi masyarakat awam dan cendikiawan untuk menghasilkan karya-karya baru, walaupun tidak selalu berhubungan dengan dunia kepurbakalaan.
Atas izin Ouheidekundige Dienst didirikanlah…. Java Instituutdi Surakarta tahun 1919, dipimpin oleh Dr. Huesin Djajadiningrat yang kemudian membuka cabang di Yogyakarta. Atas inisiatif Ir. Maclaine Pont dan Bupati Mojokerti bernama Kromodjojo Adinegoro bererta teman-teman mereka, tahun 1924 didirikanlah Oudheidekinge Vereeniging Majapahitdi Mojokerto.
Patih Gajah Mada sebagai tokoh Diangkat oleh Muhammad Yamin (1948), sebelum menjadi Menteri Sosial dan Kebudayaan (1959-1960)
Membuat alat batu jaman paleolitik
Rekonstruksi menggunakan data arkeologi Mempertemukan hasil penelitian dengan imajinasi “common sense”
Piramid Gunung Padang karya Pon Pura atnika
Mentertawakan diri sendiri - karena tidak bisa menerka masa depan
Dewa Aztec menunggang roket - Meksiko Ketika Mahluk Luar Angkasa Mengajarkan Kebudayaan Kepada Manusia Melepas nalar masuk ke imajinasi