20 likes | 237 Views
Sering dijumpai di media masa, kasus remaja seperti tawuran yang tidak jarang menimbulkan korban jiwa. Hal ini terjadi karena solidaritas remaja yang tinggi terhadap kelompoknya. Atau perkosaan yang dilakukan remaja yang
E N D
Sering dijumpai di media masa, kasus remaja seperti tawuran yang tidak jarang menimbulkan korban jiwa. Hal ini terjadi karena solidaritas remaja yang tinggi terhadap kelompoknya. Atau perkosaan yang dilakukan remaja yang disebabkan kontrol seksual yang rendah. Catalan Polda Metro Jaya menunjukkan bahwa kasus perkelahian pelajar pada tahun 1989 terjadi 80 kasus, tahun 1990 tawuran meningkat menjadi 212 kasus, dan tahun 1991 menjadi 260 kasus. Selama bulan September sampai dengan Oktober 1992 teijadi kasus perkelahian yang mengakibatkan 8 pelajar meninggal dunia (Alit dkk, 1995). Data Pengadilan Negeri Wates menunjukkan bahwa 135 kasus kriminalitas 50 % pelakunya adalah remaja. Bahkan angka laju kejahatan remaja di Jogjakarta sebanyak 12,5 % yang berarti melebihi angka yang ditolerir internasional yaitu maksimai 12 % pertahun. Dapat pula dilihat dari laporan survey pada bulan Februari sampai dengan Maret 1999 oleh Tim Alumni Mahasiswa Islam Universitas Pancasila, lebih dari 86 % pelaku seks ABG di Kebayoran Baru Jakarta di bawah usia 17 tahun (Setyawati dalam Royani, 2000). Catatan ini menunjukkan bahwa kriminalitas dilakukan oleh remaja sebagai dampak ekstrim yang terjadi karena remaja tidak mampu melewati krisis identitas secara baik. Erikson (dalam Atkinson dkk, 1996) berpendapat bahwa remaja merupakan masa berkembangnya identity. Pengalaman hidup remaja dalam keadaan moratorium, yaitu suatu periode saat remaja diharapkan mampu mempersiapkan dirinya untuk masa depan dan mampu menjawab pertanyaan siapa saya ? (Who am I ?). Jadi kegagalan remaja untuk menuntaskan krisis