10 likes | 266 Views
2 manusia dalam jumlah yang tidak dapat dikatakan sedikit. Adanya kasus-kasus agresivitas pada masyarakat, menyebabkan masyarakat menjadi resah dan labil. Pada awal tahun 1999, tepatnya bulan Februari di wilayah timur Indonesia
E N D
2 manusia dalam jumlah yang tidak dapat dikatakan sedikit. Adanya kasus-kasus agresivitas pada masyarakat, menyebabkan masyarakat menjadi resah dan labil. Pada awal tahun 1999, tepatnya bulan Februari di wilayah timur Indonesia tepatnya di propinsi Maluku muncul lagi kasus agresivitas yang sangat mengejutkan. Kota Ambon, yang sering disebut dengan Ambon Manise, sebelumnya dapat dikatakan penduduknya hidup berdampingan dengan aman dan damai, tapi kini memperlihatkan sebuah keadaan yang sebaliknya. Di kota ini terjadi kasus agresivitas berupa kerusuhan yang melibatkan isu SARA yang dimulai dengan pertentangan dengan kaum pendatang dari luar Ambon yang kemudian merebak menjadi pertentangan dua pemeluk agama antara penduduk kota Ambon sendiri, masyarakat dari dua agama saling menyalahkan dan berakhir dengan pembantaian yang menimbulkan korban materi yang tidak sedikit dan ratusan korban jiwa. Begitu juga hal yang terjadi di propinsi Kalimantan Barat tepatnya kota Sambas. Dalam kasus ini kerusuhan yang terjadi juga melibatkan unsur SARA yaitu unsur etnis antara kaum pendatang dan penduduk asli yang hingga bulan April 1999 masih bergejolak . Tahun 2001 ini bergejolak kembali sebuah kasus agresivitas yang terjadi di propinsi Kalimantan Tengah tepatnya di daerah Sampit. Di daerah ini terjadi kerusuhan antara dua etnis yaitu Madura dengan penduduk asli (suku Dayak) yang menelan beratus-ratus korban jiwa maupun kerugian material yang tidak sedikit. Hal yang sama juga terlihat pada mahasiswa dan pelajar yang sering melakukan tawuran dalam rangka membela kepentingan dirinya sendiri maupun kelompoknya, yang sebabnya kadang merupakan hal yang sangat sepele atau