80 likes | 411 Views
BAB I. LATAR BELAKANG MASALAH. PERTANYAAN PENELITIAN. Bagaimana gambaran subjective well-being pada lansia penghuni panti jompo? Mengapa subjective well-being dialami oleh lansia penghuni panti jompo ?. TUJUAN PENELITIAN.
E N D
BAB I LATAR BELAKANG MASALAH PERTANYAANPENELITIAN Bagaimana gambaransubjective well-beingpada lansia penghuni panti jompo? Mengapasubjective well-being dialamiolehlansia penghuni panti jompo? TUJUAN PENELITIAN Untuk mengetahui gambaran subjective well-being pada lansia penghuni panti jompo dan mengkaji faktor-faktor yang menyebabkan subjective well-being yang dialami oleh lansia penghuni panti jompo Subjective well-being ini merupakan suatu bentuk evaluasi mengenai kehidupan individu yang bersangkutan. Bentuk evaluasi dapat dilakukan melalui dua cara yaitu: penilaian secara kognitif, seperti kepuasan hidup, dan respon emosional terhadap kejadian, seperti merasakan emosi yang positif (Diener,2002). Subjective well-being penting bagi lansia karena dengan seseorang memiliki penilaian yang lebih tinggi tentang kebahagiaan dan kepuasan hidup maka mereka cenderung bersikap lebih bahagia dan lebih puas (Muba, 2009) MANFAAT PENELITIAN ManfaatTeoritis Manfaatpraktis
BAB II Pengertian Subjective Well-being Menurut Diener dan Lucas (1999), Subjective Well-being adalah evaluasi seseorang tentang hidup mereka, termasuk penilaian kognitif terhadap kepuasan hidupnya serta evaluasi afektif dari mood dan emosi-emosi. KomponenSubjective Well-Being • Menurut (Diener, 1997) subjective well-being diukur • berdasarkan pada prespektif individu yang bersangkutan, • melalui 3 komponen yang saling berhubungan antara lain : • 1. Kepuasan Hidup • 2. Afeksi Positif • 3. Afeksi Negatif
Subjective Well-being PadaLansiaPenghuniPantiJompo Didalam panti jompo terkadang lansia mengalami beberapa masalah yang menyebabkan lansia merasa tidak betah untuk tinggal didalam panti jompo, hal tersebut dapat menyebabkan lansia mengalami depresi (Partini, 2002). Namun jika lansia memilikiSubjective Well-being maka dapat membuat lansia menikmati kehidupanya terutama didalam panti jompo, karena individu yang memiliki Subjective Well-being pada umumnya memiliki kualitas hidup yang mengagumkan (Diener, 2000). Besar kecilnya tingkatSubjective Well-being seseorang dapat dilihat berdasarkan prespektif hidup dari orang yang bersangkutan, melalui 3 komponen yang saling berhubungan yaitu kepuasan hidup, afeksi positif dan afeksi negatif (Diener, 1977) Seseorang yang memiliki subjective well-being dia akan dengan mudah beradaptasi dengan lingkungannya yang baru. Dia akan cenderung lebih menikmati hidup karena dia menjalaninya dengan rasa bahagia tanpa tertekan dan selalu berfikir positif.
BAB III Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan studi kasus Stake (dalam Heru Basuki, 2006) menjelaskan bahwa studi kasus ditekankan oleh beberapa peneliti karena memfokuskan tentang apa yang dapat dipelajari secara khusus pada kasus tunggal. Penekanan studi kasus adalah memaksimalkan pemahaman tentang kasus yang dipelajari dan bukan untuk mendapatkan generalisasi. Subjek Penelitian Subjek adalah seorang lansia berjenis kelamin laki-laki berusia 60-70 tahun yang tinggal didalam panti jompo WawancaraDalam penelitian ini akan digunakan tipe wawancara bebas-terpimpin. Wawancara bebas-terpimpin kebebasan juga diberikan, dalam arti yang diwawancarai dapat memberikan jawaban dalam situasi bebas, tapi peneliti juga mengendalikan, peneliti memberikan arah dari wawancara. Observasi Pada penelitian ini, peneliti akan menggunakan metode observasi non -partisipasi. Dalam observasi ini observer atau peneliti tidak ikut ambil bagian secara langsung dalam situasi yang ditelitinya. Peneliti tidak sebagai pemain, tetapi sebagai penonton.
BAB IV • Pembahasan • Gambaran subjective well-being pada lansia penghuni panti jompo • Kepuasan hidup • Kepuasan hidup yang didapat menurut subjek, subjek merasa puas dengan kehidupanya karena subjek dapat berprestasi dalam pekerjaanya, anak-anak subjekpun dapat mandiri dan telah memiliki perkerjaaan yang bagus. • Afeksi positif • Afeksi positif pada subjek cukup tinggi karena subjek seringkali merasakan emosi yang positif, subjek cukup perhatian, bersemangat dalam menjalankan hidup, antusias dan bangga dalam menjalankan kehidupanya. • Afeksi negatif • Afeksi negatif pada subjek tidak terlalu muncul dan dapat diatasi oleh subjek, walau dapat diatasi subjek tetap merasa wajar untuk merasakan sedih dan gelisah
BAB V Kesimpulan Subjective Well-beingdimiliki oleh subyek karena subjek puas dengan kehidupannya karena banyak prestasi yang diperoleh subjek seperti memenangkan tender, afeksi positif subyek sering munculseperti memiliki banyak teman dan subjek jarang sekali mengalami afeksi positif didalam kehidupanya. Prediktor yang muncul didalam diri subjek yaituOptimisme, subjek sangat optimis dengan kehidupannya, subjek juga banyak bergaul di dalam lingkungan sosialnya dan subjek juga merupakan orang yang taat beribadah. Saran Subjek agar menjagakesehatandirinya, selalumeningkatkankeimanannya, menjagahubungandenganteman-teman yang adadipantijompo Bagikeluargadiharapkanmemperhatikansubjek, sebisamungkinmeluangkanwaktuuntukmengunjungisubjek, danselalumemotivasi agar subjekbisamenikmatihidup, sehinggatidakterlalumemikirkananakcucunya Untukpenelitianselanjutnyadapatmenggunakansubjeklansiawanita, lansia yang tinggaldirumahanak-anaknya, ataupunlansia yang hidupsendirian.
Alat Pengumpul Data Pedoman Wawancara Pedoman Observasi Alat Tulis Alat Perekam dan Kaset Teknik Analisis Data Organisasi Data Koding dan Analisis Analisa Tematik Keakuratan Penelitian Triangulasi data, yakni digunakannya variasi sumber – sumber data yang berbeda. Triangulasi penelitian, yakni digunakannya beberapa peneliti atau evaluator yang berbeda. Triangulasi teori, yakni digunakannya beberapa perspektif yang berbeda untuk menginterpretasi data yang sama. Triangulasi metodologis, yakni dipakainya beberapa metode yang berbeda untuk meneliti suatu hal yang sama.
Prediktorsubjective well-beingyang dialamiolehlansiapenghunipantijompo • Dari 8 prediktormengenaisubjective well-being,ada 3 prediktor yang munculdidalamdirisubjek, 3 prediktorituadalah: • Optimisme • Subjek sangat optimis didalam kehidupanya, subjek merasa tidak ada hal yang tidak mungkin, selama kita masih tetap mau untuk mencoba sesuatu. • Kontak sosial • Subjek tidak memilih-milih dalam berteman dan saat subjek mengalami kesulitan banyak teman subjek yang menolongnya karena subjek juga banyak bergaul didalam lingkungan sosialnya. • Pemahaman tentang arti dan tujuan • Subjek termasuk orang yang sabar, selain itu subjek rajin beribadah dan ketika ada yang bermasalah dengan subjek, subjek dapat memaafkan kesalahan orang lain.