660 likes | 1.23k Views
ILMU NUTRISI UNGGAS (Lanjutan). KEBUTUHAN ZAT-ZAT MAKANAN AYAM PETELUR PERIODE PERTUMBUHAN DAN BERTELUR Oleh: PROF. DR. YOSE RIZAL PROGRAM STUDI ILMU TERNAK PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS ANDALAS. PENDAHULUAN. 1. Permasalahan yang sering dihadapi pada
E N D
ILMU NUTRISI UNGGAS (Lanjutan) KEBUTUHAN ZAT-ZAT MAKANAN AYAM PETELUR PERIODE PERTUMBUHAN DAN BERTELUR Oleh: PROF.DR. YOSE RIZAL PROGRAM STUDI ILMU TERNAK PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS ANDALAS
PENDAHULUAN 1. Permasalahan yang sering dihadapi pada pemeliharaan ayam petelur yaitu terjadinya cepat dewasa kelamin yang menyebabkan ukuran telur menjadi kecil seperti pada tabel berikut. TABEL. Umur dewasa kelamin dan produksi & ukuran telur
2. Dewasa ini ukuran tubuh (BB) lebih penting dari pada umur untuk mulai bertelur dalam menentukan ukuran telur awal pada ayam petelur seperti pada tabel berikut. TABEL. Pengaruh berat badan terhadap ukuran telur awal.
3. Walaupun zat-zat makanan seperti protein, metionin dan asam linoleat dapat mempengaruhi ukuran telur, tetapi zat-zat makanan ini hanya sedikit pengaruhnya terhadap berat telur awal. 4. Frame size (ukuran kerangka) berkembang lebih awal dan dapat dicapai pada umur 12-16 minggu pada 90% ayam.
5. Frame size ini juga dipakai sebagai indikator dalam produksi telur. Akan tetapi, agak sulit untuk mendapatkan ayam dara dengan berat badan di bawah target frame size dan sebaliknya melalui modifikasi terhadap ransum yang diberikan. 6. Hubungan antara berat badan dan ukuran shank pada ayam petelur juga sangat komplikasi karena ukuran shank ini juga dipengaruhi oleh suhu lingkungan terlepas dari pengaruh makanan seperti pada tabel berikut.
TABEL. Berat badan, intake zat makanan dan panjang shank pada Leghorn dara yang dipelihara pada suhu 18 dan 30 oC
7. Ayam yang cepat dewasa kelamin berat badannya waktu mencapai dewasa kelamin hampir sama dengan ayam yang lambat dewasa kelamin. 8. Ayam yang lambat dewasa kelamin berat badannya lebih rendah dari pada ayam yang cepat dewasa kelamin pada umur yang sama ketika ayam yang cepat dewasa kelamin mencapai dewasa kelamin.
9. Pada hewan mamalia ada hubungan antara umur dewasa kelamin dengan kandungan lemak tubuh, sedangkan pada unggas tidak. 10. Intake energi merupakan faktor pembatas pada laju pertumbuhan ayam petelur dara karena ayam dara ini mengkonsumsi energi dalam jumlah yang sama walaupun kandungan energi dan protein ransum berbeda-beda seperti pada tabel berikut.
TABEL. Intake energi ayam dara yang sedang tumbuh (8-15 minggu)
1 TABEL. Pengaruh level protein terhadap pertumbuhan dan intake zat-zat makanan pada ayam dara (0-20 minggu)
TABEL. Pengaruh level energi terhadap pertumbuhan dan intake zat-zat makanan pada ayam dara (0-20 minggu) pada level PK 18%
PENINGKATAN INTAKE ZAT MAKANAN PADA AYAM PETELUR DARA 1. Untuk memaksimumkan intake zat makanan pada ayam petelur dara, ransum yang diberikan mengandung 16-18% PK, metionin 2% dari PK, lisin 5% dari PK dengan tingkat energi 2800-3000 kkal/kg. 2. Pada daerah tropis ransum dengan energi seperti di atas tidak sesuai seperti terlihat pada tabel berikut.
TABEL. Pengaruh level energi terhadap pertumbuhan dan intake zat-zat makanan ayam dara umur 18 minggu pada suhu 18 dan 30 oC
3. Dengan demikian pemberian ransum dengan energi tinggi tidak sesuai untuk daerah tropis karena konsumsi ransum di daerah tropis lebih rendah. Jika energi ransum tinggi akan menambah penurunan intake makanan, sehingga intake protein juga turun.
PROGRAM PEMBERIAN MAKANAN PADA AYAM PETELUR DARA 1. Konsep dalam pemberian ransum pada ayam dara akhir- akhir ini didasarkan pada berat badan, bukan pada umur. 2. Pemberian ransum starter dilakukan sampai ayam mencapai berat tertentu dan biasanya berat ini dicapai pada umur 10-12 minggu.
3. Program pemeliharaan seperti ini menjadi mahal kira-kira seharga 2 butir telur dari pada program pemberian ransum starter selama 6 minggu, sementara produksi telur yang akan diperoleh jauh lebih baik dari pada program pemberian ransum starter 6 minggu tersebut.
4. Susunan ransum yang dianjurkan sebagai berikut: Starter: 18-19% PK dengan 2750-2900 kkal ME/kg Mulai umur sehari sampai mencapai berat target. Grower: 15-16% PK dengan 2750-2900 kkal ME/kg Mulai umur mencapai berat target sampai berat dewasa kelamin. Prelay atau layer: 16-18% PK dengan 2750-2900 kkal ME/kg Mulai berat dewasa kelamin sampai bertelur.
5. Kebutuhan protein ayam dara ditujukan untuk hidup pokok, dan pertumbuhan daging dan bulu. 6. Kebutuhan protein untuk pertumbuhan jaringan dapat dihitung dengan mengalikan pertambahan berat badan (gram) dengan 18% (kandungan protein jaringan) dan dibagi 61% (EPP).
7. Kehilangan nitrogen setiap hari pada ayam dengan berat badan 1 kg kira-kira 250 mg x 6.25 = 1.6 g protein. 8. Kebutuhan protein untuk hidup pokok yaitu 1.6 g : 61% = 2.6 g/kg BB.
9. Pertumbuhan bulu seekor ayam kira-kira 7% dari berat badan. Kebutuhan protein untuk pertumbuhan bulu ini 7% x pbb (g) x 82% (kandungan protein bulu), lalu dibagi dengan 61%. 10. Kebutuhan protein ayam setiap hari = (daily gain x 0.18)/0.61 + (BB x 0.0016)/0.61 + (daily gain x 0.07 x 0.82)/0.61
11. Berat badan ideal yang akan dicapai sesuai umur berbeda antara bangsa ayam: Leghorn: 400, 900 dan 1300 g pada umur 6, 12 dan 18 minggu. Petelur coklat: 500, 1000 dan 1500 g pada umur 6, 12 dan 18 minggu.
12. Untuk mendapatkan ukuran telur yang besar atau kecil dapat dilakukan dengan mengatur berat badan waktu mencapai dewasa kelamin yang bisa dilakukan dengan mengatur pemberian cahaya dan umur pemindahan ke kandang layer.
13. Pengaturan ukuran telur ini tidak baik hasilnya jika diatur melalui penurunan pertumbuhan dengan mengurangi makanan atau menurunkan kandungan zat-zat makanan karena akan menimbulkan ketidakseragaman dalam berat badan ayam, produksi telur tidak terkontrol.
PEMBERIAN MAKANAN SEBELUM BERTELUR(PRE-LAY FEEDING) 1. Pemberian Ca: Beberapa hari sebelum bertelur ayam mempersiapkan cadangan Ca nya untuk telur pertama melalui tulang medula (medullary bone). Untuk itu ada beberapa pemikiran dalam pemberian Ca sebelum ayam mulai bertelur:
a. Pemberian 1% Ca sampai mencapai 5% produksi. Cara ini tidak baik hasilnya karena ayam berhenti berproduksi selama 4-5 hari setelah bertelur pertama 2-3 butir. b. Pemberian 2% Ca. Cara ini juga belum baik hasilnya karena 2% Ca dalam ransum belum mencukupi untuk produksi telur berkelanjutan. c. Pemberian 3.5-4.0% Ca. Cara ini paling baik karena bisa mencukupi untuk produksi telur berkelanjutan.
Walaupun pemberian ransum laying (3.5 - 4.0% Ca) lebih awal menguntungkan, tetapi ada pula pendapat bahwa pemberian Ca terlalu banyak pada ayam yang belum berproduksi bisa menimbulkan masalah pada ginjal. Masalah ini tidak selalu benar karena hasil penelitian menunjukkan bahwa Ca bisa dikeluarkan melalui feses dan urin. Kondisi ini menyebabkan ayam banyak minum. Ayam yang banyak minum ini akan menyebabkan kotorannya basah sepanjang hidupnya seperti hasil penelitian berikut:
TABEL. Pengaruh Level Ca dalam Ransum Sebelum Bertelur Terhadap Kandungan Air Ekskreta (%).
2. Pemberian ransum Ca tinggi yang dimulai lebih awal (umur 10-12 minggu) dapat menimbulkan kasus urolithiasis, tetapi jika pemberian Ca tinggi ini dimulai pada umur 2-3 sebelum dewasa kelamin tidak menimbulkan urothiliasis.
3. Pemberian makanan untuk memanipulasi berat badan beberapa hari sebelum bertelur tidak ada dipraktekkan orang karena sudah terlambat saatnya untuk memanipulasi berat badan tersebut, kecuali jika terdapat kesalahan dalam manajemen pemeliharaan sebelumnya, sehingga didapatkan berat badan yang tidak ideal untuk berproduksi. Usaha ini tidak dapat mengkoreksi pertumbuhan kerangka, walaupun berat badannya cukup baik.
4. Ransum yang diberikan sebelum bertelur ini biasanya kandungan energinya ditingkatkan, sehingga terbentuk lemak labil sebagai cadangan energi yang diperlukan ketika ayam mulai bertelur.
5. Peningkatan pemberian asam linoleat sebelum bertelur tidak begitu besar pengaruhnya dibandingkan dengan peningkatan pemberian metionin.
6. Pengurangan pemberian makanan (pre-pause) ketika ayam mencapai umur 18 minggu atau ketika produksi telur 1% yang dilakukan selama 10-14 hari menimbulkan ayam kehilangan berat badan. Kemudian diberi ransum normal kembali dan pada umur 22 minggu produksi telur akan normal kembali dengan ukuran telur meningkat 1-1.5 g per butir.
PEMBERIAN MAKANAN AYAM PETELUR SEDANG BERTELUR 1. Mempertahankan keseimbangan antara zat-zat makanan dengan energi merupakan konsep yang penting dalam pemberian makanan ayam petelur yang sedang berproduksi.
2. Zat-zat makanan dan energi dalam ransum yang biasa diberikan setiap hari bagi seekor ayam petelur yang sedang berproduksi yaitu: - Protein kasar 17 g - Metionin 360 mg - Metionin + Cystine 640 mg - Lysine 720 mg - Ca 3.5 g - P tersedia 0.4 g
3. Jika intake makanan berubah, maka komposisi zat makanan dan energi juga berubah seperti pada tabel berikut:
TABEL. Komposisi Zat Makanan dan Energi Berdasarkan Intake Makanan Harian
4. Jika ayam mengalami HEAT STRESS, maka beberapa rekomendasi perlu diperhatikan: a. Jangan gunakan ayam dara yang underweight karena ayam ini tidak akan sanggup untuk berproduksi tinggi.
4. Jika ayam mengalami HEAT STRESS, maka beberapa rekomendasi perlu diperhatikan: b. Tingkatkan level energi dalam ransum melalui penambahan minyak (min. 2850 kkal ME/kg).
4. Jika ayam mengalami HEAT STRESS, maka beberapa rekomendasi perlu diperhatikan: c. Kurangi penggunaan ransum yang berserat tinggi. d. Kurangi protein kasar (maks. 17%).
4. Jika ayam mengalami HEAT STRESS, maka beberapa rekomendasi perlu diperhatikan: e. Pertahankan level metionin. f. Tingkatkan mineral-vitamin premix.
4. Jika ayam mengalami HEAT STRESS, maka beberapa rekomendasi perlu diperhatikan: g. Pertahankan Ca (3.5%) dan P (0.4%). h. Jika timbul masalah dengan kulit telur perhatikan level NaCl.
4. Jika ayam mengalami HEAT STRESS, maka beberapa rekomendasi perlu diperhatikan: i. Tambahkan vitamin C (300 mg/Kg). j. Tingkatkan frekuensi pemberian ransum dan berikan waktu suhu udara agak dingin.
4. Jika ayam mengalami HEAT STRESS, maka beberapa rekomendasi perlu diperhatikan: k. Berikan air minum yang dingin. l. Gunakan ransum dalam bentuk crumble atau mash yang ukuran partikelnya besar. m. Jangan mengganti ransum.
5. Phase Feeding a. Phase Feeding terbagi dua: phase feeding I dan II b. Pengurangan protein dan AA dalam ransum terjadi pada fase II karena ayam semakin tua. c. Tujuannya untuk mengurangi biaya pakan dan mengurangi ukuran telur.
5. Phase Feeding d. Pengurangan protein dan AA dapat mengurangi ukuran telur sekaligus produksi telur. e. Pengurangan protein dan AA ini tergantung pada: suhu lingkungan, umur ayam, produksi telur, dan tingkat energi ransum.
5. Phase Feeding f. Pengurangan protein ini dimulai dari 17% menjadi 16% ketika produksi telur 80%, dari 16% menjadi 15% ketika produksi telur 70%. g. Pengurangan P tersedia juga dapat dilakukan dari 0.40% menjadi 0.34%.
TABEL. Perubahan Ransum Pada Phase Feeding (Konsumsi Harian 100 g)
6. Efek Metionin terhadap Ukuran Telur a. Terjadi peningkatan ukuran telur secara linier dengan penambahan metionin. b. Jika ayam semakin tua, terjadi perubahan respon ukuran telur terhadap penambahan metionin seperti pada tabel berikut.
TABEL. Pengaruh Penambahan Metionin Terhadap Ukuran Telur (g)
6. Efek Metionin terhadap Ukuran Telur c. Sumber metionin tidak berpengaruh terhadap ukuran telur (lihat tabel). d. Choline dapat mengganti sebagian metionin dalam ransum ayam petelur, tetapi terjadi penurunan ukuran telur (lihat tabel).