320 likes | 899 Views
PEMANFAATAN TEKNOLOGI ASPAL BUTON DALAM RANGKA PENINGKATAN PELAYANAN INFRASTRUKTUR JALAN. Kendari, 9 Mei 2009. DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM. PENDAHULUAN. 1. KEBUTUHAN ASPAL DI INDONESIA.
E N D
PEMANFAATAN TEKNOLOGI ASPAL BUTON DALAM RANGKA PENINGKATAN PELAYANAN INFRASTRUKTUR JALAN Kendari, 9 Mei 2009 DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
PENDAHULUAN 1. KEBUTUHAN ASPAL DI INDONESIA • Kebutuhan Aspal untuk seluruh jaringan jalan di Indonesia adalah sekitar 600 ribu sampai 1 juta ton per tahun. • Selama ini kebutuhan akan Aspal masih sangat tergantung dengan Aspal Minyak. • Produksi kilang minyak pertamina maksimum adalah sekitar ± 600 ribu ton per tahun. Secara praktis bisnis, produksi aspal pertamina dikisaran 450 ribu ton per tahun. Sisa kebutuhan aspal dipenuhi dari aspal impor (Esso, Shell dll). • Deposit Asbuton sebesar 660 juta ton, dengan kadar aspal dalam Asbuton adalah 20% menghasilkan 120 juta ton bitumen Asbuton. Setara dengan kebutuhan aspal >120 tahun
PENDAHULUAN (cont’) 2. HARGA ASPAL MINYAK CENDERUNG NAIK/MAHAL Ketersediaan Aspal Minyak semakin terbatas dan harga yang cenderung naik/mahal seiring dengan harga pasar minyak mentah dunia dan kesetimbangan supply-demand. ?? * Dari berbagai sumber
PENDAHULUAN (cont’) 3. POTENSI ASBUTON • Aspal Buton (Asbuton), adalah Sumber Daya Alam Indonesia berupa aspal alam yang terkandung dalam deposit batuan yang terdapat di Pulau Buton dan sekitarnya. • Deposit Asbuton: ±660 juta ton (Bitument content 15 – 35 %), terdiri dari : • 1. Jenis Kabungka • Karakteristik : • - Penetrasi kecil • - Bitument content relatif lebih rendah (±20 %) • - Mineral mengandung kapur/gamping, sehingga mobilisasi bitumen dari mineral sulit • 2. Jenis Lawele • Karakteristik : • - Penetrasi besar • - Bitument content relatif lebih tinggi (±30 %) • - Mineral mengandung silica, sehingga mobilisasi bitumen dari mineral lebih cepat dibanding dengan jenis kabungka • .
PENDAHULUAN (cont’) • Potensi Manfaat Sosial-Ekonomi : • Menciptakan lapangan kerja baru • Meningkatkan ekonomi lokal/daerah • Mengurangi ketergantungan pada aspal impor menghemat devisa • Menurunkan biaya pembuatan campuran aspal panas (tidak adanya shadow price serta apabila harga lebih kompetitif dari aspal minyak) • Potensi Manfaat Teknis • Memiliki daya lekat tinggi akibat pengaruh resin sehingga campuran lebih tahan terhadap pengaruh air. • Meningkatkan stabilitas (Stabilitas Marshall dan Stabilitas Dinamis) campuran sehingga cocok digunakan pada lalu lintas tinggi (heavy load). • Punya titik lembek tinggi, sehingga meningkatkan ketahanan terhadap deformasi plastis pada suhu tropis. • Lebih tahan terhadap paparan sinar ultra violet (ageing dan getas) dan keletihan/fatique (beban berulang). 4. POTENSI MANFAAT PENGGUNAAN ASBUTON
KEBIJAKAN PEMANFAATAN ASBUTON 1. Latar Belakang • Adanya potensi manfaat penggunaan asbuton • Adanya potensi pasar akibat kesenjangan antara produksi aspal minyak dalam negeri dengan kebutuhan aspal dalam negeri (150 ribu sampai 450 ribu ton per tahun) yang dapat diisi oleh aspal buton. • Adanya kemauan baik (political will) dari Pemerintah untuk mendukung pemanfaatan asbuton • Adanya hasil-hasil teknologi …. • Adanya pemasok asbuton yang sudah operasional • Target ideal pangsa pasar aspal buton adalah sekitar 300-400ribu ton bitumen ekivalen per tahun (sekitar 2 juta ton asbuton per tahun) skala waktu tambang >300 tahun • Target pencapaian realistik (namun berat ) 2014 adalah sekitar 40 ribu ton bitumen ekivalen per tahun
KEBIJAKAN PEMANFAATAN ASBUTON (cont’d) 2. Dasar Hukum dan Peran Kelembagaan • Permen PU No No 35 Tahun 2006 Tentang Peningkatan Pemanfaatan Aspal Buton untuk Pemeliharaan dan Pembangunan Jalan • Peran Kelembagaan: • Setiap akhir Tahun Direktur Jenderal Bina Marga menetapkan ruas-ruas Jalan Nasional yang akan memanfaatkan Asbuton • Kepala Satker dapat memanfaatkan Asbuton pada ruas2 jalan lainnya • Pemerintah Daerah berperan aktif dalam meningkatkan pemanfaatan Asbuton dan dapat mengajukan stimulan ke Direktorat Jenderal Bina Marga • Direktorat Jenderal Bina Marga mengkoordinasikan sosialisasi, monitoring dan evaluasi • Badan Litbang mengkoordinasikan pendampingan teknis • Produsen menjamin ketersediaan bahan sesuai spesifikasi
KEBIJAKAN PEMANFAATAN ASBUTON (cont’d) 3. Spesifikasi Teknologi • Campuran Aspal Panas Untuk Lalulintas Tinggi • BGA • Full Ekstraksi • Semi Ekstraksi • Campuran Aspal Hangat Untuk lalulintas sedang • BGA • Campuran Aspal DIngin untuk lalulintas ringan • BGA +Emulsi • LPMA (LGA) • LASBUTAG (BGA) (optional)
Diversifikasi Teknologi • Pengembangan dari pilihan teknologi yang direkomendasikan oleh Permen 35 2006 • Dalam taraf uji coba dan evaluasi • LPMA-L untuk jalan lalulintas rendah, trial di sulawesi tenggara • Pemanfaatan LGA untuk campuran aspal panas; trial di sulawesi tenggara dan kepulauan riau • Pemanfaatan campuran aspal dingin dengan teknologi superlasbutag surface dressing untuk keperluan pemeliharaan periodik, trial pada segmen di pantura jawa tengah
Segmentasi Teknologi • Permen 35 mengatur segmentasi teknologi berdasarkan beban lalulintas menimbulkan permasalahan audit apabila pemanfaatan ingin diperluas • Semi-ekstraksi dan BGA masuk kedalam segmen aspal modifikasi untuk lalulintas berat namun dapat diturunkan ke jalur lalulintas sedang apabila biaya dapat kompetitif dengan aspal minyak segmen pasar lebih lebar • Full-ekstraksi didorong untuk masuk ke jalur lalulintas sedang dan ringan • Campuran dingin untuk lalulintas ringan, tapi juga didorong untuk pemeliharaan rutin dan pemeliharaan periodik lalulintas sedang dan berat. • Campuran panas dengan LGA didorong untuk masuk ke segmen lalulintas sedang dan ringan • Perlu upaya-upaya dari pengembang teknologi dan produsen agar harga bitumen ekivalen dapat kompetitif dengan harga aspal minyak: • Meningkatkan kinerja teknologi produksi dan delivery system sehingga dapat menekan harga jual • Memperluas pasar • Menunggu harga aspal minyak naik
Penutup • Asbuton, walaupun diatas kertas memiliki potensi yang atraktif baik secara teknis maupun secara finansial-ekonomi, dan didukung oleh political will yang kuat dari Pemerintah, dalam implementasi pemanfaatannya belum mencapai posisi terbaiknya. • Terdapat permasalahan-permasalahan strategis yang berkaitan dengan segmentasi pasar teknologi, permasalahan yang berkaitan dengan administrasi teknik dan keuangan proyek, delivery produk, masalah reliabilitas yang ditengarai terkait dengan mutu pelaksanaan, serta perluasan pasar agar dapat mencapai skala bisnis yang sustainable • Perlu segera dilakukan langkah strategis yang terkoordinasi antara produsen, pengguna serta pengembang teknologi yang dapat secara efektif mengatasi kendala-kendala pemanfaatan asbuton secara luas seperti yang diamanatkan dalam Permen 35 Tahun 2006.