280 likes | 691 Views
YOYON BAHTIAR IRIANTO. MASALAH2 SUPERVISI. Laboratorium Administrasi Pendidikan UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA, 2009. Pelatihan & Penataran atau …. Jalur P endidikan F ormal
E N D
YOYON BAHTIAR IRIANTO MASALAH2 SUPERVISI Laboratorium Administrasi Pendidikan UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA, 2009
Pelatihan & Penataran atau …. Yoyon BI/UPI/2009
Jalur Pendidikan Formal • Jenis kelembagaan satuan pendidikan formal umum pada jenjang pendidikan prasekolah terdiri dari: Taman kanak-kanak (TK); • Jenis kelembagaan satuan pendidikan formal umum keagamaan Islam pada jenjang pendidikan prasekolah terdiri dari: Roudhatul Athfal (RA); • Jenis kelembagaan satuan pendidikan formal umum pada jenjang pendidikan dasar terdiri dari: Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP); • Jenis kelembagaan satuan pendidikan formal umum keagamaan Islam pada jenjang pendidikan dasar terdiri dari: Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs); Jenis Kelembagaan Pendidikan Yoyon BI/UPI/2009
Jenis kelembagaan satuan pendidikan formal khusus pada jenjang pendidikan dasar terdiri dari: Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) dan Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB); • Jenis kelembagaan satuan pendidikan formal umum pada jenjang pendidikan menengah terdiri dari: Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK); • Jenis kelembagaan satuan pendidikan formal umum pada jenjang pendidikan menengah dasar terdiri dari: Madrasah Aliyah (MA) dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK); • Jenis kelembagaan satuan pendidikan formal umum pada jenjang pendidikan tinggi terdiri dari: Universitas, Akademi dan Sekolah Tinggi; Jenis Kelembagaan Pendidikan Yoyon BI/UPI/2009
Pendidikan Non Formal dan Informal • Jenis kelembagaan satuan pendidikan nonformal pada jenjang pendidikan prasekolah terdiri dari: Kelompok Bermain (Kober), Tempat Penitipan Anak (TPA), dan Posyandu terintegrasi dengan PAUD (Pos PAUD); • Jenis kelembagaan satuan pendidikan nonformal keagamaan Islam pada jenjang pendidikan dasar terdiri dari: Diniyah Takmiliyah Awaliyah (DTA) dan Diniyah Takmiliyah Wustho (DTW); • Jenis pendidikan kesetaraan: (a) Jenis kelembagaan satuan pendidikan nonformal pada jenjang pendidikan dasar disebut pendidikan kesetaraan, yaitu Paket A dan Paket B; (b) Jenis kelembagaan satuan pendidikan nonformal pada jenjang pendidikan menengah yaitu pendidikan kesetaraan Paket C setara SMA; • Jenis kelembagaan satuan pendidikan nonformal keagamaan pada jenjang pendidikan menengah terdiri dari: Diniyah Takmiliyah Ulya (DTU); • Jenis kelembagaan satuan pendidikan nonformal keagamaan pada jenjang pendidikan tinggi sering disebut Mualimin; Yoyon BI/UPI/2009
Pendidikan berkelanjutan: (a) Kelompok Belajar Usaha (KBU), (b) magang, (c) kursus-kursus dan bimbingan belajar; • Pendidikan kepemudaan: (a) ketataprajaan, (b) kepramukaan, dan (c) pengembangan bakat, minat serta kegemaran pemuda; • Pendidikan kewanitaan dan kesetaraan jender, seperti kelompok-kelompok kader wanita, dan kelompok-kelompok pemberdayaan wanita lainnya; • Pendidikan keaksaraan fungsional, yang tidak hanya diartikan pemberantasan buta huruf dan baca tulis Latin, tetapi juga termasuk memberantas buta huruf dan baca tulis Al-Qur’an. • Pengembangan Perpustakaan Masyarakat atau Taman Bacaan Masyarakat; • Pengembangan kesenian dan kebudayaan daerah; • Pengembangan pendidikan keluarga (home schooling), dan bimbingan-bimbingan belajar, baik secara individu maupun kelompok. Yoyon BI/UPI/2009
Pendidikan Formal Kebijakan Kurikulum Perluasan & Pemerataan Tatakelola & Pencitraan Publik Satuan Pendidikan Tenaga Kependikan Peranserta Masyarakat Pendidikan Informal Pendidikan Nonformal Anggaran Pembiayaan Sarana & Prasarana Mutu, Relevansi & Dayasaing Ruang-lingkup manajemen pendidikan Yoyon Bahtiar Irianto/S3/UPI/2009
SISTEM KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Sekolah Lainnya Relevansi Kurikulum Satuan Pendidikan Pengawas Kep.Sekolah Kondisi Awal Kemampuan Manajerial Kondisi Awal Kemampuan Teknis Standarisasi Lembaga • Tugas Pokok &Kompetensi Model Reflika KEBIJAKAN PENINGKATAN MUTU KTSP DAN MBS • Tugas Pokok & Kompetensi Sekolah Model Komite Guru Reflika Model HASIL PELATIHAN PROSES PELATIHAN Management Capacity Building DAMPAK HASIL PELATIHAN (Kinerja Satuan Pendidikan) Standarisasi Lembaga Sekolah Model Efektivitas Layanan MBS Sekolah Lainnya SISTEM MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH Fasilitasi Pendampingan Penguatan Kelembagaan Satuan Pendidikan Yoyon Bahtiar Irianto/S3/UPI/2009
Dayasaing Internasional Networking & Jaringan Kemitraan SIM Berbasis ICT Penguatan Keunggulan Kelembagaan Satuan Pendidikan Berbasis Potensi Wilayah Pengembangan Kebijakan & Satandarisasi Manajemen Kurikulum, Tenaga Kependidikan, Sarana Prasarana, Pembiayaan dan Partisipasi Masyarakat Model Analisis Prioritas Program Yoyon Bahtiar Irianto/S3/UPI/2009
HASIL BELAJAR TAHU-MAU-TRAMPIL Mendayagunakan potensi dan peluang, dilingkungannya: Belajar dari: • dirinya • orang lain Mencari bekal untuk: • dirinya • keluarganya • orang lain POLA PEMBELAJARAN • Melalui orang lain (berguru) • Bersama orang lain (saling membelajarkan) CALON PESERTA DIDIK MISKIN: harta dan miskin harti, namun kaya potensi Yoyon BI/UPI/2009
BOBOT DAN ISI KURIKULUM MENDASAR (Menyentuh Kebutuhan Dasar) KUAT (Penyiapan untuk Peningkatan) LUAS (Jangkauan terhadap Sumber-Sumber) KOMPETENSI (Adaptasi terhadap Potensi dan Peluang untuk Hidup) Yoyon BI/UPI/2009
Usia Pra Sekolah Usia Pendidikan Dasar Usia Dewasa Kemampuan personal & sosial Kemampuan dalam melaksanakan tugas kehidupan Yoyon BI/UPI/2009
1. OTORITARIAN 2. INTIMIDASI 8. PROSES KELOMPOK PENDEKATAN MANAJEMEN PEMBELAJARAN 3. PERMISIF 7. SOSIO-EMOSIONAL 6. PERILAKU 4. BUKU MASAK 5. INSTRUKSIONAL Yoyon BI/UPI/2009
1 Perencanaan: Analisis Kebutuhan • Orientasi dan Memotivasi tenaga akademik dan mahasiswa • Penetapan Jenis Kompetensi • Menjalin kemitraan MONITORING dan SUPERVISI 3 Penilaian Program 2 Organisasi Pelaksanaan Proses Pembelajaran 4 PENDAMPINGAN KEMANDIRIAN Yoyon BI/UPI/2009
Standar Kinerja Tenaga Kependidikan Daerah Sistem Pengembangan Karier Kemampuan Melaksanakan Tupoksi Kompetensi perilaku dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi (Task Bihavior) Kompetensi Pribadi Kompetensi Tugas Kompetensi Sosial Tugas Pokok & Fungsi Tenaga Kependidikan Sesuai Posisinya dalam Struktur Ketenaga kependidikan di Lingkungan Unit Kerja yang Bersangkutan Kompetensi perilaku dalam berhubungan dengan rekan sejawat (Humans Bihavior) Kebijakan Penghargaan Prestasi Melalui Kenaikan Pengkat dan Jabatan PERILAKU SEBAGAI TENAGA KEPENDIDIKAN Standar Kompetensi TENAGA KEPENDIDIKAN Kompetensi Tenaga Kependidikan Yoyon Bahtiar Irianto/S3/UPI/2009
PLANNING MODEL Bureaucratic Planning or Long Range/ Master Planning or Community Based Planning or Vision Based Planning or Sustainable Planning PLANNING MODEL Bureaucratic Planning or Long Range/ Master Planning or Community Based Planning or Vision Based Planning or Sustainable Planning EDUCATIONAL VISION EDUCATIONAL FACILITIES Paedagogy Architectural Acuity ARCHITECTURAL FUNCTION ARCHITECTURAL FORM Politics PLANNING PROCESS Demographics Economics Culture Internal Environment which Educational Facility is Planned External Environment which Educational Facility is Planned The Educational Vision may Precede the Planning Model or the Educational Vision may be a Product of the Planning Model Perencanaan Fasilitas Pendidikan YoyonBahtiarIrianto/S3/UPI/2009
Cost Driver (dan Pembebanan Biaya) Biaya Cost Object Cost Pool Guru/Tutor Hasil Belajar Merencanakan TenagaAdministrasi Melaksanakan Program Pengajaran Tempat Belajar Menilai Perlengkapan Informasi Kemajuan Belajar Alat Belajar Supervisi/Pembinaan Biaya Pendidikan Yoyon Bahtiar Irianto/S3/UPI/2009
Kasus 1: Efektivitas Penataran • Banyak upaya yang telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan berbagai bentuk kegiatan, seperti pegembangan kurikulum, pengadaan buku dan alat-alat pelajaran, dan peningkatan kemampuan profesional para pembina pendidikan. Namun, sejauh ini belum tampak adanya perubahan dalam cara-cara belajar mengajar yang dilakukan guru sekembalinya dari penataran. Mengapa demikian? Yoyon BI/UPI/2009
Kasus 2: SD Babakan Paniisan • Berdasarkan laporan Smt I diketahui bahwa daya serap mata pelajaran matematika di SD tergolong yang terendah. Keadaan tersebut sangat menonjol di kelas IV. Untuk memperoleh gambaran nyata, pak Bahtiar, pengawas SD kecamatan Mulus Rahayu, melakukan kunjungan sekolah ke SD Babakan Paniisan II, Kel. Mulyajaya, Kec. Sugih Mukti, Kab. Ginanjar. • Pukul 07.00 pagi pak Bahtiar telah datang di sekolah. Ia sengaja datang pagi-pagi dengan maksud untuk mengetahui situasi sekolah sejak awal pelajaran yang dimulai pukul 07.00. Pada saat itu kepala sekolah belum datang di sekolah. Sebagian besar anak masih berada di luar kelas. Selang sesaat datang guru kelas IV dan kelas I dan memulai pelajaran pukul 07.05. Saat kemudian guru lainnya datang berturut-turut. Sampai pukul 07.30 kepala sekolah masih belum datang juga. Yoyon BI/UPI/2009
Pak Bahtiar memutuskan untuk masuk ke kelas IV. untuk mengetahui keadaan proses belajar mengajar, khususnya pelajaran matematika. Selama mengamati PBM pak Bahtiar mencatat hal-hal yang menarik. Dari hasil pengamatannya, pak Bahtiar menemukan beberapa kekeliruan yang dilakukan oleh Ibu Mar’ah, yaitu kurang dikuasainya prasyarat dalam pemahaman suatu konsep berikutnya. Pak Bahtiar meminta ibu Mar’ah untuk bertemu di ruang kepala sekolah untuk membahas temuan pengamatan. Dari hasil pembicaraan tersebut, diketahui bahwa kesalahan tersebut tidak disadarinya. Menurut pengakuannya, kepala sekolah tidak memperhatikan apa yang dilakukan guru di kelas. • Sampai pukul 10.00 kepala sekolah belum juga datang. Menurut guru-guru biasanya kepala sekolah jarang terlambat seperti kejadian hari itu. Pak Bahtiar pamit untuk mengunjungi SD Babakan Paniisan I yang terletak bersebelahan dengan kantor desa. Dalam perjalanan tersebut pak Bahtiar berpapasan dengan kepala SD Babakan Waringin II yang baru dikunjunginya. Pak Bahtiar tidak memberitahukan bahwa ia baru saja berkunjung ke sekolahnya. Yoyon BI/UPI/2009
Kasus 3: SD Cikadut 1 • Kompleks SD Cikadut merupkan sumbangan dari dua perusahaan yang berada di Kel. Mulyajaya kepada pemerintah dan masyarakat setempat. Dalam perkembangannya SD tersebut menjadi 3 SD dalam satu kompleks yang dimpimpin oleh 3 orang kepala sekolah. Akan tetapi untuk saat ini ketiga SD tersebut dipimpin oleh satu orang kepala sekolah, karena kedua kepala SD sudah pensiun dan belum diangkat penggantinya. • Pak Yani sebagai kepala SD Cikadut I, harus memimpin dua SD lainnya yang berada dalam satu komplek yaitu SD Cikadut II dan SD Cikadut III. Permasalahan yang sekarang dihadapi adalah berkaitan dengan penggunaan ruang kelas yang terbatas hanya ada 8 ruang, 1 kantor kepala sekolah, ruangan UKS, kantin, WC, lapangan upacara, papan tulis, kapur, meja, kursi dengan keadaan yang mengkhawatirkan, sedangkan anak yang harus belajar berjumlah 1250 orang, yang membutuhkan 18 ruang kelas. Yoyon BI/UPI/2009
Tidak ada staf khusus yang diperbantukan dalam pengelolaan pendidikan di SDN Cikadut I, selain dari guru dan Kepala Sekolah. Guru dan Kepala Sekolah bekerjasama di dalam mengelola pendidikan. Guru-guru yang ada sangat terbatas, dan masih ada guru yang mengajar di SD I juga mengajar di SD III atau di SD II. SD Cikadut I telah mencoba merintis penerapan MBS. Dengan mencoba menerapkan metode baru ini menimbulkan optimistik dari seluruh anggota staf dan komite sekolah dalam bentuk usaha-usaha nyata dalam perbaikan dan peningkatan mutu sekolah.Jumlah siswa yang terdaftar di SD Ciakudut I terdapat 377 siswa yang dibagi ke dalam enam kelas. Kelas I dan II masuk pada pukul 07.00 WIB dan keluar pukul 09.30 WIB; Kelas III dan IV masuk pukul 09.30 WIB dan keluar pukul 11.30 WIB, dan Kelas V dan VI masuk pada pukul 13.00 WIB keluar pukul 17.30 WIB. Yoyon BI/UPI/2009
Untuk mengatasi kekurangan ruang kelas, kepala sekolah bersama komite sekolah hanya mampu membangun 1 ruang kelas. Selama 3 tahun mengajukan permohonan bantuan kepada pemerintah masih belum direspon. Permasalahan lainnya adalah sekolah masih belum mampu menarik uang iuran wajib bagi sekolah, karena adanya kebijakan sekolah ”gratis”. Di samping itu, data pada pembangunan ruang kelas baru yang telah dilakukan pun hanya mampu mengumpulkan dana sebesar 60%, sekitar 40% orang tua belum/tidak membayarnya. Akibatnya, sekolah belum terlihat untuk mencoba hal-hal yang inovatif terutama yang berkaitan dengan PBM, orang tua murid selalu keberatan untuk mengeluarkan biaya tambahan. Yoyon BI/UPI/2009
Sekian …. TERIMA KASIH Yoyon BI/UPI/2009