1 / 22

Obat gol. Kortikosteroid

Obat gol. Kortikosteroid. Muhimmatun Ni’mah , S.Si., Apt. Kortikosteroid. Glukokortikoid, mineralokortikoid dan hormon-hormon kelamin merupakan hormon steroid yang dihasilkan oleh bagian kulit (cortex) kelenjar anak ginjal /kelenjar adrenal.

hisano
Download Presentation

Obat gol. Kortikosteroid

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. Obat gol. Kortikosteroid Muhimmatun Ni’mah,S.Si., Apt.

  2. Kortikosteroid • Glukokortikoid, mineralokortikoid dan hormon-hormon kelamin merupakan hormon steroid yang dihasilkan oleh bagian kulit (cortex) kelenjar anak ginjal/kelenjar adrenal. • Glukortikoid (kortisol) berfungsi terhadap metabolisme karbohidrat, pertukaran protein, pembagian lemak dan reaksi peradangan. • Sekresi kortisol memperlihatkan ritme circadian (ritme siang –malam) naik di waktu pagi dan sepanjang hari menurun lagi. • Produksi kortisol total sehari kurang lebih 20-30 mg pada kondisi strees produksi meningkat sampai 100-200 mg

  3. Mineralokortikoid : aldosteron (prekusornya adalah kortikosteron dan desoksikorton), hormon ini terutama mempengaruhi metabolisme garam dan air, produksi hormon ini juga dipengaruhi oleh penggunaan garam. • Aldosteron dan prekusornya juga mempunyai efek seperti glukokortikoid (sekitar 30% dibanding kortisol), • Demikian juga kortisol memiliki efek mineralokotikoid tetapi relatif kecil.

  4. kolesterol pregnenolon progesteron prasteron kortikosteron 17OH-progesteron Testoteron + androgen lainya Estradiol + estrogen lainya aldosteron kortisol Sistesis steroid dari kolesterol di anak ginjal

  5. kortikosteron Struktur dasar steroid

  6. Efek farmakologi kortisol • Efek glukokortikoid : • Efek anti radang (anti-inflamasi), misalnya akaibat trauma, alergi, infeksi, juga berkhasiat merintangi terbentuknya cairan peradangan dan udem setempat, misalnya selama radiasi sinar-x di daerah kepala • Daya imunosupresif & antialergi, reaksi imun dihambat, migrasi dan aktivitas limfosit T/B dan makrofag dikurangi. • Peningkatan glukoneogenesis, pembentukan glukosa distimulasi, penggunaan di jaringan perifer dikurangi penyimpanan sebagai glikogen ditingkatkan

  7. d. Efek katabol, yaitu merintangi pembentukan protein dari asam amino, sedangkan pengubahannya menjadi glukosa dipercepat. akibat efek katabol adalah terhambatnya pertumbuhan anak-anak, penyembuhan tukak lambung dipersulit, tejadi osteoporosis. • Pengubahan pembagian lemak, yang terkenal adalah penumpukan lemak diatas tulang selangka dan muka (sehingga menjadi bundar “moon face”), juga diperut dan belakang tengkuk. • Efek mineralokortikoid • yaitui retensi natrium dan air oleh tubuli ginjal, sedangkan kalium ditinggkatkan ekskresinya.

  8. Derivat kortisol sintesis. • Untuk meningkatkan efek glukokortikoid dan menurunkan efek mineralokortikoid banyak disintesis senyawa-senyawa derivat kortisol, zat ini dibagi dalam 2 kelompok : • Deltakortikoid : predniso(lo)n, metilprednison, budesonida, desonida dan prednikarbat. Zat ini berbeda dengan kortisol dengan adanya ikatan rangkap dua pada C1-2 (delta 1-2) dengan efek glukokortikoid 5x lebih kuat dari kortisol dan efek mineralokortikoid lebih ringan dengan lama kerjanya 2x lebih panjang

  9. Fluorkortikoida :betametason, deksametason, triamsinolon, dsb. Merupakan turunan fluor dari prednisolon dengan 1 atau 2 atom flour pada C6 atau(dan) C9. daya anti radangnya 10-30x lebih kuat daripada kortisol, sedangkan daya mineralokortikoidnya praktis hilang. Plasma t1/2-nya lebih panjang (3-5 jam) karena perombakan dalam hati dipersulit oleh adanya atom fluor sehingga efeknya bertahan 3-5x lebih lama. • Penggunaan sistemisnya tidak menguntungkan dibanding prednisolon karena efek sampingnya juga relatif lebih besar. Maka zat ini digunakan untuk sistemik jika dalam penggunaan diperlukan pednisolon yg terlampau tinggi. • Penggunaan topikal (salep/krim), sangat banyak & sering disalahgunakan karena efeknya lebih bagus dibanding kortisol.

  10. Penggunan glukokortikoid • Terapi subtitusi, digunakan pada insufisiensi adrenal, seperti pada penyakit addison (rasa letih, kurang tenaga dan otot lemah akibat kekurangan kortisol). Dalam hal ini diberikan hidrokortison karena efek mineralokortikoidnya paling kuat. • Terapi non-spesifik, yaitu berdasar efek anti-radang, anti-alergi dan imunosupresif. Juga untuk menghilangkan perasaan tidak enak (malaise). Umumnya diberikan prednisolon, triamsinolon, & deksametason.

  11. Indikasi terpenting dari glukokortikoid : • Asma hebat yg akut/kronis, sediaan yang standar adalah inhalasi (spray, aerosol) umumnya bersama obat-obat beta-2–mimetika (adrenergika) • Radang usus akut. • Penyakit auto-imun, sistem imun terganggu dan menyerang jaringan tubuh sendiri. Kortikoid menekan reaksi imun dan meredakan gejala penyakit. • Sesudah transplantasi organ, bersama siklosporin untuk mencegah penolakan oleh sistem imun tubuh • Kanker, bersama onkolitika (sitostatika) dan setelah radiasi sinar-x untuk mencegah pembengkakan dan udem (khususnya deksametason). Juga sebagai antimual akibat penggunaan sitostatika. • Pada penggunaan sistemik ini sebaiknya diminum dalam satu dosis pagi hari, karena menyesuaikan ritme circadian dalam tubuh.

  12. Penggunaan lokal glukokortikoid • Pada mata: radang selaput mata, selaput-bening, radang pinggir kelopak mata. contohnya adalah hidrocortison, prednisolon, deksametason, betametason, fluormetolon. Obat-obat ini mempunyai aktivitas relatif lemah dan sedikit diserap kedalam darah. Tidak boleh diberikan pada gangguan mata lain (gatal2 dan mata merah) karena efek sampingnya adalah katarak dan glaucoma. • Di telinga pada radang gendang telinga, biasanya dikombinasi dengan antibiotik • Di hidung (intranasal), digunakan sebagai spray untuk rhinitis, polip untuk menghambat pertumbuhannya. • Dimulut, untuk asma • Rektal, digunakan sebagai supositoria pada wasir yang meradang, biasanya dikombinasi dengan anestetik lokal (lidokain) • Intra-artikuler, pada radang sendi, biasanya disuntikan hidrokortison atau triamsinolon diantara sendi-sendi.

  13. Penggunaan dermal (kulit) • Merupakan obat yang sangat baik untuk pengobatan gangguan kulit (eksem, dermatitis, psoriasis, prurigo, dan gatal-gatal lain), berkat sifat antiradang dan anti-mitosisnya. • Atas dasar aktivitasnya kortikoid lokal dapat dibagi dalam 4 tingkatan dengan urutan potensi yang meningkat. Pada kadar yang lebih rendah aktivitasnya juga menurun ketingkat yang lebih rendah. Misal triamsinolon 0,1% termasuk tingkat 2, triamsinolon 0,05% masuk ketingkat 1

  14. Tabel, tingkatan aktivitas glukokrtikoid pada penggunaan dermal

  15. Pilihan obat untuk terapi gangguan kulit. • Untuk eksem, prurigo, gatal-gatal dan dematitis popok, juga pada sengatan tawon digunakan kortikoid lemah (tingkat 1) yakni hidrokortison 1%, jika hasil kurang memuaskan bisa beralih pada zat tingkat 2, misal triamsinolon 1%, juga pada eksim / alergi atau eksem atopis. • Zat tingkat 3 & 4 berkhasiat antimitosis yaitu menghambat pembelahan sel. Maka zat ini lebih cocok untuk menghambat pertumbuhan kulit yang berlebihan misalnya pada psoriaziz dsb. • Zat tingkat 4 hanya digunakan jika zat tingkat 3 tidak efektif.

  16. Kebijakan dalam terapi dermal • Karena kortikoida ditimbun dalam lapisan tanduk dari epidermis / kulit ari dan dilepaskan kembali kelapisan yang lebih dalam maka dikembangkan kebijakan terapi dalam 2 fase : 1. penyembuhan: salep sediaan tingkat 1-3 dioleskan 2-3 dd sehari, guna secepat mungkin mengendalikan penyakit selama 1-2 minggu, kontinyu, tanpa istirahat. 2. Pemeliharaan : guna menghindari kambuhnya penyakit • Selama 1-2 minggu,1 dd setiap hari salep tingkat 1-3 • Selama 1-2 minggu,1 dd setiap 2 hari maksimal 100 dan 50 g untuk masing-masing tingkat 3 dan 4 • Selama 1-3 bulan, 1 dd pada 2 hari seminggu

  17. Pada hari istirahat perlu digunakan suatu salep netral, tanpa zat aktif. • Bila penggunaan obat yg kuat akan dihentikan sebaiknya tidak secara mendadak , terlebih setelah pengobatan lama. • Sebaiknya penggunaan diakhiri dengan salep berkhasiat lemah (Hidrokortison) atau salep netral

  18. Efek samping 1. Efek samping glukokortikoid yang penting adalah: 1.a. Sindrom Cushing, gejala utamanya adalah retensi cairan di jaringan-jaringan yang menyebabkan naiknya berat badan dengan pesat, muka menjadi bundar (moon face) adakalanya kaki tangan gemuk bagian atas, selain itu terjadi penumpukan lemak di bahu dantengkuk, kulit menjadi tipis dan mudah terluka, timbul garis kebiru-biruan (akibat pendarahan dibawah kulit.)

  19. 1.b. Kelemahan otot (myopathie steroid), khusus dari anggota badan dan bahu. Lebih sering terjadi pada hidrokortison dari pada derivat sintesisnya. 1.c. Osteoporosis (rapuh tulang) karena menyusutnya tulang dan resiko besar akan fraktur bila terjatuh. Efek ini terutama pada penggunaan lama prednison diatas 7,5 mg sehari (ekivalen dengan dosis glukokortikoid lain),seperti pada rema dan asma hebat. Pencegahan dilakukan dengan vit D3 + kalsium, masing2 500 UI dan 1000 mg sehari.

  20. 1.d. Merintangi pertumbuhan pada anak-anak, akibat dipercepatnya penutupan epifysis tulang pipa 1.e. Diabetogen. Penurunan toleransi glukosa dapat menimbulkan hiperglikemia dengan efek menjadi diabetes atau memperhebat diabetes, penyebabnya adalah stimulasi pembentukan glukosa dalam hati. 1.f. Imunosupresi, yaitu menekan reaksi tangkis tubuh, seperti yang terjadi pada trasplantasi organ. Jumlah dan aktivitas limfosit-T/B dan makrofak dikurangi, efeknya adalah daya tangkis tubuh turun sehingga lebih peka terhadap infeksi kuman patogen. 1.g. Antimitosis yaitu menghambat pembelahan sel, terutama kortikoida-fluor yang kuat yang hanya untuk penggunaan dermal.

  21. 2. Efek samping mineralokortikoid berupa : • Hipokalemia akibat kehilangan kalium melalui kemih, bisa terjadi kejang, kelemahan otot, aritmia jantung • Udema dan berat badan meningkat karena retensi garam dan air, juga resiko hipertensi dan gagal jantung. 3. Efek samping umum adalah : • Efek sentral (atas SSP) berupa gelisah, rasa takut, sukar tidur, depresi. • Efek adrogen, seperti acne, dan gangguan haid • Cataract dan kenaikan tekanan okuler, juga bila digunakan sebagai tetes mata, resiko glaukoma meningkat. • Bertambahnya sel-sel darah • Bertambahnya nafsu makan dan berat badan • Reaksi hipersensitivitas.

  22. Kontra indikasi • Sedian kortikoid lokal tidak boleh digunakan pada gangguan kulit untuk infeksi kuman, virus, jamur atau parasit, juga tidak pada acne. • ************ the end *****************

More Related